Manfaat Berpikiran Negatif & Bahayanya Berpikir Positif

Hampir seluruh motivator, pengusaha sukses, ataupun teman-teman kita yang peduli dengan keadaan kita yang berusaha menasehati ketika kita dalam kondisi terpuruk untuk selalu berpikiran positif. Saya rasa kita semua sependapat kalau berpikiran positif telah mampu mengurangi sedikit permasalahan kita. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa dibalik masalah pastilah ada hikmah, ungkapan ini hasil dari berpikir positif. Dengan tetap berpikiran positif orang bisa menjadi tegar, mampu berpikir jernih untuk menyelesaikan masalahnya dan pada akhirnya bisa meraih kesuksesan hidup.
Kata-kata positif memang identik dengan hal-hal yang baik saja, berpikir positif, bertindak positif, berkelakuan positif yang artinya adalah kebaikan berfikir, bertindak, dan berkelakuan baik kepada sesama.
Terutama dalam dunia perniagaan, para pengusaha sukses selalu menekankan kepada para pengusaha pemula atau pun kepada mereka yang terus berusaha agar bisa menjadi pengusaha, agar harus selalu berfikir positif dalam menghadapi tantangan berdagang yang terkenal tidak mudah.
Tidak ada yang salah dari berfikiran positif, dan sayapun tidak bermaksud untuk menolak kebenaran tersebut. Hanya saja entah kenapa di dalam pemikiran saya terkadang berfikir positif ada kekurangannya bahkan bagi mereka yang terlalu berfikiran positif dapat menimbulkan bahaya terutama bagi dirinya sendiri. Mungkin bisa saya ambil contoh, ketika seseorang yang ingin berbisnis tetapi dia tidak memiliki cukup modal (dalam hal ini modal uang), relasi bisnis juga masih minim, terlebih dia sudah memiliki tanggung jawab (keluarga), karena seringnya dia mendapatkan 'wejangan' untuk selalu berfikir positif dan mengikuti kata hati atau menjadi diri sendiri diapun 'nekat' untuk membuka bisnis dan melepaskan hasil yang sudah biasa dia dapatkan. Hanya saja tindakan nekatnya ini tidak dibarengi pemikiran realistis hanya bermodal semangat dan positif thinking tadi dan yakin bahwa esok pasti lebih baik. Mungkin ada yg berhasil, akan tetapi pengalaman saya tak jarang yang justru 'mati' usahanya, alaih-alih ingin mengurangi beban biaya hidup malah menambah masalah dan beban hidup. Ada kisah menarik mengenai kasus seperti ini yang ini dialami oleh teman saya sendiri, Ketika itu teman saya ini ya bisa dibilang cukup lumayan sukses dalam bisnis kontraktornya walaupun mungkin kelasnya masih kecil-kecilan, dari bisnisnya tersebut dia telah mampu kredit rumah, membeli mobil walaupun bekas, dan keluarganya pun tercukupi kebutuhannya. Suatu ketika dia mendapatkan tantangan dari seorang relasinya untuk menggarap sebuah proyek besar yaitu membangun gedung rumah sakit (untuk ukuran teman saya ini merupakan proyek besar karena jumlah nominalnya 1 M, sedangkan teman saya biasanya hanya bisa menggarap proyek bernilai 100 juta) dengan positif thinking (pantang untuk bilag tidak bisa) dan keyakinan yang dimilikinya diapun menyanggupi menerima proyek tersebut walaupun masih minim pengalaman dan juga mungkin karena iming-iming profit yang luar biasa yang selama ini belum pernah didapatnya. Diapun menggarap proyek tersebut dengan memaksakan kemampuan dana alias utang sana dan utang sini, memang dalam hal bisnis biasa untuk berhutang karena setelah proyek dilunasi hal tersebut bisa dilunasi. Waktu berlalu dan proyekpun selesai, apa yang terjadi selanjutnya ternyata dia ditipu, relasi yang memberikan proyek membawa kabur uang transaksi, karena hanya bermodal kepercayaan dia pun tidak bisa berbuat apa-apa karena tak ada bukti untuk diteruskan ke meja hijau.
Mungkin anda berpendapat hal itu biasa dalam dunia bisnis, di saat itulah diperlukan berfikir positif dan hikmahnya dia bisa belajar dari kasus tersebut dan lebih berhati-hati kedepannya. Tapi tahukah anda efeknya, bahwa hutang-hutangnya yang besar (kalau tidak salah jumlahnya ratusan juta) hampir membuat teman saya mau bunuh diri, disinilah letak bahaya yang saya maksud. Karena diawal dia terlalu berfikir positif dan optimis dengan mengabaikan realistis, akhirnya kebangkrutan dan masalah lainnya lah yang dia terima. Kalau seandainya diawal transaksi tersebut teman saya sedikit memiliki Pemikiran Negatif mungkin hal tersebut tidak terjadi, dengan berfikir negatif dia jadi lebih waspada, mungkin dengan membuat kontrak tertulis terlebih dahulu atau kroscek dengan user langsung dan banyak hal lainnya yang bisa dilakukan atau bahkan menolaknya terlebih dahulu karena pada saat itu kemampun perusahannya belum di tahap itu.
Banyak orang berpendapat musuh terbesar kita sebetulnya adalah pikiran negatif yang bersarang dalam pikiran kita. Saat kesulitan atau hambatan muncul, pikiran negatif itu mulai bekerja menghembuskan pikiran-pikiran buruk, mencari-cari pembenarannya, dan berujung pada sebuah penilaian atau bahkan penghakiman.
Mungkin benar adanya demikian, tetapi menurut saya dengan adanya pikiran negatif kita jadi lebih waspada, berhati-hati dan tidak terlalu gampang percaya kepada orang lain.
Saya yakin semua yang diciptakan Tuhan ada manfaatnya, apakah itu baik atau buruk, positif maupun negatif pastilah ada gunanya, keseimbanganlah yang membuat bumi ini bisa berjalan pada porosnya, kelebihan porsi pada satu sisi dan mengabaikan sisi yang lain tidaklah bisa berefek baik.
Akhirnya saya hanya bisa menyimpulkan, kita haruslah  berfikir positif dalam menjalani hidup agar senantiasa semangat dan survive, akan tetapi kita juga tetap harus memberikan ruang bagi pikiran negatif supaya bisa lebih waspada dan berhati-hati. Bagaimana menurut anda ?