Mengapa Saya Mau Menikah?

Jika pertanyaan ini kita lontarkan kepada muda-mudi yang ingin menikah, kita akan mendengarkan jawaban-jawaban beragam yang menunjukkan betapa banyak di antara mereka yang tidak (atau kurang) mengerti arti dan harga sebuah pernikahan.
Misalnya kita akan mendengar banyak pemuda mengatakan:

"Saya sudah bosan hidup membujang."


Yang lain lagi mengeluhkan masalah seksualnya.

Yang ketiga mengatakan, "Orangtua saya menginginkan saya agar cepat menikah."

Sedangkan yang keempat mengatakan, "Karena usia saya sudah tua dan saya sudah jadi orang," begitu seterusnya.

Demikian pula remaja putri, ia akan mengatakan:

"Karena teman-teman saya sudah menikah."

"Karena seorang gadis harus menikah."

"Karena saya sudah tua dan ketinggalan kereta."

"Karena saya suka anak-anak kecil."

Yang lain lagi mungkin akan mengatakan, "Karena saya suka bepergian," atau ia ingin lari dari rumah orangtuanya, begitu seterusnya.

Dari jawaban-jawaban di atas, kita mendapati bahwa banyak dari mereka yang tidak memahami arti sebuah pernikahan. Mereka kemudian memasuki fase ini dengan pemahaman-pemahaman yang keliru dan gambaran-gambaran yang tidak realistis tentang pernikahan sehingga menciptakan hasil yang negatif.

Semestinya, mereka memahami terlebih dahulu bahwa kehidupan berumahtangga adalah kehidupan baru, bukan kehidupan yang ia alami sebelumnya. Begitu juga memilih pasangan berarti memilih pendamping hidup. Ia bukan sedang membeli barang dagangan di pasar, kalau suka ia ambil, kalau tidak suka ia letakkan lagi lalu diambil orang lain.

Menikah adalah sebuah tanggung jawab dan beban kewajiban. Jika kita kembali kepada pengertian menikah, kita akan menjumpai bahwa menikah adalah suatu ikatan kerelaan yang kuat dan syar'i antara laki-laki dan perempuan secara permanen. Tujuannya adalah untuk menjaga kesucian diri, terutama mata dan hati, serta membentuk sebuah keluarga yang harmonis dengan pengawasan suami-istri.

Tujuan menikah bukanlah untuk menyalurkan nafsu biologis semata, atau ikut-ikutan orang lain, melainkan untuk membangun sebuah rumah tangga yang utuh dan bermanfaat. Bangunan rumah tangga ini tentu saja memerlukan waktu, pemikiran, usaha, harta dan hikmah. Siapapun yang memahami semua ini ia akan menemukan sebuah kelezatan dan kenikmatan yang tiada tara di setiap tetesan pengorbanan yang ia curahkan untuk keluarganya.

sumber: http://lareosing.org/entry.php?77-Mengapa-Saya-Mau-Menikah
Klik di sini untuk info seputar Dunia Komputer