99 Cahaya di Langit Eropa Novel dan Film Inspiratif yg Mampu Menebalkan Iman dan Memupuk Cinta Kasih antara Suami Istri

“99 Cahaya di Langit Eropa” karya Hanum Salsabiela Rais  putri Amien Rais yang dibantu suaminya Rangga Almahendra menjadi novel Orang Indonesia yg Bertualang Di Eropa ketiga yang sukses menjadi best seller lalu difilmkan, setelah trilogi Laskar Pelangi, Sang Pemimpi dan Edensor karya Andrea Hirata  lalu Negeri 5 Menara nya A. Fuadi yang filmnya tayang tahun 2012 lalu. Menariknya novel islami ini berdasarkan kisah nyata pengalaman mereka berdua selama tiga tahun di eropa.



Berikut akan kami petikan kisah mereka yang tertuang di novel sebagaimana yg kami kutip dari blognya www.hanumrais.com :

Buku ini adalah catatan perjalanan atas sebuah pencarian. Pencarian cahaya Islam di Eropa yang kini sedang tertutup awan saling curiga dan kesalahpahaman. Untuk pertama kalinya dalam 26 tahun, aku merasakan hidup di suatu negara dimana Islam menjadi minoritas. Pengalaman yang makin memperkaya spiritualku untuk lebih mengenal Islam dengan cara yang berbeda.

Tinggal di Eropa selama 3 tahun adalah arena menjelajah Eropa dan segala isinya. Hingga akhirnya aku menemukan banyak hal lain yang jauh lebih menarik dari sekedar Menara Eiffel, Tembok Berlin, Konser Mozart, Stadion Sepakbola San Siro, Colloseum Roma, atau gondola gondola di Venezia. Pencarianku telah mengantarkanku pada daftar tempat-tempat ziarah baru di Eropa. Aku tak menyangka Eropa sesungguhnya juga menyimpan sejuta misteri tentang Islam.

Eropa dan Islam. Mereka pernah menjadi pasangan serasi. Kini hubungan keduanya penuh pasang surut prasangka dengan berbagai dinamikanya. Aku merasakan ada manusia-manusia dari kedua pihak yang terus bekerja untuk memperburuk hubungan keduanya.

Pertemuanku dengan perempuan muslim di Austria, Fatma Pasha telah mengajarkanku untuk menjadi bulir-bulir yang bekerja sebaliknya. Menunjukkan pada Eropa bulir cinta dan luasnya kedamaian Islam. Sebagai Turki di Austria, Ia mencoba menebus kesalahan kakek moyangnya yang gagal meluluhkan Eropa dengan menghunus pedang dan meriam. Kini ini ia mencoba lagi dengan cara yang lebih elegan, yaitu dengan lebarnya senyum dan dalamnya samudra kerendahan hati.

Aku dan Fatma mengatur rencana. Kami akan mengarungi jejak-jejak Islam dari barat hingga ke timur Eropa. Dari Andalusia Spanyol hingga ke Istanbul Turki. Dan entah mengapa perjalanan pertamaku justru mengantarkanku ke Kota Paris, pusat ibukota peradaban Eropa.

Di Paris aku bertemu dengan seorang mualaf, Marion Latimer yang bekerja sebagai ilmuwan di Arab World Institute Paris. Marion menunjukkan kepadaku bahwa Eropa juga adalah pantulan cahaya kebesaran Islam. Eropa menyimpan harta karun sejarah Islam yang luar biasa berharganya. Marion membukakan mata hatiku. Membuatku jatuh cinta lagi dengan agamaku, Islam. Islam sebagai sumber pengetahuan yang penuh damai dan kasih.

Museum Louvre, Pantheon, Gereja Notre Dame hingga Les Invalides semakin membuatku yakin dengan agamaku. Islam dulu pernah menjadi sumber cahaya terang benderang ketika Eropa diliputi abad kegelapan. Islam pernah bersinar sebagai peradaban paling maju di dunia, ketika dakwah bisa bersatu dengan pengetahuan dan kedamaian, bukan dengan teror atau kekerasan

Perjalananku menjelajah Eropa adalah sebuah pencarian 99 cahaya kesempurnaan yang pernah dipancarkan oleh Islam di benua ini. Cordoba, Granada, Toledo, Sicilia dan Istanbul masuk dalam manifest perjalanan spiritualku selanjutnya.

Saat memandang matahari tenggelam di Katedral Mezquita Cordoba, Istana Al Hambra Granada, atau Hagia Sophia Istanbul, aku bersimpuh. Matahari tenggelam yang aku lihat adalah jelas matahari yang sama, yang juga dilihat oleh orang-orang di benua ini 1000 tahun lalu. Matahari itu menjadi saksi bisu bahwa Islam pernah menjamah Eropa, menyuburkannya dengan menyebar benih-benih ilmu pengetahuan, dan menyianginya dengan kasih sayang dan toleransi antar umat beragama.

Akhir dari perjalananku selama 3 tahun di Eropa justru mengantarkanku pada titik awal pencarian makna dan tujuan hidup. Makin mendekatkanku pada sumber kebenaran abadi yang Maha Sempurna.


Sinopsis dan Jalan Cerita Film 99 Cahaya di Langit Eropa (Tayang 5 Desember 2013)


Film ini mengisahkan tentang perjalanan spiritual yang dialami oleh pasangan suami istri, Hanum (Acha Septriasa) dan Rangga (Abimana Aryasatya), dalam menapaki jejak-jejak kebesaran Islam selama 3 tahun mereka menetap di bumi Eropa.

Salah satu momen berharga yang diraih oleh Hanum adalah ketika ia berkenalan dan bersahabat dengan seorang muslimah asal Turki, Fatma (Raline Shah).. Melalui penuturan Fatma, terkuak lah suka duka dalam menjalani kehidupan sebagai seorang Muslim di Eropa.

Sama seperti kisah di novelnya film ini berhasil mevisualisasikan apa yang telah coba di gambarkan hanum dan rangga pada novel.

Dan jangan kecewa, jika pada akhir film ini, ternyata pasangan Rangga dan Hanum belum sampai ke Cordoba dan Istanbul yang merupakan bagian akhir dari novel nya. Juga keduanya belum sampai bertemu lagi dengan Fatma taoi filmnya telah usai.

Karena ternyata scene yang tidak ada di atas itu semua, baru akan tampil dalam lanjutan film “99 Cahaya di Langit Eropa part2” yang baru saja tayang mulai tanggal 6 maret 2014 kemaren.

99 Cahaya di Langit Eropa part.2 (Tayang 6 Maret 2014)

Jika pada film pertama banyak bercerita tentang perjalanan Hanum (Acha Septriasa) dan Rangga (Abimana Aryasatya) di Vienna dan Paris, maka pada part 2 film ini akan mengikuti kisah perjalanan mereka di Cordoba dan Istanbul.

"Di part 2 ini, pasangan Hanum dan Rangga melakukan perjalanan ke Mezzquita, Cordoba di Selatan Spanyol. Mezzquita dikenal sebagai Katedral yang sebelumnya adalah sebuah Masjid. Selain Corodoba, pasangan ini juga akan melawat ke museum terkenal Hagia Sophia di Istanbul. Sebelumnya, tempat ini adalah Katedral yang kemudian menjadi Masjid, sebelum akhirnya ditetapkan sebagai museum," kata Yoen K, Eksekutif Produser Maxima Pictures kepada wartawan, Rabu (19/2/2014). - See more at: http://showbiz.liputan6.com/read/831427/seperti-ini-akhir-cerita-film-99-cahaya-di-langit-eropa-part-2#sthash.J679q4HV.dpuf
 Perjalanan pasangan suami istri Rangga Almahendara (Abimana Aryasatya) dan Hanum Rais (Acha Septriasa) di benua Eropa masih terus berlanjut. Diceritakan diseri sebelumnya Hanum kehilangan sahabat karibnya Fatma ( Raline Shah) yang tiba-tiba menghilang dari Vienna tanpa memberi penjelasan apapun.

Disekuel keduanya ini konflik rumah tangga Rangga dan Hanum mulai ditampilkan, Hanum mulai merasa cemburu dengan Maarja (Marissa Nasition) teman satu kuliah sang suami yang semakin lama terlihat begitu dekat. Hanum bahkan sempat marah besar dan tidak mau mendengar sepatah kata pun dari mulut sang suami. Keadaan semakin parah ketika Hanum merasa hari spesialnya dilupakan oleh sang suami.

Ternyata bukan hanya Hanum dan Rangga yang terlibat konflik. Kedua sahabat Rangga yaitu Stephan (Nino Fernandez ) dan Khan  (Alex Abbad ) juga ikut 'memanas' mulai dari hal sepele hingga ke persoalan yang menyangkut tentang keyakinan. Tak jarang baku hantam nyaris saja terjadi jika tidak di lerai oleh Rangga. Merasa prihatin dengan kondisi persahabatan yang telah cukup lama dijalin, Rangga akhirnya mencoba mendamaikan meskipun ia juga punya persoalan yang lebih serius.

Di sisi lain, Hanum masih setia berbagai cerita ke Fatma via email tentang perjalanannya bersama sang suami ke berbagai pelosok benua Eropa tentang sejarah Islam. Ketika harapannya untuk bertemu Fatma mulai pupus, ternyata sang sahabat mulai membalas email dan mengajaknya untuk berkunjung ke Istanbul.

"Di part 2 ini, pasangan Hanum dan Rangga melakukan perjalanan ke Mezzquita, Cordoba di Selatan Spanyol. Mezzquita dikenal sebagai Katedral yang sebelumnya adalah sebuah Masjid. Selain Corodoba, pasangan ini juga akan melawat ke museum terkenal Hagia Sophia di Istanbul. Sebelumnya, tempat ini adalah Katedral yang kemudian menjadi Masjid, sebelum akhirnya ditetapkan sebagai museum," kata Yoen K, Eksekutif Produser Maxima Pictures kepada wartawan, Rabu (19/2/2014). - See more at: http://showbiz.liputan6.com/read/831427/seperti-ini-akhir-cerita-film-99-cahaya-di-langit-eropa-part-2#sthash.J679q4HV.dpuf
Kekuatan dari film produksi Maxima Pictures yang hendak menunjukkan kebaikan-kebaikan Islam sebagai agama rahmatan lilalamin ini justru banyak tersampaikan dalam adegan-adegan Khan dan Stefan yang dilakoni oleh Alex Abad dan Nino Fernandez.  

Perdebatan-perdebatan dalam keseharian sahabat Rangga yang sama-sama sedang menyelesaikan pendidikan doktoral mereka di Vienna of University di Wina, Austria ini menjadi menarik karena menjelaskan secara sederhana dan ringan ajaran-ajaran Islam yang selama ini justru sering kali menjadi perdebatan di dunia.

Pesan kuat bahwa Islam sebenarnya jauh dari kekerasan telah tersampaikan sejak awal film yang diproduseri Ody M Hidayat ini dimulai.
Bagaimana simbol-simbol Islam dihilangkan di Kathedral Mezquita namun justru simbol-simbol nasrani tetap dipertahankan di Hagia Sofia. 

Dan kisah Khan kecil yang berdialog dengan sang ayah yang merupakan seorang guru di Pakistan tentang jihad memperlihatkan bagaimana Islam mengajarkan cinta damai.

Ayah Khan tidak memberikan pedang untuk berjihad, tetapi memberikan pena sebagai bekal Khan untuk berjihad.

Pada adegan lain, penjelasan Rangga kepada Stefan yang memegang paham sekuler tentang siapa pun termasuk setan yang tercipta dari api akan merasakan sakitnya azab api neraka dijelaskan secara sederhana oleh suami dari Hanum ketika  Stefan berteriak kesakitan setelah tangannya dipukul untuk ketiga kali.

Analogi lain juga digunakan Rangga untuk menjelaskan poligami dalam Islam kepada Stefan.

Tidak mudah menyelesaikan dua bidang studi sekaligus dalam waktu bersamaan, begitu pula ketika harus menghadapi dua orang istri dalam waktu bersamaan secara adil.

Masih ada beberapa pesan lain tentang Islam yang menjadi kekuatan film yang banyak mengambil setting Kota Wina tersebut.

Tentang berwudhu, tentang berhijab, tentang halal dan haram produk yang dikonsumsi, tentang janji yang harus ditepati, dan tentang bagaimana menjadi agen muslim yang bagik sebagai pihak minoritas khususnya di Eropa.

Dan tentu saja pesan penting bagi mereka yang menimba ilmu di negera-negara maju bahwa mereka pergi untuk kembali ke negara masing-masing, untuk membangun negeri.

Bukan saja Rangga yang memegang teguh prinsip tersebut, tetapi juga Khan yang harus berjihad memajukan Pakistan dengan ilmu yang diperoleh setelah mengambil gelar PhD di Wina. 


Cuplikan-cuplikan gambar Masjid Nabawi dan aktivitas tawaf di Kabah yang mewakili cerita Rangga dan Hanum berkunjung ke Tanah Suci menjadi pelengkap yang semakin membuat petualang-petualang muslim ingin bergegas memulai perjalanannya.