Berbicara tentang memulai bisnis, banyak orang langsung terhenti
langkahnya karena merasa tidak memiliki modal untuk memulainya. "Saya
sebenarnya ingin menjadi pebisnis, tapi saya tidak punya modal"
begitulah kira-kira komentar dari rata-rata para pemula yang saya
jumpai, dan modal yang dibicarakan disini maksudnya adalah uang cash
yang dimiliki untuk memulai bisnis.
Dalam konteks yang lain, sebuah angka statistik membuktikan bahwa 50%
bisnis tutup sebelum ulang tahunnya yang kedua, 80% tutup sebelum ulang
tahun yang kelima. Dan yang sangat menarik untuk dicermati, ternyata
salah satu sebab mengapa mereka gulung tikar dalam usia yang sangat muda
adalah "Easy Money", uang dan kredit yang terlalu mudah didapat. Kok
bisa begitu?
Ternyata easy money membuat pebisnis menjadi bodoh. Dengan uang dan
kredit yang mudah didapat mereka memiliki kesempatan yang sangat luas
untuk menutupi kesalahan-kesalahan dalam berbisnis. Contohnya ketika
sales tidak mencapai target, ketika piutang tidak tertagih, ketika team
tidak dapat menyelesaikan tugas tepat waktu, ketika pendapatan tidak
dapat menutupi biaya yang harus dikeluarkan, maka dengan easy money dan
easy credit anda akan merasa baik-baik saja. Ini karena selalu dapat
menutup kekurangan cash flow tanpa melakukan perbaikan kinerja, sehingga
rendahnya sales tidak mempengaruhi psikologi perusahaan, dan team anda
seolah-olah mendapatkan pesan "mencapai target sales tidak penting di
perusahaan ini".
Banyak entrepreneur berlari dari satu masalah ke masalah yang lebih
dalam karena selalu menutupi kesalahannya dalam berbisnis tidak dengan
cara melakukan perbaikan fundamental dalam melakukan bisnis. Ketika
bisnis mengalami kesulitan keuangan yang disebabkan oleh kinerja yang
payah yang mereka lakukan adalah dengan melakukan restrukturisasi
keuangan, dengan memberikan talangan uang cash baik yang diambil dari
kocek pribadinya maupun dengan cara menghutang, bahkan banyak di antara
yang saya jumpai mereka menutup masalah keuangan dengan cara memakai
uang rentenir yang berbunga tinggi.
Mereka memimpin dengan uangnya, sampai satu titik bisnis mereka
benar-benar berhenti karena beban keuangan sudah sangat dalam sedangkan
kinerja bisnisnya tidak pernah membaik seperti yang dibayangkan.
Entrepreneur sukses memimpin perusahaan bukan dengan uangnya tetapi
dengan waktunya!
Sebuah kontradiksi, para pemula menganggap bahwa uang adalah kunci
sukses bisnis, kenyataannya uang justru bisa menjadi pembunuh bisnis,
karena uang yang mudah membuat entrepreneur bodoh. Kalau kita lihat
kisah sukses para pebisnis, sebagian besar diantara mereka justru
memulai bisnis dengan serba kekurangan modal, inilah yang memaksa mereka
selalu berfikir kreatif, karena tidak ada pilihan kecuali harus
meningkatkan kinerja perusahaan untuk bertahan hidup dan berkembang.
Mereka memulai usaha dengan modal seadanya, mengumpulkan uang lewat
bisnis kecil dan melangkah ke bisnis selanjutnya yang lebih besar.
Sebenarnya apa yang mereka lakukan dalam dunia entrepreneurship disebut
"Financial Bootsrapping", meminimalisasi uang cash yang diperlukan
ketika memulai sebuah bisnis.
Financial bootstrapping bisa dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari
cara mendapatkan barang dengan tempo pembayaran yang panjang, berbagi
sarana bisnis dengan orang lain, penerapan inventory minimum, dan
sebagainya. Banyak buku-buku yang memberikan inspirasi bagaimana anda
memulai bisnis dengan modal yang sangat terbatas (mereka menyebutnya
modal 0 atau modal dengkul), saya juga baru menyadari bahwa saya
melakukan financial bootstrapping ketika memulai bisnis, barangkali
itulah sebabnya saya ditulis sebagai salah seorang yang termasuk dalam
buku 10 Pengusaha yang sukses membangun bisnis dari 0 terbitan
Gramedia.
Cerita yang sangat menginspirasi datang dari Dell Computer yang memulai
bisnis hanya dengan US 1.000 dolar, dan dalam beberapa tahun bisa
membawa Dell Computer menjadi bisnis dengan skala ratusan juta dollar.
Pertanyaannya "Dapatkah anda memulai bisnis dengan uang cash sejuta sampai sepuluh juta rupiah saja?"
ditulis oleh : Ir. H. Heppy Trenggono, M.Kom. [President Director United Balimuda]
SUMBER