Ingin Merasakan Bukti Langsung Tuhan itu Ada, Berbisnislah !

Mukjizat merupakan kejadian/kelebihan di luar akal manusia yang tidak dimiliki oleh siapapun, karena mukjizat hanya dimilki oleh para rasul yang diberikan oleh Allah SWT kepada para rasul-Nya. Sedangkan apabila ada seseorang yang memilki sesuatu yang luar bisa itu tidak bisa dikatakan sebagai mukjizat melainkan karomah.(wikipedia.org). Menurut saya mukjizat ataupun karomah adalah keberuntungan yang diberikan Tuhan. Setiap orang pasti pernah mendapatkan keberuntungan di dalam hidupnya otomatis setiap manusia pastilah pernah mendapatkan mukjizat (dalam tulisan ini maksud saya kata mukjizat adalah karomah seperti maksud definisi diatas hanya saja saya lebih suka menggunakan kata mukjizat mohon dimaklumi) artinya wujud bukti keberadaan Sang Khalik benarlah ada kalau kita mau peka merasakan dan menganalisanya.


Setiap orang mungkin memiliki pengalaman hidup yang berbeda-beda mengenai mukjizat yang dirasakannya, melalui tulisan ini saya mencoba menggalinya dari sudut pemikiran dan pengalaman saya pribadi mengenai mukjizat Tuhan kepada saya yang amat terasa sekali bagi saya ketika saya berbisnis dan membuat saya amat merasakan sebagai makhluk yang amat sangat membutuhkan bantuan Tuhan karena keterbatasan saya sebagai makhluk-Nya.

Sebagai makhluk yang paling sempurna dari seluruh ciptaan-Nya, kita manusia dalam menjalani hidup ini memiliki tiga kebutuhan yang harus di penuhi yaitu Pertama, Kebutuhan Materil berupa sandang, pangan dan papan sebagai kewajaran dari bagian makhluk hidup.Kedua, Kebutuhan Sosial, seperti berkasih-sayang, perhatian, penghormatan, dan sebagainya sebagai wujud kebutuhan kita akan manusia lainnya. Dan yang Ketiga, Kebutuhan Spiritual,  yaitu kebutuhan diri kita sendiri dalam mengartikan keberadaan diri kita di dunia ini dan jawaban atas hal-hal yang tidak bisa kita jawab (relationship me and my self) dan pengabdian/penyembehan, untuk hal yang ketiga ini orang cenderung berbeda-beda pandangan.

Perjalanan pencarian jati diri mengenai fungsi dan tujuan hidup inilah yang sering menghantarkan orang kepada pemikiran akan kebutuhan Tuhan, ketika merasakan segala sesuatu yang diingikannya tidak berjalan sesuai kehendaknya, tidak ada yang pasti, dan kekosongan jiwa menghasilkan pembuktian wujud keberadan Tuhan dalam kehidupan manusia.

Dalam dunia bisnis kebutuhan akan Tuhan itu jelas tampak sekali, hampir semua pakar bisnis mensyaratkan kalau mau sukses adalah kerja keras dan rajin berdo'a. Pengalaman yang saya temuipun demikian, dalam bisnis selain kerja keras, inovasi yang tiada henti, strategi pemasaran, berdo'a mendapatkan tempat yang paling penting. Karena semua upaya yang kita lakukan tidak ada yang bisa menentukan hasilnya selain keberuntungan dan keberuntungan tersebut adalah mukjizat sumber mukjizat tiada lain adalah Sang Maha Pemilik dan Pemberi Mukijizat yaitu Tuhan.

Dahulu ketika saya masih menjadi karyawan saya cenderung malas beribadah (sholat wajib 5 waktu), karena saya berfikir saya sholat ataupun tidak toh rezeki saya sama saja (waktu itu saya sering mengidentikkan rezeki sebagai gaji bulanan) mungkin sama dengan pemikiran teman saya yang seorang PNS di pelosok 'enak loh jadi PNS masuk atau tidak masuk kerja tetap digaji' (mudah-mudahan tidak ada lagi PNS yang berfikiran seperti ini). Akan tetapi ketika saya memutuskan untuk mengundurkan diri dan ingin berbisnis kecil-kecilan mukjizat Tuhan langsung saya rasakan hanya saja saya tetap belum 'ngeh' akan hal itu baru beberapa waktu kemudian barulah saya akui bahwa hidup saya penuh dengan mukjizat.

Memang mukjizat dalam hidup saya tidak hanya terjadi ketika saya berbisnis saja, hampir seluruh hidup saya dipenuhi dengan kemukjizatan  mungkin saya saja yang tidak menyadarinya karena kurang bersyukur. Akan tetapi mukjizat yang terjadi ketika saya berbisnis membuat saya menyadari itu semua dan mengakui kalau saya sangat membutuhkan Tuhan. Seperti yang sudah saya ungkapkan tadi ketika menjadi karyawan saya berfikir sholat atau tidak saya tetap gajian, berbeda dengan sekarang kalau sedikit saya saya lalai beribadah saya merasakan bisnis saya agak lesu dan itu tidak terjadi satu atau dua kali saja kalau mau dibilang kebetulan tetapi amat sering kali terjadi. Mungkin saya salah berfikiran kalau rezeki saya hanyalah uang yang diperoleh akan tetapi dalam konteks ini saya mengajak kita membicara hanya dalam kotak dunia bisnis saja dan dalam dunia bisnis muaranya adalah uang/profit atau kesejahteraan, untuk konteks lainnya mungkin kita bicarakan dalam tulisan saya lainnya.   

Sebagai contoh, pernah pada suatu hari (dan ini sering terjadi) saya membuka usaha saya lebih pagi dari biasanya, berusaha untuk promosi sana-sini, menelpon relasi, menurunkan sedikit harga agar barang saya cepat terjual karena saya menargetkan setiap hari harus ada transaksi berapapun nilainya, tetapi hasilnya tetap nihil.  Hingga tibalah saat terbenamlah matahari sayapun tertunduk lesu karena biasanya pada malam hari orang agak jarang berbelanja, ternyata siang itu saya lalai sholat sayapun kemudian tersadar dan segera sholat maghrib kemudian setelahnya masuk waktu isya sayapun kembali sholat tetapi tetap nihil akhirnya sayapun berfikiran mungkin hari ini lagi sepi, akan tetapi apa yang teradi kemudian pas ketika saya beres-beres mau pulang dan tutup datanglah orang berbelanja dengan nominalnya melebihi dari yang saya harapkan/targetkan. Kejadian-keadian seperti inilah yang membuat saya optimis bisa berbisnis (bisa dibilang saya masih belajar berbisnis).

Pengalaman berbisnis saya juga telah mampu membentuk kekuatan positif thinking saya dan keyakinan saya dalam beragama. Manusia memang cenderung baru butuh Tuhan ketika sulit, dalam dunia bisnis kesulitan atau tantangan itu senantiasa hadir setiap hari, tidak ada yang pasti dalam bisnis, karena itulah campur tangan Tuhan amat sangat dibutuhkan. 

Melihat mereka-mereka yang sudah terlebih dahulu sukses dari saya, menurut saya ada kesamaannya (benang merah) diantara mereka semua. Selain ulet mereka juga sangat dekat dengan Tuhannya, terlepas dari apapun motivasi mereka dalam beribadah 1 hal yang saya ambil hikmah ternyata Tuhan sangat menyayangi dan mendukung mereka yang berbisnis buktinya mereka bisa sukses sejahtera (melebihi mereka yang karyawan), dan mampu berbagi dengan yang lainnya itulah kenapa pengusaha besar dan sukses pastilah memiliki yayasan sosial (wujud syukur mereka). Wajarlah kiranya Tuhan lebih membantu mereka para Bisnisman,  karena dengan berbisnis kita bisa mengakui keberadaan-Nya dengan senantiasa berdo'a dan setelah sukses bisa jadi lebih rajin bersyukur, mungkin karena itulah contoh tauladan kita Nabi Muhammad SAW  juga melakukan bisnis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, kesimpulannya dengan berbisnis hubungan vertikal dan horizontal  manusia bisa berjalan dan seimbang.