Oh..Cintaku

Menyenangkan orang yang kita sayangi sungguh membahagiakan, melihat orang yang kita cintai tertawa membuat kita seperti ketagihan untuk terus memberikan asupan kegembiraan buat mereka. Begitu pula bagi kita para kaum muda yang sedang di mabuk cinta before marriage yang hampir 24 jam waktu yang dimiliki untuk selalu memikirkan sang pujaan hati. Apapun yang kita miliki, yang bisa kita lakukan rasanya ingin diberikan seluruhnya nyaris tanpa ada perasaan pamrih kecuali rasa cinta yang berbalas.

Gejolak cinta yang menggelora bagi mereka yang sedang berpacaran ataupun hubungan ta'aruf sebelum menikah terkadang sering berlebihan. Ekspresi rasa cinta kita kepada si dia kadang (menurut saya) kurang tepat di terapkan. Sebagai contoh pengorbanan yang berlebihan ketika menyisihkan uang jajan (bagi yang masih disubsidi ortu) untuk nraktir si dia padahal untuk kita sendiri saja masih kurang karena hanya cukup untuk makan dan transport saja, kalau sekali-sekali sih oke-oke saja tapi kalau seringkali bisa berbahaya. Belum lagi pergaulan bebas yang sering mengatas namakan cinta saat ini yang cenderung 'menjebak' teramat sering kita dengar ceritanya alhasil pernikahan dinilah yang terjadi.

Pernahkah kita berfikir, bagaimana kalau rasa cinta kita yang besar tersebut lebih kita ekspresikan kepada keluarga terlebih dahulu terutama kepada kedua orang tua karena kita teramat sering menyusahkan mereka. Emang sih pada usia-usia belasan atau dua puluhan seperti kita ini adalah masa-masa hormon sexual sedang meningkat yang berefek pada ketertarikan kepada lawan jenis itu tidak salah karena sudah proses alam. Akan tetapi yang saya soroti disini adalah pengeskpresian rasa cinta kita, memberikan segala daya dan upaya kepada orang yang baru hadir dalam hidup kita dengan mengabaikan orang-orang yang sudah terbukti memberikan segala daya dan upaya mereka untuk hidup kita perlu kita koreksi kembali.

Kita para generasi muda ini sangat mudah sekali mengucapkan kata I Love U kepada sang kekasih, tetapi kenapa begitu berat dan teramat jarang berkata serupa kepada ibu yang melahirkan dan merawat kita sedari kecil. Kita pasti ingat kapan tanggal lahir dan siap memberikan kejutan untuk sang pujaan hati, tetapi kenapa tak jarang kita lupa dan melewatkan apalagi memberikan hadiah kepada ayah/ibu ketika mereka berulang tahun. Kita begitu takut kehilangan dan teramat rindu kepada si dia walaupun baru sehari tidak bertemu sehingga betah berjam-jam telpon-telponan atau sms-smsan, tetapi kenapa sekali seminggu saja kita belum tentu menghubungi orang tua/keluarga di kampung halaman sekedar bertanya kabar.

Ada teman saya berujar, 'Wajarlah kita sama pacar seperti itu kan dia orang yang baru dikenal dan disayang kalau keluarga kan sudah biasa sayang-sayangan jadi tidak perlu di ekspresikan lagi karena sudah pasti bersama kalo sama pacar kan belum tentu awet jadi harus selalu dijaga biar langgeng dengan pengorbanan dan pengekspresian rasa cinta tadi'. Saya jadi berfikir kata-kata teman saya tadi cukup diterima logika apalagi manusia cenderung tertarik dan lebih menyenangi hal-hal atau sesuatu yang baru  sehingga mengabaikan apa yang sudah dimilikinya, jadi mungkin wajar saja kita lebih sayang kepada si dia dibanding keluarga. Tetapi tepatkah kita berlaku demikian padahal belum tentu dia jodoh kita, kalau kita sudah menikah dengan si dia saya secara pribadi sangat menganjurkan hal itu kita lakukan agar rumah tangga bisa bertahan dan mungkin bisa dibilang harus dilakukan setiap hari.

Untuk itu sabda Rasulullah ini sangatlah tepat 'Cintailah sesuatu itu sekedarnya saja karena kamu tidak pernah tahu apa yang kamu cintai itu nanti bisa menjadi sangat kamu benci, dan bencilah sesuatu itu sekedarnya juga karena bisa jadi apa yang kamu benci saat ini besok menjadi sangat kamu cintai'. Semoga kita dapat menerapkannya dan lebih mengekspresikan rasa cinta kita kepada keluarga terlebih dahulu dan sekedarnya saja untuk si dia hingga nanti tiba saatnya semuanya syah. 

Menyayangi keluarga terutama ibu dan ayah merupakan hal yang wajib kita lakukan saat ini dimana kita belum memiliki keluarga sendiri. Bahagiakanlah mereka semampu kita sekarang juga, telpon lah mereka walaupun hanya sekedar bertanya kabar, sekali-sekali sisihkanlah uang jajan untuk memberikan hadiah buat mereka, temuilah mereka sesering mungkin.  Berkasih sayang dengan pasangan boleh-boleh saja tetapi bagilah kasih sayangmu juga untuk mereka, ingatlah kasih sayang mereka jauh lebih besar dari si dia, pengorbanan mereka jauh lebih banyak dari si dia, dan ketulusan cinta mereka jauh melebihi si dia. Mereka senantiasa mendoakan, mendukung keputusan, memberikan biaya untuk hidup, dan mau menerima kita apa adanya.
Manfaatkanlah waktu yang kita miliki saat ini sebelum semuanya menjadi terlambat dan penyesalan menghampiri.