Lawan 5 Ketakutan Finansial Anda


SETIAP orang memiliki kecemasan masing-masing menyangkut uang. Akan tetapi, ada sejumlah ketakutan yang benar-benar dapat membahayakan kehidupan finansial Anda di masa depan. 

Takut miskin
Tidak peduli berapa banyak uang yang Anda miliki, Anda selalu tahu bahwa bencana keuangan dapat tiba-tiba menyerang. Dan Anda benar.

Akan tetapi, terlalu fokus terhadap kemungkinan itu membuat Anda tidak dapat menikmati hidup. ''Rasa takut melumpuhkan kita. Ada bahaya dan risiko di hampir setiap hal yang Anda lakukan. Anda tidak bisa membiarkan ketakutan melumpuhkan Anda,'' tutur Garrett.



Garrett menyarankan untuk mencoba berdamai dengan risiko-risiko tertentu yang masih dapat ditangkal. Misalnya, dengan mendapatkan asuransi diri untuk melindungi Anda jika tertimpa penyakit atau cacat yang menghalangi Anda bekerja. Selain itu, menabung juga bisa menjadi tindakan aktisipasi untuk memastikan masa pensiun yang nyaman dan sejahtera suatu saat nanti.

Takut sukses dan kaya
Memang sulit meminta kenaikan gaji. Apalagi jika Anda diam-diam merasa ragu bahwa Anda layak mendapatkannya. Dengan berpikiran demikian, secara tidak sadar Anda telah menyabotase diri sendiri.

''Hal pertama dan terpenting, Anda harus mengurus diri sendiri. Bukan egois namanya untuk bertanggung jawab,'' kata Garrett. Jika tidak, hal itu akan melemahkan kemampuan Anda untuk merawat orang lain dalam jangka panjang.

Takut jujur dengan pasangan

Tidak sedikit orang merasa takut berterus terang terhadap pasangan soal utang yang menumpuk, sehingga memilih tutup mulut dan menghadapinya sendiri. Namun seberapa rapat pun Anda menyimpan rahasia tersebut, suatu saat akan terbongkar juga. Bahkan, bisa jadi di saat-saat terburuk.

Misalnya, ketika Anda dan pasangan pergi mengajukan permohonan hipotek dan menemui bahwa tabungan Anda tidak mencukupi, atau skor kredit yang buruk membunuh kesempatan untuk mendapatkan rumah impian.


Jika berkata jujur, Anda barangkali takut pasangan menilai rendah pada Anda atau berusaha mengotrol pengeluaran Anda. Walau bagaimana pun, berkata jujur selalu lebih baik.


Bicarakan masalah Anda dengan pasangan meski pun hal itu mungkin terasa kurang nyaman, saran Ruth Hayden, penulis 'For Richer, Not Poorer: The Money Book for Couples'. Lalu, buat kesepakatan tentang apa yang ingin Anda berdua capai serta apa yang akan Anda berdua lakukan.


Takut tidak bisa membaur

Tekanan sosial tidak hanya ada di dalam imajinasi Anda. Sheryl Garrett, pendiri badan penasihat keuangan Garrett Planning Network, telah bekerja dengan banyak pasangan yang menjalani gaya hidup yang tak mampu mereka biayai, karena merasa begitulah cara hidup orang-orang dengan profesi seperti mereka.

''Mereka pikir mereka melakukan apa yang mereka seharusnya lakukan,'' katanya.


Salah satu cara untuk meringankan beban Anda secara finansial dan emosional adalah dengan melangkah mundur dan bertanya, apa yang sesungguhnya Anda inginkan dalam hidup. Apa pun tujuan Anda, cari tahu bagaimana Anda dapat memangkas pengeluaran atau meningkatkan penghasilan atau tabungan.


Takut mengambil kendali keuangan
Biaya kuliah, pajak, pensiun, biaya hidup jangka panjang, segala pikiran tentang itu bisa membuat kepala meledak saking pusingnya. Apalagi, merencanakan keuangan tidak termasuk dalam daftar keahlian Anda.

Untuk mengatasi ketakutan dalam mengambil tanggung jawab secara finansial, ambil langkah-langkah kecil yang tidak memicu rasa takut, saran Dr. James Gottfurcht, presiden Psychology of Money Consultants di Los Angeles.


Langkah pertama adalah mengondisikan diri agar merasa aman. Jadi, jika Anda tidak menabung untuk pensiun atau takut berinvestasi, baca artikel tentang ivenstasi.


Selanjutnya, lakukan ''uji realitas'' bagian tertentu dari ketakutan Anda. Jika selama ini Anda takut berkonsultasi dengan perencana keuangan bersertifikat karena tidak tahu apa yang harus dilakukan dan mudah terintimidasi, kali ini lawan ketakutan tersebut. Temui perencana keuangan yang direkomendasikan dan jelaskan bahwa Anda ingin mendengarkan gagasan-gagasan cemerlangnya, meski mungkin belum siap untuk langsung mengaplikasikannya.


Setelah itu, maju ke tingkat selanjutnya. Misalnya, dengan menginvestasikan sebagian dana ke dalam bentuk investasi berisiko rendah.

sumber: http://www.mediaindonesia.com/mediaperempuan/index.php/read/2010/05/10/3150/9/Lawan-Lima-Ketakutan-Finansial