MENIKAH? Siapa pun pasti ingin. Namun saat Anda telah bersiap memasuki dunia pernikahan, maka itu berarti Anda pun harus siap menghadapi realita kehidupan pernikahan, dengan segala warna-warni dunianya yang kebanyakan orang mengatakan hanya indah di awal saja.
Nah, sebelum Anda mengatakan "Ya, aku bersedia", dan berjalan bersamanya menuju pelaminan, ada baiknya Anda mempertimbangkan hal-hal berikut ini terlebih dulu,
1. Apakah Anda memiliki rasa humor?
Rasa humor itu penting, karena hidup yang sudah berat ini butuh penyeimbang.
Ya, dengan sebuah tawa yang akan mencerahkan hidup Anda. Saat Anda menghadapi masa-masa sulit bersamanya, rasa humor ini akan sangat Anda berdua butuhkan agar bisa mencairkan ketegangan yang ada.
Rasa humor itu penting, karena hidup yang sudah berat ini butuh penyeimbang.
Ya, dengan sebuah tawa yang akan mencerahkan hidup Anda. Saat Anda menghadapi masa-masa sulit bersamanya, rasa humor ini akan sangat Anda berdua butuhkan agar bisa mencairkan ketegangan yang ada.
2. Anda harus berjuang lebih keras
Hidup ini adalah perjuangan. Saat Anda berencana menikah, itu berarti Anda dan pasangan nantinya harus berjuang lebih keras untuk mempertahankan cinta dan pernikahan suci Anda. Tak hanya menyoal cinta, pun Anda harus siap berjuang lebih keras menghadapi tekanan hidup seperti ekonomi yang semakin sulit serta badai yang datang dalam pernikahan Anda.
Hidup ini adalah perjuangan. Saat Anda berencana menikah, itu berarti Anda dan pasangan nantinya harus berjuang lebih keras untuk mempertahankan cinta dan pernikahan suci Anda. Tak hanya menyoal cinta, pun Anda harus siap berjuang lebih keras menghadapi tekanan hidup seperti ekonomi yang semakin sulit serta badai yang datang dalam pernikahan Anda.
3. Pernikahan bukanlah perkara fifty-fifty
Tak dipungkiri, pernikahan akan menyita kemungkinan seluruh kehidupan Anda dan pasangan. Dan menikah bukan berarti Anda memberikan setengah dari hidup Anda yang digabungkan dengan setengah dari hidup pasangan Anda. Kenyataannya nanti, Anda akan memberikan 90% hidup Anda dan mungkin tidak akan mendapatkan 10% nya kembali, begitu juga sebaliknya pasangan Anda. Inilah realitas dan komitmen yang akan dijalani dalam sebuah kehidupan pernikahan.
Tak dipungkiri, pernikahan akan menyita kemungkinan seluruh kehidupan Anda dan pasangan. Dan menikah bukan berarti Anda memberikan setengah dari hidup Anda yang digabungkan dengan setengah dari hidup pasangan Anda. Kenyataannya nanti, Anda akan memberikan 90% hidup Anda dan mungkin tidak akan mendapatkan 10% nya kembali, begitu juga sebaliknya pasangan Anda. Inilah realitas dan komitmen yang akan dijalani dalam sebuah kehidupan pernikahan.
4. Menerima kekurangan sebagai kelebihannya
Apakah dia tak pernah menutup dudukan kloset setelah memakainya, atau meninggalkan handuk basah setelah mandi di atas tempat tidur? Bahkan dia sering terlupa dimana menaruh kunci mobilnya dan pernah lupa membawa dompet saat pergi bersama Anda? Menyebalkan, bukan? Namun, begitulah kiranya Anda harus bisa menerima dirinya sepaket, dengan segala kelebihan juga kekurangannya.
Apakah dia tak pernah menutup dudukan kloset setelah memakainya, atau meninggalkan handuk basah setelah mandi di atas tempat tidur? Bahkan dia sering terlupa dimana menaruh kunci mobilnya dan pernah lupa membawa dompet saat pergi bersama Anda? Menyebalkan, bukan? Namun, begitulah kiranya Anda harus bisa menerima dirinya sepaket, dengan segala kelebihan juga kekurangannya.
5. Berharap menjadi pasangan abadi
Setiap pasangan menikah manapun menginginkan pernikahan mereka berjalan baik-baik saja. Ada setia dan kejujuran yang berharap selalu terjaga dalam janji suci pernikahan. Bahkan jalinan cerita dalam novel roman atau film romantis pun sukses menawarkan mimpi-mimpi sebuah cinta dan pernikahan indah yang abadi. Namun, pada dasarnya, jangan pernah berpikir muluk-muluk seperti dalam novel yang Anda baca. Nikmatilah pasangan dan pernikahan Anda, meski ada hal-hal buruk dan tidak berkenan muncul seiring berjalannya biduk rumah tangga Anda. Berbahagialah saja, karena penerimaan terhadap masing-masing pribadi akan menguatkan cinta itu sendiri, dan jadilah pasangan abadi sepanjang masa.
Setiap pasangan menikah manapun menginginkan pernikahan mereka berjalan baik-baik saja. Ada setia dan kejujuran yang berharap selalu terjaga dalam janji suci pernikahan. Bahkan jalinan cerita dalam novel roman atau film romantis pun sukses menawarkan mimpi-mimpi sebuah cinta dan pernikahan indah yang abadi. Namun, pada dasarnya, jangan pernah berpikir muluk-muluk seperti dalam novel yang Anda baca. Nikmatilah pasangan dan pernikahan Anda, meski ada hal-hal buruk dan tidak berkenan muncul seiring berjalannya biduk rumah tangga Anda. Berbahagialah saja, karena penerimaan terhadap masing-masing pribadi akan menguatkan cinta itu sendiri, dan jadilah pasangan abadi sepanjang masa.
Kita semua diharapkan belajar, tidak hanya hari ini, tetapi setiap waktu, untuk lebih dewasa menghadapi realita pernikahan. Komitmen dan janji sehidup semati bersamanya akan bisa terjaga, jika Anda dan pasangan bersedia saling menguatkan. Untuk itu, Anda membutuhkan cinta, kesabaran, ketabahan dan keikhlasan yang besar untuk menjalaninya. Karena sebuah pernikahan adalah sekolah jangka panjang.
6. Cinta Saja Tidak Cukup
Menikah adalah penyatuan dua pribadi, dua pikiran menjadi satu untuk mewujudkan visi dan misi yang sama, yaitu membangun pondasi rumah tangga yang kuat agar 'rumah' itu nantinya senantiasa memberikan rasa nyaman dan hangat. Lalu bagaimana kita bisa memilih pilar penyangga yang kokoh? Apakah cinta bisa diandalkan? materi berlimpah bisa memberi kita bahagia? Lalu bagaimana dengan komitmen dan tanggung jawab? Seberapa penting kita harus saling mengenal pribadi masing-masing? Bagaimana dengan hal lain, bisakah itu diabaikan?
Sebelum memasuki gerbang pernikahan, seharusnya proses seleksi sudah dilakukan. Meminjam istilah anak muda gaul, butuh melalui tahapan koleksi, seleksi baru resepsi. Siapapun yang telah berhasil melewati seleksi ketat Anda, dialah pasangan hidup yang nantinya akan sama-sama belajar bersama Anda untuk melewati setiap proses kehidupan pernikahan yang berjalan. Tapi jika proses seleksi ini terlewatkan, sebaiknya Anda tak usah menoleh ke belakang, terus saja melihat ke depan. Karena komitmen dan kesungguhan Anda dan pasangan untuk sama-sama mewujudkan mimpi membangun mahlihai rumah tangga, itu yang paling dibutuhkan.
Tak dipungkiri, agar bangunan rumah tangga Anda tetap kokoh dan tegak berdiri meski abad berganti, Anda harus membutuhkan pilar-pilar berikut ini:
* Latar belakang keluarga
Segala hal yang sama dipercaya lebih menguatkan cinta itu sendiri. Kesamaan latar belakang keluarga (suku, bangsa, ras, agama, sosial maupun kondisi ekonomi) kedua belah pihak tak dipungkiri memegang peranan begitu penting. Namun kisah-kisah percintaan di sinetron atau film pun coba menggambarkan bahwa cinta beda status, berbeda latar belakang bisa juga berhasil. Jika Anda dan pasangan terlahir dari 'ketidaksamaan', inilah PR bagi Anda berdua agar berjuang lebih keras untuk saling menyesuaikan diri.
* Kesetaraan
Adanya kesetaraan akan mempermudah Anda dan pasangan mengarungi bahtera rumah tangga. Ibaratnya, Anda dan pasangan punya tujuan yang sama untuk melabuhkan cinta. Tak akan mungkin kan dalam satu kapal terdapat dua nakhoda yang mengendalikan kapal? Kesetaraan pendidikan, pola pikir juga keimanan mungkin akan meminimalkan friksi atau perpecahan yang timbul.
* Anda dan dia unik
Anda dan pasangan terlahir sebagai pribadi dengan karakteristik yang unik. Penyatuan dua karakter yang berbeda ini tentunya menjadi penentu langgeng tidaknya sebuah rumah tangga. Anda dan pasangan yang sama-sama berkarakter keras tentu lebih sulit mengendalikan laju kapal pernikahan. Idealnya Anda berdua harus saling melengkapi dan saling menutupi kekurangan dengan kelebihan yang ada.
* Cinta tetap penting
Meski cinta mungkin hanya akan indah di awal-awal pernikahan saja dan mempertahankan rumah tangga tak cukup bermodalkan cinta, tapi jangan pernah menyepelekan kekuatan cinta. Anda dan pasangan tetap akan membutuhkan cinta ini untuk menghangatkan sisi ruang hati Anda berdua yang sudah mulai dingin dan terasa hambar. Cinta yang Anda butuhkan tak hanya sekedar penunjukan rasa sayang dengan ciuman atau sentuhan mesra. Lebih dari itu cinta harus memberi makna melindungi, bertanggung jawab, juga rasa aman yang melingkupi pasangan. Pupuk saja cinta itu agar terus tumbuh subur, karena sebuah tanggung jawan akan terasa lebih ringan dijalani dengan adanya cinta di dalamnya.
* Kematangan dan motivasi
Meski usia tidak identik dengan kematangan seseorang namun usia ternyata menjadi faktor penentu dari kematangan Anda dan pasangan saat menikah. Pernikahan dini yang dijalani dengan kesiapan mental dan psikologis yang belum matang akan mempengaruhi motivasi dalam mempertahankan biduk rumah tangga.
* Partner hidup
Siapa sparing partner sejati Anda? Jawabannya tentu saja pasangan hidup Anda. Dialah belahan jiwa, sekaligus partner hidup Anda. Bersama dengannya Anda membangun dan mempertahankan pondasi rumah tangga agar tetap kokoh berdiri. Tak hanya sebagai partner, dialah sahabat yang akan selalu setia berjalan bersisian dengan Anda, menguatkan Anda yang mulai melemah dan mendukung setiap langkah terbaik dalam hidup Anda. Dialah yang selalu bahagia jika Anda bahagia.
6. Cinta Saja Tidak Cukup
Menikah adalah penyatuan dua pribadi, dua pikiran menjadi satu untuk mewujudkan visi dan misi yang sama, yaitu membangun pondasi rumah tangga yang kuat agar 'rumah' itu nantinya senantiasa memberikan rasa nyaman dan hangat. Lalu bagaimana kita bisa memilih pilar penyangga yang kokoh? Apakah cinta bisa diandalkan? materi berlimpah bisa memberi kita bahagia? Lalu bagaimana dengan komitmen dan tanggung jawab? Seberapa penting kita harus saling mengenal pribadi masing-masing? Bagaimana dengan hal lain, bisakah itu diabaikan?
Sebelum memasuki gerbang pernikahan, seharusnya proses seleksi sudah dilakukan. Meminjam istilah anak muda gaul, butuh melalui tahapan koleksi, seleksi baru resepsi. Siapapun yang telah berhasil melewati seleksi ketat Anda, dialah pasangan hidup yang nantinya akan sama-sama belajar bersama Anda untuk melewati setiap proses kehidupan pernikahan yang berjalan. Tapi jika proses seleksi ini terlewatkan, sebaiknya Anda tak usah menoleh ke belakang, terus saja melihat ke depan. Karena komitmen dan kesungguhan Anda dan pasangan untuk sama-sama mewujudkan mimpi membangun mahlihai rumah tangga, itu yang paling dibutuhkan.
Tak dipungkiri, agar bangunan rumah tangga Anda tetap kokoh dan tegak berdiri meski abad berganti, Anda harus membutuhkan pilar-pilar berikut ini:
* Latar belakang keluarga
Segala hal yang sama dipercaya lebih menguatkan cinta itu sendiri. Kesamaan latar belakang keluarga (suku, bangsa, ras, agama, sosial maupun kondisi ekonomi) kedua belah pihak tak dipungkiri memegang peranan begitu penting. Namun kisah-kisah percintaan di sinetron atau film pun coba menggambarkan bahwa cinta beda status, berbeda latar belakang bisa juga berhasil. Jika Anda dan pasangan terlahir dari 'ketidaksamaan', inilah PR bagi Anda berdua agar berjuang lebih keras untuk saling menyesuaikan diri.
* Kesetaraan
Adanya kesetaraan akan mempermudah Anda dan pasangan mengarungi bahtera rumah tangga. Ibaratnya, Anda dan pasangan punya tujuan yang sama untuk melabuhkan cinta. Tak akan mungkin kan dalam satu kapal terdapat dua nakhoda yang mengendalikan kapal? Kesetaraan pendidikan, pola pikir juga keimanan mungkin akan meminimalkan friksi atau perpecahan yang timbul.
* Anda dan dia unik
Anda dan pasangan terlahir sebagai pribadi dengan karakteristik yang unik. Penyatuan dua karakter yang berbeda ini tentunya menjadi penentu langgeng tidaknya sebuah rumah tangga. Anda dan pasangan yang sama-sama berkarakter keras tentu lebih sulit mengendalikan laju kapal pernikahan. Idealnya Anda berdua harus saling melengkapi dan saling menutupi kekurangan dengan kelebihan yang ada.
* Cinta tetap penting
Meski cinta mungkin hanya akan indah di awal-awal pernikahan saja dan mempertahankan rumah tangga tak cukup bermodalkan cinta, tapi jangan pernah menyepelekan kekuatan cinta. Anda dan pasangan tetap akan membutuhkan cinta ini untuk menghangatkan sisi ruang hati Anda berdua yang sudah mulai dingin dan terasa hambar. Cinta yang Anda butuhkan tak hanya sekedar penunjukan rasa sayang dengan ciuman atau sentuhan mesra. Lebih dari itu cinta harus memberi makna melindungi, bertanggung jawab, juga rasa aman yang melingkupi pasangan. Pupuk saja cinta itu agar terus tumbuh subur, karena sebuah tanggung jawan akan terasa lebih ringan dijalani dengan adanya cinta di dalamnya.
* Kematangan dan motivasi
Meski usia tidak identik dengan kematangan seseorang namun usia ternyata menjadi faktor penentu dari kematangan Anda dan pasangan saat menikah. Pernikahan dini yang dijalani dengan kesiapan mental dan psikologis yang belum matang akan mempengaruhi motivasi dalam mempertahankan biduk rumah tangga.
* Partner hidup
Siapa sparing partner sejati Anda? Jawabannya tentu saja pasangan hidup Anda. Dialah belahan jiwa, sekaligus partner hidup Anda. Bersama dengannya Anda membangun dan mempertahankan pondasi rumah tangga agar tetap kokoh berdiri. Tak hanya sebagai partner, dialah sahabat yang akan selalu setia berjalan bersisian dengan Anda, menguatkan Anda yang mulai melemah dan mendukung setiap langkah terbaik dalam hidup Anda. Dialah yang selalu bahagia jika Anda bahagia.
sumber: http://suaramerdeka.com