Dari Indomie, Anthoni Terkaya Ke-5 Indonesia

Majalah Forbes kembali merilis daftar 40 orang terkaya Indonesia dengan total kekayaan mencapai US$71 miliar atau Rp640 triliun.

Kakak beradik, Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono masih mempertahankan posisi teratas dengan kekayaan US$11 miliar.

Salah satu yang mengejutkan adalah posisi Anthoni Salim, bos Grup Indofood. Peringkat Anthoni tahun lalu berada di posisi sembilan dengan kekayaan US$1,4 miliar. Tahun ini, Anthoni naik peringkat ke posisi kelima dengan total kekayaan US$3 miliar.

Anthoni berada di bawah duet Hartono, Susilo Wonowidjojo (US$8 miliar),  Eka Tjipta Widjaja (US$6 miliar) dan Martua Sitorus (US$3,2 miliar).

Anthoni adalah putra taipan Liem Sioe Liong, pengusaha yang dikenal dekat dengan pemerintahan Orde Baru. Pada saat krisis moneter 1998, bisnis Grup Salim jatuh. Anthoni juga harus menyerahkan sekitar 108 perusahaan kepada pemerintah guna membayar utang Rp 52,7 triliun.

Namun, mesin uang "Indofood" tidak termasuk yang diserahkan ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Hanya sebagian kecil saham Indofood yang diserahkan ke BPPN. Kendali tetap dipegang oleh Grup Salim, kendati saat itu Anthoni berada di balik layar.

Beberapa tahun pasca krisis, Grup Salim mulai unjuk gigi. Pada 2004, enam tahun setelah krisis, Anthoni kembali. Dia mengambilalih kembali tampuk kepemimpinan Indofood yang dipegang oleh Eva Riyanti Hutapea.

Sejak saat itu hingga sekarang, Anthoni menjabat sebagai Presiden Direktur dan Kepala Eksekutif Korporat (CEO) Indofood sejak 2004. Selain itu, Anthoni juga menjabat sebagai Presdir dan CEO Grup Salim.

Kini Indofood terus tumbuh dan berkembang sebagai raja industri makanan di Indonesia. Bahkan, bisnis Indofood kian terintegrasi dan bergerak dari hulu hingga hilir. Perusahaan ini bergerak di sektor agribisnis, industri tepung terigu, produk makanan hingga menguasai jalur distribusi.

Baru-baru ini, Indofood -- yang sempat dirundung kabar mie beracun menyusul penarikan produk Indomie di Taiwan -- menawarkan saham perdana anak usaha, yakni Indofood CBP Sukses Makmur  di bursa efek Indonesia. Dari IPO tersebut, Indofood meraup dana besar, Rp6,29 triliun.

Sebagian dari dana itu akan dipakai pengembangan usaha, seperti menambah kapasitas pabrik untuk susu, penyedap makanan, nutrisi serta makanan kaleng. Yang tak kalah penting adalah menggenjot pabrik mi instan, produk paling populer made in Indofood.

Khusus untuk mi instan, penambahan kapasitas pabrik digeber di Jakarta, Palembang, dan Semarang. "Kapasitas noodle akan didongkrak 13 persen dari sekarang 15,7 miliar bungkus per tahun," kata Sekretaris Perusahaan Indofood Sukses Makmur, Werianty Setiawan beberapa waktu lalu.

Kapasitas produksi belasan miliar bungkus per tahun memang bukan main-main. Itu menempatkan Indofood sebagai produsen mi instan terbesar di dunia. Dari total kapasitas tersebut, sebanyak 11 miliar bungkus adalah produk Indomie. Dari jumlah itu, sebanyak 880 juta bungkus diekspor.

Begitu besarnya produksi Indomie membuat merek ini identik dengan mi instan yang sangat melekat dan dikenal luas masyarakat. Bukan sekedar dikenal dari Sabang sampai Merauke atau Pulau Timor hingga Pulau Talaud. Namun, Indomie jauh mengalahkan merek mi instan saudaranya, seperti Supermi, Sarimi atau Pop Mie. Tak mengherankan jika Indomie secara konsisten mendapatkan sejumlah penghargaan bergengsi setiap tahunnya.

Yang lebih menakjubkan, Indomie bukan hanya dikenal di Indonesia, namun juga di manca negara. Menurut Direktur PT Indofood Sukses Makmur, Franciscus Welirang, Indomie sudah diekspor ke 80 negara di lima benua selama lebih dari 20 tahun. Indomie bukan hanya dikenal di negara tetangga dekat di Asia seperti Singapura, Malaysia, Brunei, Hong Kong hingga Taiwan.

Namun, Indomie sudah terbang jauh ribuan kilometer mulai dari wilayah Eropa, Timur Tengah, Afrika hingga benua Amerika.  Di negara-negara Afrika dan Timur Tengah, seperti Sudan dan Libanon malah hampir ada di setiap toko retail dan super market. Di Amerika Serikat, Indomie malah menjadi  salah satu hadiah natal favorit paling murah.

Dengan pasar yang begitu luas hingga 80 negara, tak mengherankan jika kerajaan bisnis Indofood terus melaju. Akibatnya, sepanjang semester I 2010 saja, total aset perusahaan yang dikomandani Anthoni Salim melonjak menjadi Rp11,2 triliun dibanding Rp10,2 triliun pada tahun sebelumnya. Penjualan naik 11 persen menjadi Rp8,91 triliun dari Rp8,03 triliun. Dan, laba bersih juga melonjak tajam dari Rp555,08 miliar pada Juni 2009 menjadi Rp809 miliar setahun kemudian.

Tentu saja, Indomie adalah penyumbang terbesar pendapatan Indofood. Kontribusinya mencapai hampir 70 persen dari semua produk bermerek made in Indofood.
Sumber: www.pengusaha.co.id


Informasi Laptop, Komputer, Virus, Jual-Beli Bekas, click here!