Penderita ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) atau penyakit fatal yang menyerang sel saraf, biasanya hanya mampu bertahan 2 hingga 5 tahun setelah timbul gejala. Tapi tidak dengan Stephen Hawking, ahli fisika terkenal asal Inggris ini mampu bertahan hingga 47 tahun setelah divonis ALS.
ALS yang dikenal juga sebagai penyakit Lou Gehrig atau penyakit motor neuron (MND) adalah penyakit yang mempengaruhi sel-sel saraf di otak dan sumsum tulang belakang yang menyebabkan kelemahan otot dan atrofi.
Penyakit ini menyebabkan kematian neuron motorik, yang berarti otak kehilangan kemampuan untuk mengendalikan gerakan otot. Ketika otot dalam diafragma dan dinding dada gagal, penderita akan kehilangan kemampuan untuk bernapas tanpa bantuan ventilasi.
Kebanyakan orang dengan ALS hanya bertahan 2 sampai 5 tahun setelah diagnosis. Hawking, di sisi lain, telah hidup selama 47 tahun sejak ia memiliki penyakit ALS.
Stephen William Hawking dilahirkan pada 8 Januari 1942 di Oxford, Inggris. Dia tumbuh besar dekat kota London dan meraih gelar Bachelor dari Oxford University pada 1962 dengan predikat terbaik.
Namun pada usia 21 tahun, dia divonis menderita penyakit ALS yang membuatnya duduk di kursi roda hingga kini tanpa bisa bergerak sedikitpun.
Penyakit ini berawal ketika dia kesulitan mengikat tali sepatu yang membuatnya sadar ada sesuatu yang salah dengan tubuhnya.
Sekitar 1 dari 10 kasus ALS dianggap karena genetika, tetapi pemicu untuk 90 persen kasus lainnya masih merupakan misteri.
Para ilmuwan yang didukung oleh National Institute of Neurological Disorders dan Stroke (NINDS) menemukan bahwa mutasi pada gen yang memproduksi enzim SOD1 (superoxide dismutase 1) dikaitkan dengan beberapa kasus ALS. Enzim ini merupakan antioksidan kuat yang melindungi tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas.
Gejala awal ALS mungkin sangat halus dan sering diabaikan, seperti berkedut, kram (kaku otot), lemah otot lengan atau kaki, bicara melantur atau kesulitan mengunyah dan menelan.
Gejala lanjutan seperti kesulitan bernapas dan mengalami kelumpuhan. Kematian biasanya disebabkan oleh kegagalan pada otot-otot pernapasan.
ALS tidak mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melihat, mencium, merasakan, mendengar, atau mengenali sentuhan. Pasien biasanya mempertahankan kontrol otot mata dan fungsi kandung kemih dan usus, meskipun pada tahap akhir penyakitnya, pasien membutuhkan bantuan untuk ke kamar mandi.
“Saya berusaha hidup senormal mungkin, dan tidak berpikir tentang kondisi saya atau menyesali hal-hal yang mencegah saya berbuat banyak,” kata Profesor Hawking, seperi dilansir dari Hawking.org, Selasa (27/4/2010).
Pada awalnya, penulis buku terlaris ‘A Brief History of Time’ ini merasa agak terganggu. Sadar bahwa ia memiliki penyakit yang tidak bisa disembuhkan dan akan membunuhnya dalam beberapa tahun, sedikit mengejutkannya.
“Mimpi saya pada waktu itu sedikit terganggu, saya merasa sangat bosan dengan hidup. Tapi tiba-tiba saya menyadari bahwa ada hal berharga lain yang dapat saya lakukan, jika saya tangguh,” kata penerus Black Hole Theory (teori lubang hitam) yang ditemukan Einstein.
Dia kembali bangkit dan bermimpi, “Saya akan mengorbankan hidup saya untuk menyelamatkan hidup orang lain”.
Saat itu ia kembali melakukan penelitian. Dan sepertinya, kehadiran Hawking di dunia sudah ditunggu-tunggu untuk meneruskan pekerjaan Newton dan Einstein dalam mengupas tabir semesta.
Seluruh riset Hawking dilakukan di dalam kepalanya, karena proses kelumpuhan tangannya yang berjalan berangsur-angsur. Secara perlahan pula dia melatih pikirannya untuk berpikir dengan cara yang berbeda dengan fisikawan pada umumnya.
Walaupun penyakit ini biasanya tidak merusak kecerdasan dan pikiran seseorang, beberapa studi terbaru menunjukkan bahwa beberapa pasien ALS mungkin mengalami perubahan pada fungsi kognitif, seperti depresi dan masalah dengan pengambilan keputusan dan memori.
Seperti dilansir dari BBC, pada tahun 1985, Hawking divonis pneumonia dan harus menjalani operasi tracheotomy. Operasi tracheotomy menghapus kemampuannya untuk berbicara sama sekali, dan ia harus bergantung pada komputer portabel kecil dan speech synthesizer yang dipasang pada kursi roda.
“Dia orang yang cemerlang, dan dia berusaha dengan banyak kesulitan untuk mencapai semua hal yang telah dicapainya,” kata Bob Hawkins, ahli diagnosis ALS dari North Carolina.
Hawking memiliki keterlibatan langsung dalam mempromosikan kepedulian dan penelitian tentang penyakitnya. Dia baru-baru ini setuju untuk menjadi pelindung dari Asosiasi MND di Northampton, Inggris.
Selama 47 tahun dari usianya yang kini 68 tahun, Hawking menghabiskan waktunya di kursi roda. Saat ini Hawking membutuhkan perawatan 24 jam. Diyakini pikirannya yang tajam yang mampu membuatnya bertahan hidup meski raganya sudah sangat tak berdaya. (Detik.com)Informasi Laptop, Komputer, Virus, Jual-Beli Bekas, click here!