Solusi jika Besar Pasak daripada Tiang

Besar pasak daripada tiang adalah istilah yang paling kita ketahui. Sejak kita masih duduk di bangku SD, kita telah mengenal peribahasa yang berarti lebih besar pengeluaran daripada pendapatan.

Anehnya, meski kita telah mengetahui peribahasa ini sejak SD seharusnya membuat kita bisa menghindari kondisi tersebut. Tetapi kabar berita yang kita terima justru banyak yang membangun rumah dengan pasak yang jauh lebih besar daripada tiangnya. Bagaimana dengan anda para penggemar blog ini? Semoga saja tidak demikian.
Saya mengangkat topik ini karena hari minggu lalu baru saja saya membawakan topik money management dalam pelatihan yang saya berikan. Ternyata memang situasi yang sangat mudah untuk mendapatkan dan mempergunakan kartu kredit, tanpa sadar membuat orang mudah terjerumus ke dalam pasak yang lebih besar tadi. Saya tidak menentang penggunaan kartu kredit. Yang saya tentang adalah penyimpangan akibat kartu kredit.

Mari kita lihat apa saja penyimpangan yang terjadi akibat ‘tidak bisa menekan nafsu belanja’, ok?

Kartu kredit seharusnya menjadi pengganti penggunaan uang tunai dengan alasan keamanan serta dengan alasan untuk berjaga-jaga, misalkan ada yang sakit dan harus ke rumah sakit, maka bisa digunakan untuk membayar dp kamar. Kenyataannya : kartu kredit digunakan untuk memuaskan mata kita akibat melihat sesuatu yang menarik di mal, sehingga lama kelamaan dompet kita juga ikutan sakit.

Tagihan kartu kredit itu harusnya kita bayarkan sekaligus, sebab jika tidak akan berbeban bunga yang sangat besar! 3,75% perbulan itu setara dengan 46% pertahun! Padahal kita tabung setengah mati di bank, bunga yang dijamin pemerintah adalah 3,75% pertahun! Kenyataannya: Karena pola belanja kita yang tidak terarah dan tidak teranggarkan, maka kita membeli barang yang di luar kemampuan kita. Seringkali setelah kita membeli barang tersebut, kita kemudian baru menyesal karena menyadari bahwa tidak pentingnya barang tersebut. Kita menjadi hanya bisa membayar dengan mencicil…wow! Konyol banget kan, menabung 3,75% tetapi mengeluarkan 3,75% perbulan akibat hutang kartu kredit.

Kartu kredit adalah alat pembayaran elektronik, dan namanya kredit itu adalah soal kepercayaan. Kenyataannya: saat ini begitu mudah mendapatkan kartu kredit tanpa kita harus membuka tabungan di bank penerbitnya. Padahal dulu setengah mati bagi kita kalau mau apply kartu kredit, sekarang kita menolak setengah mati tawaran kartu kredit yang datang. Mengapa ini terjadi, sekali lagi karena persaingan yang ketat membuat semua orang berlomba banyak-banyakan kartu kredit hanya untuk gengsi.

Seharusnya kita membangun dan mengisi lumbung padi untuk berjaga-jaga jika panen tahun ini tidak bagus atau kita gagal panen. Kenyataannya: kita sibuk mengosongkan lumbung padi dan mengisi rumah kita sendiri dengan berbagai maca elektronik yang tidak banyak manfaatnya. Televisi menjadi kebutuhan jika kita bekerja di bidang yang memerlukan tv, mobil menjadi kebutuhan jika kita gunakan untuk transportasi. Jika diluar fungsi itu, maka tv dan mobil menjadi sebatas keinginan saja.

Bagaimana cara mengatasi besar pasak daripada tiang? Mudah!
Kita bisa mengatasi ini dengan 2 cara:


Memperkecil pasak kita. Yang menjadi persoalan adalah kita seringkali tidak mau memperkecil pasak kita, dengan mengeluarkan biaya-biaya keinginan yang tidak perlu, misal wajib nonton 4 kali sebulan. Harus makan di luar, seminggu sekali. Harus ke salon, 4 kali sebulan dan sebagainya. Karena itulah kita harus membuat anggaran belanja dan pendapatan kita perbulan. Bukankah ilmu mengenai itu sudah kita dapatkan sejak SMP? Dengan kita membuat anggaran kita bisa mengetahui ke mana saja larinya uang yang kita hasilkan perbulan.
Bagaimana Bud, jika pasak saya sudah kecil…..tapi tetap saja lebih besar dari tiang karena harus membayar hutang-hutang kartu kredit saya? Maka akan muncul solusi ke-2, yaitu Memperbesar tiang kita! Yang menjadi persoalan adalah banyak dari kita yang mengatakan lebih sayang anak dan keluarga, jadi lebih baik habis kerja pulang ke rumah. BULL SHIT!
Yang benar adalah kita malas kalau harus bekerja tambahan lagi untuk mendapatkan income lebih sehingga bisa menutupi hutang kita. Rasa malas kita membuat kita beralasan bahwa uang itu bukan segalanya, bahwa lebih baik berkumpul bersama keluarga, bahwa mangan ora mangan sing penting ngumpul. Mari kita jujur pada diri sendiri, kalau mau terus besar pasak daripada tiang….maka kita tidak usah berubah sama sekali….akibatnya setiap kali terima gaji, 2-3 hari kemudian sudah pusing lagi memikirkan bagaimana keuangan kita yang cekak untuk sampai gaji berikutnya.

Jika kita sudah bekerja tambahan berarti bisa ada dana tambahan untuk membayar hutang, pengeluaran sudah kita atur dengan sangat ketat, tetapi tetap saja kartu kredit kita membengkak dari bulan ke bulan. Apa yang harus saya lakukan?
Solusinya hanya satu, saya kutip dari dunia kedokteran. Jika kaki kanan sudah mulai membusuk akibat gangren, hanya ada 2 cara saja. Kita biarkan membusuk sampai akhirnya menular dan naik terus ke jantung hingga mengakibatkan kematian? atau kita memilih untuk melakukan amputasi kaki kanan kita, sehingga seumur hidup kita tidak memiliki kaki kanan tetapi tetap selamat.
Mana yang dipilih? Jika di persoalan kaki membusuk, kaki tidka bisa tumbuh lagi….tetapi jika di soal keuangan,…..juallah motor atau mobil yang sedang anda kendarai untuk menutupi hutang tersebut…..motor dan mobil bisa kita cari kembali jika pikiran kita menjadi damai tanpa dibebani soal hutang. Karena orang yang berhutang adalah orang yang paling memikirkan soal uang, bukankah begitu?

Berhenti menggunakan kartu kredit anda, itu merupakan jalan keempat dalam mengatasi besar pasak daripada tiang! Jika tidak …maka akan terus berbahaya bagi keuangan kita.

Dengan terbebasnya kita dari hutang, akan sangat banyak hal yang bisa kita dapatkan. hidup akan menjadi lebih nikmat dan indah.

Budi Suryanto
Sumber: http://budiconsultant.blogspot.com/

Informasi Laptop, Komputer, Virus, Jual-Beli Bekas, click here!