Seorang teman pria pernah berkata,
"nanti dulu ah nikahnya, nunggu punya uang dulu." Alasan tersebut memang
terdengar masuk akal. Bagaimana bisa menikah kalau belum punya uang?
Tetapi kalau dipikir lagi, haruskah menunggu sampai terkumpul berapa
banyak uang dulu, baru kemudian berpikir soal menikah?
Jaman
sekarang, tak hanya pria saja yang bekerja mencari penghasilan. Wanita
juga tak hanya diam di rumah dan mengurus anak. Wanita masa kini, lebih
senang melakukan banyak hal sekaligus, bekerja, mengurus anak, mengurus
keluarga dan kebutuhan rumah tangga. Yang jelas, agar dapur tetap
mengepul tak semuanya dibebankan pada suami saja. Istri juga ikut
berusaha agar beban itu tidak ditanggung suami sendiri, dan jalannya
lebih ringan. Tetapi mengapa masih ada yang berpikir bahwa menikah itu
harus menunggu punya uang ya?
Stereotipe Kuno: berpenghasilan dulu, kemudian menikah
Sebenarnya
ini adalah pemikiran kuno, di mana jaman dahulu, soal kebutuhan hidup
semua dibebankan pada pria saja. Pria bekerja membanting tulang demi
mencukupi kebutuhan istri dan anak-anaknya. Tak heran jika pada akhirnya
wanita berpikir untuk mencari pria yang mapan, yang sudah bekerja
sebagai syarat untuk menjadi suami baginya. Alhasil, cinta, kecocokan
dan kenyamanan bukan menjadi nomor satu lagi dalam sebuah pernikahan.
Selama pria itu bisa mencukupi kebutuhan materi dan fisik, ia sudah
layak disebut sebagai calon suami.
Mungkin
dari sini juga muncul istilah 'wanita materialistis', di mana wanita
memang menuntut pria yang lebih bisa mencukupi kebutuhan materi.
Sekalipun banyak pria yang protes, sebenarnya ini juga tidak sepenuhnya
kesalahan wanita. Pria yang terlebih dahulu memilih untuk mapan kemudian
memikirkan soal pernikahan, tidak salah juga kalau akhirnya wanita
memang mencari pria yang sudah mapan, kan?
Stereotipe Modern: menikah, dan berpenghasilan
Pria
sudah banyak yang berubah. Menyadari kemandirian dan keinginan wanita
untuk menyetarakan diri, perlahan pria juga memberi jalan pada wanita
untuk berusaha dan berpenghasilan sendiri. Di sinilah akhirnya
pernikahan itu tak lagi bergantung pada status pria yang harus sudah
mapan saja. Konsep calon suami juga berubah, pria tak harus sudah mapan
dan berpenghasilan untuk meminang kekasihnya. Bahkan banyak kok mereka
yang masih kuliah dan berstatus menikah.
Namun ada beberapa kekurangan pada metode modern ini.
Yang
pertama, tekanan yang diemban pria juga cukup besar. Rasa ketakutan dan
kekhawatiran bahwa dirinya tak pantas untuk pasangan seringkali muncul.
Belum lagi pertanyaan 'apakah aku bisa membahagiakan pasangan' menjadi
momok yang berhasil menimbulkan depresi tersendiri. Ada yang sukses
melewatinya, ada yang hingga sekarang masih mencari jawaban dan
bertanya-tanya ke mana perginya nyali itu.
Yang
kedua, wanita jadi terlalu asal dalam memilih pasangan hidup. Selama
saat itu usianya sudah cukup, ia cinta, dan rata-rata semua teman
wanitanya sudah menikah, maka ia juga tak mau kalah.
Pertimbangan-pertimbangan yang lebih dalam tak lagi ada. Bahkan mungkin,
ia sendiri juga tidak yakin apakah ia benar-benar mencintai dan cocok
dengan pasangannya. Yang penting baginya adalah menikah dan punya status
sebagai istri.
Separah itukah metode ini?
Tentu tidak. Sebagian besar orang dapat menerapkan metode ini dengan baik dan memetik hasil positifnya.
Bagi
pria, hal ini membuatnya terpacu untuk lebih punya rasa tanggung jawab
dan keinginan untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan membahagiakan
istrinya. Ia jadi punya tujuan hidup yang lebih jelas.
Bagi
wanita, ia tidak harus tergantung pada penghasilan suami. Ia bisa
mandiri dan menyalurkan keinginannya, menggapai apa yang disebut
prestasi dan impian.
Selain itu,
keduanya tak hanya terpaku soal materi saja. Dapat memilih pasangan yang
memang klop dan nyaman. Bekerja sama satu sama lain demi membangun
rumah tangga impian, terutama dalam hal materi dan pembagian tugas.
Rasanya cukup adil dan menyenangkan, bukan?
Menikah
itu tidak harus menunggu punya banyak uang kok. Selama diri Anda siap,
dan tahu benar resiko serta tanggung jawab, Anda tak harus menunggu
lama-lama. Soal materi toh bisa dicari berdua, tak harus dibebankan pada
salah satunya saja.
Oleh: Agatha Yunita (SUMBER)AYITIBOX INDONESIA 'Kalau Situs Lain Sibuk Menjual, Disini Royal Membeli'