Perempuan kelahiran 7 Mei 1919 didekat kota terpencil Los Toldos, Argentina, sekitar 150 mil sebelah barat ibukota negara, Buenos Aires ini begitu kharismatik dan dicintai tak hanya di negaranya Argentina, tetapi juga di dunia. Sayangnya, ia tak berumur panjang. Eva meninggal pada usia 33 tahun.
Eva Peron dibesarkan di Junin, Buenos Aires. Kedua orangtuanya, Juan Duarte dan Juana Ibarguren, adalah imigran Basque, Spanyol. Ayahnya sebenarnya seorang peternak yang kaya di Chivilcoy, Buenos Aires, tetapi sudah punya anak dan istri. Pada saat itu tak lazim orang kaya memiliki istri lebih dari satu dan cenderung ditolak masyarakat. Karena itu status Juana adalah istri simpanan.
Ketika Juan Duarte meninggal dan Juana beserta anak-anaknya ingin ikut prosesi menguburkannya, mereka ditolak istri resmi Duarte. Eva masih ingat bagaimana mereka diusir dari pekuburan itu.
Setelah itu Juana dan anak-anaknya hidup dalam kemiskinan dan dikucilkan masyarakat. Eva dan empat kakaknya dianggap anak haram. Karena itu mereka tak punya akte kelahiran. Untuk memenuhi kebutuhannya Juana menjahit pakaian milik tetangga yang mau mempekerjakannya.
Pelan-pelan Juana bisa menyewa apartemen dan membayar dari hasil memasak pemilik peternakan besar yang mempekerjakannya. Setelah anak pertamanya dewasa dan bisa bekerja mereka mendapat dukungan pendanaan dari anaknya.
Eva sendiri ketika remaja lebih tertarik ke dunia film. Ketika usianya 15 tahun ia nekat pergi ke Buenos Aires untuk mengejar mimpinya hingga akhirnya berhasil memiliki Radio tempat dia bekerja sebagai aktris. Sebagai remaja yang cantik ia disukai banyak orang. Ia menjalin hubungan dengan sejumlah pria tetapi tak pernah langgeng. Sampai muncul anggapan Eva hanya memanfaatkan lelaki yang ditemuinya demi kariernya.
Namun petualangannya berubah saat bertemu Juan Peron, seorang politikus yang tengah meniti karier untuk jadi Presiden Argentina. Setahun setelah pertemuan itu mereka menikah. Eva kemudian terlibat dalam kampanye pencalonan suaminya dengan begitu heroik. Ia menyisipkan kampanye-kampanyenya dengan cerita dirinya yang miskin dan Peron adalah orang yang tepat untuk mengangkat kemiskinan negaranya. Kampanyenya itu menggugah masyarakat hingga akhirnya Peron terpilih jadi Presiden Argentina pada 4 Juni 1946 dan Eva Peron jadi First Lady-nya.
Selama menjadi First Lady peran Eva tak meredup. Dukungannya pada kaum miskin begitu besar. Karena itu tahun 1952 menjelang ia meninggal, Kongres Argentina memberinya gelar "Spiritual Leader of the Nation". Eva Peron meninggal pada 26 Juli 1952 dalam usia 33 tahun karena kanker.
Kepada dunia Evita menunjukkan seorang Fist Lady bukan saja sebagai pendamping tetapi harus mampu melakukan perubahan-perubahan untuk rakyatnya. Evita melakukan dalam system dan bukan dengan revolusi.
Evita Peron telah menjadi inspirasi bagi para wanita dan orang-orang yang menginginkan perubahan.