Irma
Suryati, wanita berusia 38 tahun ini menyandang cacat fisik yang
membuatnya tidak bisa berjalan tanpa alat bantu. Irma tidak putus asa
dan menyerah dengan keadaannya. Dengan kemampuan kreativitasnya, Irma
membuat keset dari kain perca bersama penyandang difabel lain di
Kebumen, Jawa Tengah. Mencoba mengadu peruntungan, Irma nekat datang ke
Pasar Tanah Abang Jakarta untuk memasarkan keset hasil kerajinan
kelompoknya. Berbekal keset jualan dan uang seadanya, Irma ke Jakarta.
Banyak rintangan dilaluinya mulai datang ke Tanah Abang terlalu pagi
hingga hampir saja dipalak oleh preman. Terpaan hujan deras dan angin
kencang pun dilaluinya namun tidak menyurutkan niatnya untuk berusaha.
Tuhan
membuka pintu kemudahan bagi Irma, ketika Irma mengetahui ada lomba
kewirausahaan muda tingkat nasional Irma pun antusias untuk
mengikutinya. Setelah Irma membaca lagi dengan teliti, ternyata syarat
yang diajukan adalah peserta minimal berpendidikan Strata satu atau
sarjana. Irma yang merupakan lulusan SMA tidak berkecil hati. Irma
melobi panitia dan bertemu dengan Ibu Nining Susilo
yang merupakan panitia inti dari lomba tersebut. Ibu Nining mengijinkan
Irma mengikuti lomba ini dengan syarat bahwa Irma harus mengikuti
bimbingan UKM yang diadakan di Universitas Indonesia. Usaha keras Irma
membuahkan hasil, dirinya mendapatkan juara satu.
Kini Irma memiliki home industry keset
perca yang memiliki pegawai sekitar 20 penyandang cacat. Selain itu,
Irma juga terus menularkan kemampuan yang dimilikinya menjadi program
pemberdayaan masyarakat di seluruh wilayah Jawa Tengah. Tidak berhenti
di situ, pangsa pasar keset buatan Irma juga meluas hingga ke
Australia, China dan Singapura. Usaha yang berawal dari ketekunan dan
pantang menyerah ini sayangnya belum mendapat bantuan nyata dari
pemerintah yang langsung bersentuhan dalam usahanya memberdayakan kaum
sesamanya. Padahal tidak hanya penyandang difabel, Irma juga
mempekerjakan mantan PSK, pengamen dan orang-orang yang masih menganggur
juga.
Irma berharap bahwa ada sinergi dari pemerintah
untuk bisa melakukan pemberdayaan terhadap orang yang mengalami
keterbatasan fisik di masing-masing kabupaten. Sehingga seluruh orang
yang sebenarnya mampu untuk berkarya walau memiliki keterbatasan fisik
bisa bekerja dan mencukupi kebutuhan mereka. Dengan memberikan pelatihan
dan pekerjaan kepada yang membutuhkan, maka tingkat kemiskinan juga
akan berkurang dan beban pada penyandang difabel juga menjadi lebih
ringan.
Kisah Irma memberi motivasi dan keyakinan pada
kita bahwa walaupun memiliki kekurangan, seseorang masih bisa berkarya
dan berguna bagi yang lainnya. Tidak mudah menyerah dan memiliki
keteguhan adalah modal untuk setiap orang meniti mimpi yang
dicita-citakan untuk diwujudkan. Jangan jadikan kekurangan sebagai
halangan, tapi jadikan semangat bahwa kita bisa sama seperti yang
mendekati sempurna.