'Mau Ubah Dunia, Jangan Berpikir Konvensional'

RIZAL RAMLI. Begitu mendengar nama itu, pikiran orang tentu akan tertuju kepada sosok pria berbadan tambun yang pernah menjabat Menteri Koordiantor Bidang Perekonomian dan Menteri Keuangan dalam kabinet Persatuan Nasional. Menjabat sebagai menteri tentu membuat Rizal memiliki peran besar bagi negara ini terutama ketika dia menjadi menteri pada era pemerintahan Abdurrahman Wahid.

Tapi jauh sebelum Rizal menjabat sebagai menteri, masa kecilnya harus dilalui dengan penuh perjuangan dan tantangan. Mengingat Rizal adalah anak yatim piatu. Namun mendapat status anak yatim piatu justru membuat Rizal Ramli kuat dan terlatih menghadapi persoalan hidup. "Dalam setiap tantangan itu saya mencoba menjadi problem solver untuk mencari solusi demi pemecahan masalah tersebut. Terkadang caranya out of the box atau di luar kebiasaan orang-orang," ujar Rizal.

Rizal muda juga harus bekerja agar bisa sekolah hingga tingkat perguruan tinggi. Tantangan masa muda Rizal tak berhenti seperti itu. Dia juga harus merasakan dinginnya sel penjara. Rizal ditangkap karena mengkritik kebijakan Orde Baru yang otoriter.

"Saat itu saya bersama teman-teman saya yang berusia 20-30 tahun ditangkap, karena membuat buku mengkritik Orde Baru. Lima bulan di penjara militer dan satu tahun di penjara Sukamiskin," tuturnya mengenang.

Dipenjara, justru semakin membuat semangat Rizal makin meletup. Pria kelahiran Padang, 55 tahun silam ini menganggap penjara sebagai sarana untuk menggembleng mental. "Banyak yang bilang penjara itu sebenarnya universitas yang paling bagus, asal kita mau membaca dan berdiskusi yang positif selama di penjara," paparnya.

Lepas dari penjara Rizal tak ingin lemah. Dia terus mengejar cita-citanya untuk menjadi orang besar. Kerja sambil kuliah pun dilakoni. Hingga akhirnya dia terus bisa mengenyam pendidikan hingga ke luar negeri.

Pulang dari luar negeri pada tahun 1990, Rizal tentu semakin dicari. Bukan karena berbuat masalah, tapi banyak orang yang ingin mengajaknya mendirikan organisasi pergerakan. Pria yang juga mempunyai hobi menonton film di bioskop ini kemudian memilih untuk menjadi aktivis kampus bersama teman-temannya.

Kemudian Soeharto dan Orde Barunya pun runtuh. Rizal yang ketika itu berusia 44 tahun, kemudian terpilih sebagai menteri di Kabinet Persatuan Indonesia pimpinan Presiden Abdurrahman Wahid.

"Semua itu bisa saya lakukan karena kerja keras, kerja keras, dan kerja keras, baru setelah itu kelebihan-kelebihan yang lain," begitu Rizal membocorkan tipnya hingga bisa menggapai sukses seperti sekarang ini.

Pria pengagum Albert Einstein dan Soekarno inipun berkeyakinan dengan kerja keras dan kelebihan yang dimiliki, seseorang bisa menghasilkan hal yang brilian. "Ada satu ucapan Einstein yang mengatakan, "only the inconfentional change the world" artinya orang yang tidak berpikiran konfensional yang mampu mengubah dunia," begitu Rizal berpedoman.

"Sebetulnya alasannya sederhana saja, kalau orang percaya hal yang konfensional, maka dia percaya hal yang sudah terbukti saja. Dia tidak akan percaya ada hal lain yang belum terbukti," tambahnya sambil menutup percakapan.

Ya Rizal memang tak ingin berpikiran biasa saja. Kini pun dia tak ingin menjadi orang biasa saja. Rizal mencalonkan diri sebagai presiden untuk Pemilu 2009, meski hanya berstatus presiden alternatif .... 
sumber:okezone.com