Waspadi Rasa Takut Berlebihan


KEHIDUPAN memang tidak lepas dengan berbagai permasalahan. Namun, acap kali manusia terburu khawatir dengan masalah yang akan dihadapi. Akibatnya, kita diliputi rasa ketakutan yang berlebih atau paranoid.
Merupakan hal yang biasa bila setiap hari kita diliputi rasa cemas atau khawatir. Umpamanya saja, khawatir akan terlambat datang ke kantor pada saat jalanan tengah mengalami kemacetan, atau urung bepergian dengan menggunakan pesawat terbang karena terpaan media tentang banyaknya kecelakaan di udara. Menurut psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Ceti Prameswari, rasa cemas yang dialami seseorang, terkadang perlu ditimbulkan.

“Agar lebih waspada dan siap mengantisipasi masalah, misalnya saja cemas akan tidak lulus ujian. Hal ini akan menjadi cambuk bagi diri untuk belajar dengan lebih baik,” paparnya. Yang menjadi masalah adalah bila seseorang sulit mengatasi kecemasan yang dialami sehingga mengakibatkan pikiran mereka terkuras hanya untuk memikirkan masalah yang belum tentu akan benar terjadi. Sebab, setiap orang mempunyai tingkat kemampuan mengatasi masalah yang berbeda-beda.



Rasa cemas umumnya dialami apabila kita sendiri pernah berada dalam suatu kondisi ketika kita merasa tertekan. Misalkan saja, apabila Anda pernah dirampok atau diganggu sekelompok orang tidak dikenal di sebuah tempat tertentu. Karena itu, Anda akan mengalami ketakutan yang sama apabila melewati tempat itu lagi ataupun tempat yang rawan kejahatan.

Pakar motivator Tung Desem Waringin mengatakan, salah satu ciri kegagalan manusia adalah terlampau takut atau khawatir memikirkan masalah yang mungkin akan dialaminya. Padahal, penulis buku Marketing Revolutionini mengatakan, masalah tersebut belum pasti akan dialaminya. “Terlampau khawatir akan hal yang belum jelas, menyebabkan seseorang mengalami kegagalan dan takut untuk mengambil langkah karena sudah lebih dulu dipenuhi rasa takut yang berlebihan,” kata Tung.

Biasanya, orang yang mengalami ketakutan berlebih, akan terus memikirkan hal yang dianggap mengancam diri. Tidak jarang karena diliputi kekhawatiran berlebih, orang tersebut tidak dapat tidur dengan terus-menerus merasa tidak nyaman. Bahkan, jika kekhawatiran tersebut sudah parah, mungkin saja muncul tanda-tanda fisik. Seperti tubuh gemetar, berkeringat dingin, merasa sakit perut ataupun pusing. Tentunya hal ini akan mengganggu aktivitas sehari-hari akibat sulitnya berkonsentrasi.

Namun pada dasarnya, gangguan paranoid ini dapat dihilangkan. Caranya dengan mencari tahu sumber yang menjadi kecemasan kita. Menurut Ceti, cara yang mudah untuk dilakukan adalah dengan melakukan introspeksi dan menelusuri kembali hal-hal yang sudah kita alami. Jika Anda merasa kesulitan untuk mencari tahu penyebab rasa paranoid yang mengganggu, coba saja berdiskusi dengan orang-orang terdekat atau menggunakan jasa psikolog.

Dari orang-orang inilah bisa diketahui sumber masalah yang kita hadapi. Mereka akan memberikan masukan mengenal hal-hal yang kita cemaskan, dan bisa jadi hal tersebut merupakan hal yang tidak penting. Setelah berbagi dengan orang lain, rasa khawatir yang dihadapi pun otomatis akan berkurang.

Rasa paranoid mungkin dihadapi seseorang dalam lingkup berbagai bidang. Bisa saja mengenai karier, pergaulan, ataupun hubungan asmara. Misalnya, Ceti memberikan contoh, ketika seseorang melakukan berbagai cara untuk mendapatkan promosi, ternyata malah ditegur atasan karena performa yang menurun. Kejadian ini membuat orang tersebut berpikir ulang apakah sebenarnya pantas menjalankan tugas tersebut dan apakah tidak salah memilih profesi itu.

Akibatnya, kepercayaan diri yang bersangkutan menurun dan kinerja pun semakin kendur. Padahal, hal tersebut dapat diatasi dengan pendekatan tertentu. “Bisa saja dengan bertanya langsung kepada atasan tentang penilaian kerja kita selama ini. Mengapa gagal mendapat promosi dan apa saja kekurangan kita,” kata Ceti. Nah, jika atasan menganggap kita tidak sanggup menyelesaikan tugas dengan baik, barulah pikirkan langkah selanjutnya.

Apabila merasa sudah melakukan kinerja yang baik dan performa maksimal, namun karier sulit berkembang, tidak ada salahnya mencari kesempatan di tempat lain yang menurut Anda lebih menjanjikan. Memiliki karier yang bagus memang keinginan setiap orang. Untuk itu, Tung memberikan resep sukses berkarier,yakni Anda harus bekerja lebih daripada karyawan lain. Bukan hanya dikenali atasan, Anda pun harus dikenali banyak orang dalam lingkup yang tepat.

Dengan demikian, Anda dapat menjalin networking yang luas dengan berbagai pihak. Tung sepakat dengan Ceti, apabila kantor sudah tidak dapat menghargai performa maksimal Anda, maka mulailah melirik peluang di tempat lain. Perlu diketahui, paranoid dan fobia tidaklah sama. Yang membedakan adalah derajat kecemasan yang dialami.

Orang yang mengalami tingkat kecemasan sedang, maka dianggap paranoid. Adapun fobia masuk dalam kategori kecemasan yang lebih berat. Dalam ilmu kejiwaan, fobia masuk dalam kategori anxiety disorder, yaitu orang yang memiliki kecemasan di luar hal rasional terhadap objek tertentu. Jenis objeknya juga lebih spesifik, contohnya takut akan ular, ruang sempit, ketinggian, bahkan terhadap serangga.
sumber:okezone.com