Gak Perlu Malu Kali..?! PD aja...

Ada orang yang mengatakan, “Karena saya malu, sewaktu presentasi tadi, performa saya sangat buruk. Padahal saya sudah mempelajarinya mati-matian.
Yang lainnya mengatakan, “Saya tidak punya banyak teman, saya orangnya pemalu.”

Ada lagi yang mengaku, “Saya tidak bisa mengemukakan pendapat di hadapan orang banyak. Saya malu seandainya orang mencela pendapat saya itu.”

Dari beberapa pernyataan di atas, mungkin ada satu yang pernah kita utarakan, atau bahkan semuanya pernah kita ungkapkan. Beberapa pernyataan di atas hanyalah segelintir persoalan yang dihadapi sejumlah orang –terutama perempuan— yang mengalami perasaan malu.

Ada beberapa pertanyaan yang melintas di benak; mengapa seseorang cenderung malu? Bagaimana memberangus perasaan malu? Bagaimana mengetahui jika seseorang itu pemalu atau tidak? Faktanya, sebelum kita menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi, ada baiknya kita mengetahui perbedaan antara malu yang baik (al-hayaa`) dengan perasaan malu yang buruk.

Banyak orang yang salah memahami arti al-hayaa` (perasaan malu sebagaimana dinyatakan Rasulullah dalam hadits beliau). Mereka berpandangan bahwa tidak ada perbedaan antara perasaan malu yang negatif dan al-hayaa`.

Dalam Islam, al-hayaa` merupakan cabang signifikan dari keimanan. Bagaimana pun, sejatinya terdapat perbedaan besar antara perasaan malu yang buruk dan al-hayaa`. Al-hayaa` merupakan terminologi yang menujukkan bagaimana seseorang menghindar dari perbuatan dosa, dalam artian dia malu untuk melakoni kesalahan dan dosa atau segala sesuatu yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya. Ini adalah malu yang positif, bukan malu yang negatif ketika kita akan melakukan hal-hal positif dan bermanfaat. Karena Rasulullah sendiri tidak pernah malu untuk mengungkapkan kebenaran dan hal-hal bermanfaat lainnya.
Perasaan malu yang negatif muncul disebabkan ketiadaan komunikasi sosial dan perasaan tidak percaya diri, sehingga menyebabkan orang yang malu menjadi introvert dan terisolasi.
Nah, tipikal malu seperti inilah yang sangat tidak dianjurkan dan dianggap sebagai hal negatif. Bagaimana pun, ada beberapa indikasi yang mengatakan bahwa kamu mengalami perasaan malu negatif dikarenakan tidak percaya diri.

Indikasinya

Sebenarnya, perasaan malu merupakan perasaan pribadi (dari dalam diri) yang bisa muncul dari berbagai aksi dirimu di sejumlah situasi, terutama jika kamu harus banyak berinteraksi dengan banyak orang.

Perasaan malu tersebut dibarengi beberapa gejala, di antaranya adalah perasaan-perasaan  memalukan, panik, gelisah, speechless (kelu, tidak bisa berkata), dan ketidaknyamanan. Orang yang memiliki perasaan malu negatif juga menghadapi sejumlah persoalan fisik, seperti kesulitan bernafas dan keringat berlebih. Jika kamu merasa tidak bisa berbicara keras di hadapan banyak orang, maka hal tersebut berarti bahwa kamu menghadapi perasaan malu negatif yang akut.
Para pemalu (dengan malu negatif) tidak memiliki banyak teman dan menderita introvert ketika bertemu dengan orang baru. Mereka senantiasa menghadapi banyak rintangan di setiap situasi yang meniscayakan keberanian. Kemudian mereka juga bereaksi secara pasif di berbagai situasi yang membutuhkan opini mereka, sehingga mereka lebih memilih untuk diam seribu bahasa.

Akibatnya, mereka tidak memiliki skill yang baik dalam mempresentasikan sesuatu di hadapan khalayak ramai. Oleh sebab itu, kebanyakan dari mereka lebih memilih mendapatkan pekerjaan yang tidak membutuhkan skill tersebut. Contohnya, sangat jarang orang-orang pemalu yang memilih menjadi pembaca berita.

Pengaruh Negatif

Perasaan malu dapat menyebabkan banyak persoalan bagi pelakunya, dan bisa menjadi rintangan baginya dalam mencapai tujuan-tujuannya. Contohnya, kita mungkin menemukan ada seorang mahasiswa rajin lagi pekerja keras, namun memiliki nilai rendah. Semua itu bisa terjadi disebabkan dia tidak memiliki kemampuan presentasi yang baik.
Betapa banyak para pemuda dan pemudi yang kehilangan sejumlah pekerjaan dan kesempatan di dalam kehidupan mereka dikarenakan perasaan malu negatif. Berapa banyak dari mereka yang memiliki profil dan curriculum vitae sangat memukau, namun tidak terpilih hanya karena buruknya performa pada saat wawancara atau presentasi.

Mengapa Harus Malu?

Faktanya, ada beberapa faktor penyebab malu negatif. Dimulai dari masa kecil, ada beberapa hal yang menjadi penyebab, seperti orangtua yang over protective, sehingga menyebabkan seseorang tidak mampu mengekspresikan dirinya atau menghadapi berbagai situasi penuh keberanian.

Kemudian, ketiadaan pengalaman hidup juga bisa menjadi sumber timbulnya malu yang negatif. Dengan kata lain, menghadapi berbagai situasi baru untuk pertama kalinya mungkin menyebabkan perasaan malu. Lalu rendahnya tingkat kepercayaan diri juga menjadi biang di balik tingginya rasa malu, karena kamu menjadi tidak percaya pada kemampuan diri sendiri, sehingga perasaan tersebut bisa berubah menjadi perasaan malu yang akut.
Berbagai situasi yang mengharuskan dirimu untuk mengkritisi dan menggoda bisa menjadi penyebab utama di balik rasa malu. Semisal jika kamu telah menghadapi sejumlah situasi, lalu kamu mulai kehilangan keberanian dan kapabilitas untuk mengekspresikan diri sendiri.
Bagaimana Mengatasinya?
  1. Pahami dulu persoalannya. Hal pertama yang harus kamu lakukan adalah memahami inti persoalan alias perasaan malu dirimu, bagaimana ia ternyata dapat memberi pengaruh negatif ke dalam kehidupanmu. Kemudian, menelisik berbagai penyebab rasa malu yang ada pada dirimu menjadi bagian vital untuk memberantas perasaan negatif tersebut. Langkah signifikan lainnya adalah memiliki kehendak kuat dan ketegasan untuk menghilangkannya.
  2. Mengenali sifat-sifat positif yang ada pada dirimu. Pasalnya, dengan memahami titik-titik kekuatan yang kamu miliki, maka kamu bisa mendapatkan kepercayaan diri, sehingga bisa membuang jauh-jauh perasaan malu negatif. Ini mengingat, setiap orang pasti memiliki kekuatan dan kelebihan. Jadi, eksplorasi kelebihan dirimu dan eksploitasi secara positif.
  3. Beranikan dirimu untuk berbicara. Karena orang-orang di sekitar dirimu yang memiliki keberanian untuk berbicara adalah tidak lebih baik darimu. Jadi jangan memikirkan segenap konsekuensi setelah kamu berbicara (kalau memang yang kamu utarakan adalah hal-hal baik dan positif), dan jangan pedulikan pandangan orang terhadap dirimu. Karena kamu tidak akan pernah bisa mengembangkan keterampilanmu jika kamu tidak pernah berbicara dan memaparkan opinimu secara bebas.
  4. Berpartisipasi dalam aktivitas kolektif. Dengan menjadi bagian dari sebuah kelompok atau kerja tim (team work building), maka dapat membantu kamu mengikis perasaan malumu. Hal ini akan berlangsung secara gradual.
  5. Berdoa dan memohon kepada Allah. Sangat penting dan signifikan sekali untuk memohon kepada Allah agar Dia memberikan kekuatan dan keberanian kepadamu untuk menghilangkan perasaan malu negatif. Doa menjadi alat yang luar biasa untuk memutus perasaan malu dari dirimu.

Sejatinya, tidak susah untuk menghilangkan perasaan malu negatif dari dirimu. Terakhir, keputusan ada tanganmu; apakah kamu ingin tetap menyandang perasaan malu itu sepanjang hidup, ataukah kamu ingin meningkatkan skill dan menghilangkan perasaan malu yang berdampak negatif pada kehidupan karir dan sosial. Jadi, jangan kecil harapan dan bersabarlah. Kini saatnya untuk kamu mengatakan, “Ngga perlu malu lagi kali?!”

sumber:http://www.voa-islam.com/