Tujuh Nilai Kebaikan untuk Membangun Kehidupan yang Harmonis

Islam sebagai ”sistem nilai universal dan hakiki” bagi seluruh umat manusia mengajarkan nilai-nilai kebaikan guna mewujudkan tata kehidupan yang harmonis antar sesama manusia. Mengacu pada salah satu sabda Nabi Muhammad saw, setidaknya ada 7 nilai kebaikan yang menjadi hak dan kewajiban antar sesama mukmin, yakni sebagai berikut:


#1. Menghormati dan Mengagungkan, Saat Memandang Mukmin Lainnya
Islam sangat mengajarkan membangun hubungan yang harmonis dalam interaksi sosial. Langkah awal yang menjadi perhatian adalah interaksi pandangan mata yang memberikan rasa penghormatan kepada orang lain.
Hal ini cukup beralasan, karena pandangan mata merupakan entry point dalam proses interaksi dengam sesama manusia. Pendangan mata yang mengagungkan dan saling menghormati akan membangun saling menyayangi dan menghormati. Namun jika sebaliknya, memandang orang lain dengan sebelah mata (tanpa penghormatan), maka akan tercipta ketidak harmonisan hubungan. Hormatilah orang-orang yang ada di muka bumi, niscaya kamu akan dihormati oleh yang di atas langit.

#2. Mencintai Mukmin, dan Kecintaannya Lahir dari Hati yang Dalam
Setiap mukmin hendaknya memberikan rasa saling mencintai dengan rasa tulus dan ikhlas karena Alloh, bukan hiasan belaka. Nabi bersabda dalam sebuah hadist, “Belumlah sempurna iman seseorang, sampai ia mencintai mukmin lain seperti mencintai dirinya sendiri”.
Nabi Muhammad saw bersabda, “Pada hari kiamat nanti, ada segolongan manusia yang bukan nabi dan syuhada, namun mereka dicemburui oleh yang lainnya karena Alloh memuliakannya. Sahabat bertanya, “Siapakah orang itu?” Nabi menjawab, “Mereka itu adalah orang yang saling mencintai karena Alloh SWT”.

#3. Menolong Mukmin dengan Harta
Di dalam harta orang kaya terdapat hak orang miskin. Alloh SWT sangat mencela seseorang yang memiliki sifat bakhil (pelit). Untuk itu dianjurkan seorang mukmin menolong mukmin lainnya dengan hartanya. Saat orang kaya tidak menyalurkan harta yang menjadi hak orang miskin, maka akan timbullah penjarahan dan ketimpangan sosial, yang pada akhirnya hubungan orang kaya dan miskin tidak harmonis.

4#. Dilarang Berbuat Ghibah Terhadap Sesama
Islam sangat melarang berbuat ghibah atau menceritakan kejelakan dan keaiban orang lain. Nabi mengumpamakan bahwa menceritakan kejelekan / keaiban orang lain, sama halnya dengan memakan bangkai saudaranya sendiri.
Dalam suatu riwayat dikisahkan, pada suatu waktu, datanglah seorang sahabat yang berperawakan pendek menemui rosululloh untuk bertanya tentang agama. Istri nabi Aisyah penasaran untuk mengetahui siapa orang yang datang itu. Lantas Aisyah pun bertanya kepada Nabi, “Siapakah orang yang pendek itu?”, Nabi menjawab, “Ya Aisyah, Engkau telah berbuat Ghibah kepadanya”.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan orang berbuat ghibah, namun mengelak dengan mengatakan, “Aku mengatakan apa adanya kok….”.  Padahal justru itulah yang namanya ghibah, sehingga kita harus waspada dan menghindarinya.
Saat ghibah ini ditambah-tambah dengan informasi lain yang salah maka itu sudah termasuk fitnah. Dan hal ini akan menjadi virus yang berbahaya dan merusak tata hubungan sosial baik di tingkat individu, keluarga dan masyarakat. Sehingga sebagian ulama menyatakan Ghibah termasuk dosa besar.

#5. Saat Saudara Sakit, Menjenguklah
Menjenguk orang sakit akan menjadikan obat yang luar biasa dan penghibur bag yang menderitanya. Tidak sedikit orang menderita sakit karena faktor psikologis, sehingga perlu penghiburan agar ia cepat sembuh. Malaikat berkata kepada yang menjenguk orang sakit, “Engkau telah berbuat baik, jalan yang engkau tempuh adalah kebaikan dan engkau akan dibangunkan rumah di surga”.

#6. Mengunjungi Keluarga yang Meninggal.
Saat ada temen, saudara atau orang yang kita kenal meninggal, kita dianjurkan untuk mengunjungi, mensholatkan dan mengantarkannya ke kuburan. Balasan bagi mereka yang melakukannya, Alloh akan memberikan pahala sama dengan satu qirat (setengah gunung uhud).

#7. Dilarang Menceritakan Orang yang Meninggal, Kecuali Kebaikannya Saja.
Islam mengajurkan untuk menyebut kebaikan-kebaikan orang yang telah meninggal dunia agar tercipta kehidupan yang indah dan harmonis.

sumber: http://www.nasehatislam.com/?p=288