Stress, Gejala, Bahaya & Solusinya

Stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang tampak berbahaya atau sulit. Stres membuat tubuh untuk memproduksi hormone adrenaline yang berfungsi untuk mempertahankan diri. Stres merupakan bagian dari kehidupan manusia. Stres yang ringan berguna dan dapat memacu seseorang untuk berpikir dan berusaha lebih berpikir dan berusaha lebih cepat dan keras sehingga dapat menjawab tantangan hidup sehari-hari. Stres ringan bisa merangsang dan memberikan rasa lebih bergairah dalam kehidupan yang biasanya membosankan dan rutin. Tetapi stress yang terlalu banyak dan berkelanjutan, bila tidak ditanggulangi, akan berbahaya bagi kesehatan.
Gejala-gejala

* Menjadi mudah tersinggung dan marah terhadap teman, keluarga dan kolega.
* Bertindak secara agresif dan defensif
* Merasa selalu lelah.
* Sukar konsentrasi atau menjadi pelupa.
* Palpitasi atau jantung berdebar-debar.
* Otot-otot tegang.
* Sakit kepala, perut dan diare.

Komplikasi

* Tekanan darah tinggi dan serangan jantung.
* Sakit mental, hysteria.
* Gangguan makan seperti hilang nafsu makan atau terlalu banyak makan.
* Tidak bisa tidur (insomnia).
* Migren/kepala pusing.
* Sakit maag.
* Serangan asma yang tambah berat.
* Ruam kulit.

Penyebab

* Kejadian hidup sehari-hari baik gembira dan sedih seperti:
- Menikah/mempunyai anak.
- Mulai tempat kerja baru/pindah rumah/emigrasi.
- Kehilangan orang yang dicintai baik karena meninggal atau cerai.
- Masalah hubungan pribadi.

* Pelajaran sekolah maupun pekerjaan yang membutuhkan jadwal waktu yang ketat, dan atau bekerja dengan atasan yang keras dan kurang pengertian.
* Tidak sehat.
* Lingkungan seperti terlalu ramai, terlalu banyak orang atau terlalu panas dalam rumah atau tempat kerja.
* Masalah keuangan seperti hutang dan pengeluaran di luar kemampuan.
* Kurang percaya diri, pemalu
* Terlalu ambisi dan bercita-cita terlalu tinggi.
* Perasaan negatif seperti rasa bersalah dan tidak tahu cara pemecahannya, frustasi.
* Tidak dapat bergaul, kurang dukungan kawan.
* Membuat keputusan masalah yang bisa merubah jalan hidupnya atau dipaksa untuk merubah nilai-nilai/prinsip hidup pribadi. Yang dapat anda lakukan
* Tertimpa bencana alam atau musibah, seperti kebakaran, gempa bumi, banjir dan sebagainya.

Bagaimana mencegah stress ?

* Lihat/ukur kemampuan sendiri. Belajar untuk menerima apa adanya dan mencintai diri sendiri.
* Temukan penyebab perasaan negatif dan belajar untuk menanggulanginya. Jangan memperberat masalah dan coba untuk sekali-kali mengalah terhadap orang lain meskipun mungkin anda di pihak yang benar.
* Rencanakan perubahan-perubahan besar dalam kehidupan anda dalam jangka lama dan beri waktu secukupnya bagi diri anda untuk menyesuaikan dari perubahan satu ke yang lainnya.
* Rencanakan waktu anda dengan baik. Buat daftar yang harus dikerjakan sesuai prioritas.
* Buat keputusan dengan hati-hati. Pertimbangkan dengan masak-masak segi baik atau buruk sebelum memutuskan sesuatu.
* Biarkan orang lain ikut memikirkan masalah anda. Ceritakan kepada pasangan hidup, teman, supervisor atau pemimpin agama. Mereka mungkin bisa membantu meletakkan masalah anda sesuai dengan proporsinya dan menawarkan cara-cara pemecahan yang berguna.
* Bangun suatu sistim pendorong yang baik dengan cara banyak berteman dan mempunyai keluarga yang bahagia. Mereka akan selalu bersama anda dalam setiap kesulitan.Jaga kesehatan, makan dengan baik, tidur cukup dan latihan olahraga secara teratur.
* Rencanakan waktu untuk rekreasi.
* Tehnik relaksasi seperti napas dalam, meditasi atau pijatan mungkin bisa membantu menghilangkan stress. 
Sumber

Falsafah Kenapa Orang Stress Bunuh Diri

Pernah kita menyaksikan di televisi, bagaimana warga masyarakat dan petugas atau aparat berusaha keras membujuk seseorang yang akan melakukan bunuh diri. Dan di koran, Anda juga mendapati berita tentang orang yang melakukan tindakan bunuh diri. Banyak motif mengapa orang melakukan tindakan nekad bunuh diri, satu di antaranya adalah stress atau deperesi akibat merasa terkucil, terasing dan merasa tidak diperhatikan. Dalam keseharian kita sering menjumpai saudara kita, kerabat dan teman - teman kita mengeluhkan bagaimana mereka diperlakukan oleh lingkungan yang menurut mereka telah mengabaikan keberadaan mereka.
Seorang anak merasa tidak diperhatikan orang tuanya, seorang suami atau isteri merasa tidak diperhatikan oleh pasangannya, seorang karyawan merasa tidak diperhatikan oleh atasannya. Kebanyakan dari mereka, lebih memilih memendam dan menganggap apa yang mereka alami sebagai nasib yang harus mereka terima, sehingga tidak ada tindakan nyata yang mereka ambil untuk keluar dari tekanan yang mereka keluhkan.
Mereka senantiasa mengeluhkan hal yang sama dari waktu ke waktu. Lama - kelamaan menjadi akut, sehingga mereka yang mengalami "tekanan" cenderung mengabaikan kemungkinan - kemungkinan baik yang disarankan baginya. "Ya, dia sih enak. Punya keluarga yang memperhatikan, punya pangkat bagus dan keluarga yang setia." Tapi di lain waktu, "Ya, itu salah dia sendiri. Dia kan memang urakan dan tidak tahu diri, makanya keluarganya mengacuhkan dia. Dan dia juga dipecat dari pekerjaannya. Ya nasib dia lah itu." Lha terus, sebenarnya maunya itu seperti apa ? Begini dikomentari sinis, begitu dikomentari negatif. 
Anda tahu mengapa orang - orang menjadi begitu menonjol di dalam kelompoknya, dan mengapa pula orang menjadi semakin tenggelam dan tertekan di dalam kelompoknya. Orang yang menonjol, mereka mempergunakan falsafah burung. Burung itu bisa menetas di mana saja, dan juga bertumbuh di mana saja. Sejak "bayi", burung sudah terbiasa dengan dinginnya air hujan karena sarang mereka di pohon. Demikian pun mereka telah terbiasa dengan hembusan angin kencang. Toh tidak ada angin sebesar apa pun yang sanggup menerbangkannya karena hembusannya yang dahsyat. Mereka juga mampu mengusik ketenangan orang dengan kicauannya, hingga orang mau mengeluarkan banyak investasi untuk membeli dan merawatnya. Orang yang tenggelam di antara kelompoknya, adalah orang yang memilih seperti kipas. Dia akan tetap diam di tempat bersama masalahnya. Kipas akan tetap di tempatnya dan berdebu, kecuali pemiliknya atau ada orang lain yang mengambil dan mempergunakannya.
Burung menyanyikan kicauannya yang indah setiap saat dia mau, hingga orang yang mendengarnya bisa mengalami kenyamanan yang nikmat. Sementara orang mengambil kipas karena kepepet oleh panasnya hawa. Sehingga, orang stress dan yang nekad memutuskan ingin bunuh diri itu sama dengan kipas. Dia sebenarnya bagus, namun karena tidak pernah bertindak dan selalu menunggu orang lain mengambilnya lebih dulu, akhirnya keindahannya kusam tersaput debu dan rusak oleh waktu. Bagaimana dengan Anda, apakah Anda "burung" atau "kipas" ? Ditulis oleh, Benedict Agung Widyatmoko.
Menurut Abdullah Nusantari dalam bukunya Life is Beautiful, mengatakan bahwa Fenomena stres berakar dari gaya hidup yang dipilih masyarakat sendiri.gaya hidup yang lebih mementingkan materi dan mengabaikan aspek rohani sehingga muncul ketidakseimbangan. Jika stres diartikan sebagai tekanan, maka saya rasa perlu kita pikirkan lagi apakah kita masih membutuhkan stress itu. Terkadang tekanan kita butuhkan untuk membuat kita bangkit dan berpikir lebih keras, meninggalkan gaya hidup easy going tanpa arah dan tujuan hidup. Selama kita hidup, kita tidak dapat menghindari tekanan. Lalu bagaimana kita bisa hidup tanpa tekanan stres?.
Baiklah, bagaimana jika kita menempatkan stress tersebut sebagai pilihan bukan sebagai keadaan. Kita bisa memilih untuk stress dan tidak stress, atau kita dapat membiarkan diri kita diatur oleh keadaan, jika memang kita menganggap stress itu adalah suatu keadaan. Teori bahwa kehidupan adalah pilihan sangatlah tepat.

Kesimpulannya, tidak ada solusi mujarab mengatasi stress selain mendekatkan diri kepada yang Kuasa sembari mendalami ajaran agama. Mari bersyukur bahwa hidup ini adalah pilihan. Ya Robbi, bahkan kita belum mampu melihat yang lebih baik di banding keputusanNya. Jika kita tahu, pastilah tidak ada keluh kesah lagi. Semangat !

Temukan Kebahagiaan Sejati DISINI