Ada satu kata yang selalu beriringan dengan dunia bisnis: Utang. Ya,
utang seolah menjadi suatu hal yang niscaya dalam dunia bisnis. Ada yang
mengatakan bahwa berutang itu cerdas, berutang dalam bisnis itu bagus,
bahkan ada yang sampai berani mengatakan bahwa berutang itu suatu
kewajiban. Benarkah????? Apakah semua pengusaha sukses pasti berutang?
Adakah contoh pengusaha yang sukses membangun bisnis tanpa utang?
Jika anda ingin berwirausaha, posisi manakah yang anda idamkan: (1)
Sedikit uang Tidak punya utang; (2) Banyak uang dan Banyak utang; (3)
Banyak Uang Sedikit utang. Ketiga hal di atas seringkali menghinggapi
para pengusaha di Indonesia. Bahkan negara kita sendiri pun dibangun
dengan basis utang, utangnya via rentenir pula (IMF dan World Bank).
Lantas manakah yang harus dipilih? Menurut saya, Pilihan yang pertama
cukup menenangkan untuk sementara. Pilihan yang kedua sangat tidak
dianjurkan. Dan pilihan ketiga, cukup dianjurkan untuk meningkat kepada
pilihan berikutnya: “Banyak uang tidak punya utang.”
Ya, utang memang selalu menjadi masalah, banyak yang bilang, jaman
sekarang tidak mungkin berwirausaha tanpa berutang. Dan yang namanya
utang, tidak mungkin jika tanpa bunga. So, berutang dengan bunga berapa
persen pun tidak jadi masalah, asalkan kita bisa menyiasatinya, kalau
perlu melakukan manipulasi terhadap lembaga keuangan sehingga kita tetap
bisa kaya-raya walaupun banyak utang. Padahal, bagi seorang pengusaha
sejati, sukses berwirausaha tanpa meninggalkan banyak utang hendaklah
menjadi visi utama. Bagaimana caranya? Di sinilah dibutuhkan kecerdasan,
kreativitas, dan inovasi.
Kenapa hampir setiap pengusaha harus selalu bergantung pada utang?
Dan pada akhirnya banyak yang terjebak dalam lilitan utang? Hal demikian
bisa terjadi karena dia tidak tahu, kapan harus maju, kapan harus
mundur, dan kapan harus istirahat. Emosi dan ambisi pribadinya lah yang
menyebabkan seseorang berani berutang sebanyak-banyaknya, tanpa
memperhatikan kemampuannya, dan saat itu keyakinannya akan terus
bertambah, bahwa membangun usaha tidak mungkin terjadi tanpa utang.
Utang pada akhirnya menjadi dewa, bahkan seolah menjadi kewajiban bagi
para pengusaha. Banyak pengusaha tampil keren, perlente dengan pakaian
dan kendaraan super mewah, walaupun utangnya lebih banyak dari harta
kekayaannya.
Bagi saya, utang adalah masalah, utang adalah beban, dan utang
bukanlah sumber kesuksesan. Bahkan sebaliknya, utang adalah suber
kebangkrutan, utang adalah sumber kesengsaraan. Apalagi utang yang
berbunga, selain menyengsarakan secara finansial, juga menyengsarakan
secara spiritual. Islam menyebutnya dengan istilah Riba. Dan Allah
berjanji akan “Membangkrutkan Riba dan Menumbuh suburkan sedekah.”
Jadi bagaimana menghadapinya? Bagaimana pula jika kita sudah terjebak
dalam utang? Tentu saja, jika Anda sudah terjebak dalam utang, kuncinya
hanya satu: BAYAR!. Jika belum berutang, masih banyak cara lain yang
bisa dilakukan dalam membangun usaha tanpa utang. Tapi tidak punya modal
untuk memulai usaha?? Maka lakukanlah utang yang baik, utang yang
menentramkan, utang yang adil, utang yang sesuai syariah (jika anda
beragama Islam).
Tidak punya modal, terpaksa harus berutang, atau terjebak dalam utang sering disebut sebagai masalah. Padahal “Masalah sejati adalah diri kita sendiri. Masalah yang muncul hanyalah tanda-tanda masalah”.
Jadi penyelesaiannya, ubah dulu diri Anda sendiri, benahi dulu mental
Anda sendiri, perbaiki dulu kepribadian Anda sendiri, karena itulah
masalah sesungguhnya dalam hidup Anda.
Ada sosok model teladan agar bisa lepas dari lilitan hutang ini dan sukses berbisnis tanpa hutang, dialah bapak Heppy Trenggono penggagas 'beli Indonesia'. Masih terbayang di benak saya peristiwa tahun 2006 saat ia mengikuti Public Training Kubik Leadership. Di hari ketiga, pada akhir
sesi, ia dengan lantang mendeklarasikan, “Dalam waktu lima tahun saya
akan punya bisnis dengan aset satu triliun!” Sebuah impian yang oleh
sebagian orang dianggap mustahil, apalagi ketika itu ia sedang terlilit
hutang Rp 62 miliar.
Heppy Trenggono, orang yang sedang saya ceritakan ini, mengawali
bisnis besarnya di alat berat. Awalnya begitu bersinar. Sayang,
ekspansinya kebablasan sehingga ia terlilit hutang, 400-an karyawannya
bubar dengan membawa aset perusahaan. Hartanya terkuras habis dan ia
menanggung hutang Rp62 milyar lebih.
Kegagalan itu memberinya pelajaran yang berarti. Ia tinggalkan bisnis alat berat dan beralih ke agribisnis.
Dengan bendera Balimuda, lelaki kelahiran 20 April 1967 ini, kini
mengelola 80 ribu hektar lahan dengan total investasi Rp 4 triliun,
tersebar di Sumatera dan Kalimantan. Hutangnyapun sudah tidak menjadi
beban hidupnya. Lebih dari 3000 orang menjadi karyawannya.
Bisnis sahabat sekaligus guru saya ini semakin moncer. Di bawah
bendera United Balimuda Corp miliknya ia mengelola 12 perusahaan.
Dibalik sukses bisnisnya, kehidupan sosialnya pun luar biasa. Setiap
pagi ia memberi sarapan kepada orang yang kurang mampu di sekitar
rumahnya di Jl. Mampang, Jakarta Selatan. “Kita jangan sejahtera
sendirian, kita harus mensejahterakan orang lain,” ucapnya suatu ketika.
Bukan hanya itu, pria asal Batang Jawa Tengah ini juga menunjukkan
kepeduliannya terhadap kemajuan dan kemandirian bangsa dengan membentuk
komunitas Indonesia Islamic Business Forum (IIBF). Melalui forum yang
beranggotakan pengusaha dan calon pengusaha ini ia berbagi pengalaman
sekaligus memberikan pendampingan bisnis. Setiap hari kantornya
didatangi para pengusaha yang ingin konsultasi bisnis.
Aksi nyata lainnya ia tunjukkan dengan menggagas Gerakan Beli
Indonesia, 27 Februari 2011. Melalui gerakan ini ia mendorong anak
bangsa agar membeli produk bangsa sendiri. “Karakter bangsa harus
dibangun dengan mental ini,” tegasnya.
Berwirausaha harus dilakukan secara sadar, tidak emosional, tidak juga “gila” . Kenapa karena “Seseorang yang secara tidak sadar dalam membangun kekayaannya, maka dia sedang tidak sadar membangun kemiskinannya."ujarnya pula .
Saya bahagia bisa mengenal sosok Heppy Trenggono. Kekuatan mimpinya
untuk memiliki usaha dengan aset Rp 1 triliun tanpa hutang tercapai,
bahkan ia kini jauh melebihi impiannya. Setelah sukses ia tak lupa
untuk mengangkat harkat dan martabat orang lain dan bangsanya. Menurut
saya, itulah kehidupan terbaiknya, kehidupan SuksesMulia…
ditulis :
Jamil Azzaini
Informasi Laptop, Komputer, Virus, Jual-Beli Bekas, click here!