Kisahnya menjadi sorotan dunia ketika keajaiban terjadi, sewaktu berusia 26 tahun ia dinyatakan bisa berjalan lagi. Memang aneh namun nyata ketika ditanya apa yang menjadi semboyan hidupnya hingga bisa melalui itu semia dengan lantang ia menjawab, Jangan Bermimpi, Lakukan Saja ! Jelaslah, rahasianya seperti yang telah kita ketahui, memiliki semangat pantang menyerah. yang menarik, proses bagaimana ia bisa memiliki semangat pantang menyerah itu? bagaimana pula dengan keinginan kuat untuk mengubah sifat-sifat negatif menjadi positif ? Berikut kisahnya..
Olahragawan penyandang cacat, Monique van der Vorst, sudah beberapa kali menang juara Eropa bersepeda dengan tangan. Ia dua kali menang perak pada Olimpiade Paralimpik di Beijing, Cina. Tahun belakangan terjadi keajaiban. Monique bisa jalan lagi!
Sekarang Monique punya impian baru. Kisah hidupnya termasuk serial akhir tahun Radio Nederland, “Revolusi Kecilku”.
Tahun 1998, ketika berusia 13 tahun, Monique van der Vorst terpaksa memakai kursi roda, setelah mengalami komplikasi pada operasi pergelangan kaki. Setahun kemudian - ia masih dirawat di pusat revalidasi - Monique mendengar tentang handbike, sepeda yang bisa digerakkan pakai tangan.
“Saya memakai handbike untuk bersepeda ke sekolah. Tapi sepeda ini juga berguna untuk mental saya, untuk melampiaskan perasaan. Sepeda ini memberi saya harga diri kembali. Saya bisa memperlihatkan bahwa saya masih bisa berbuat sesuatu.”
Monique ternyata sangat berbakat. Ia banyak latihan dan pada tahun 2001 untuk pertama kali menjadi juara Eropa. Ia meraih banyak sukses. Tahun 2008 Monique terlibat kecelakaan cukup parah, ketika ia, dalam sesi latihan di Tampa, Amerika Serikat, ditabrak mobil. Monique jatuh koma dan cedera sumsum tulang belakang.
Medali perak
“Setelah itu saya harus mulai dari awal lagi. Tapi tujuan saya cuma satu. Lima bulan lagi digelar Olimpiade Paralimpik di Beijing. Begitu saya keluar rumah sakit, saya langsung naik handbike. Saya ikut Olimpiade 2008 di Beijing, meraih dua medali perak. Kayaknya saya tidak bisa lagi meraih sukses sebesar itu. Yang pasti, saya sekarang berharap tidak perlu ikut lagi Olimpiade Paralimpik.”
“Setelah itu saya harus mulai dari awal lagi. Tapi tujuan saya cuma satu. Lima bulan lagi digelar Olimpiade Paralimpik di Beijing. Begitu saya keluar rumah sakit, saya langsung naik handbike. Saya ikut Olimpiade 2008 di Beijing, meraih dua medali perak. Kayaknya saya tidak bisa lagi meraih sukses sebesar itu. Yang pasti, saya sekarang berharap tidak perlu ikut lagi Olimpiade Paralimpik.”
Maret 2010, sewaktu latihan handbike di Spanyol, nasib sial kembali menimpa hidupnya. “Saya start sedikit lebih lambat daripada yang lainnya, lalu nge-sprint ke kelompok peserta latihan. Ketika saya ngerem, pembalap sepeda menabrak saya dari belakang. Saya langsung kejang otot. Rasanya seperti kesetrum. Perasaan itu non-stop. Sangat mengerikan.”
Setelah dirawat di rumah sakit Spanyol, Van der Vorst dipindahkan ke Belanda. “Kondisi saya cepat memburuk. Berat badan saya turun drastis. Saya hanya bisa berbaring saja, tidak punya tenaga lagi untuk makan. Saya kesakitan, frustrasi dan tidak percaya diri. Suatu malam saya mencubit tangan saya dan melebarkan jari-jari saya. Saat itu saya merasa sesuatu pada kaki kiri saya. Aneh sekali.”
Para dokter tidak bisa menjelaskan kejadian ini. Tapi bagi Monique ini merupakan tanda untuk berlatih keras. “Awalnya saya bisa menggerakkan kaki saya beberapa sentimeter. Tapi suatu saat saya mampu mengangkat bagian atas kaki. Saya berlatih lebih keras lagi. Ini sebuah ‘perang’ melawan tubuh saya sendiri. Saya tidak sibuk mengurusi masa depan atau masa lalu. Ini satu euforia besar.”
Maret 2011 Monique pertama kali naik sepeda balap. “Saya mulai berlatih, hanya untuk senang-senang saja. Namun latihan itu berlangsung sangat baik. Pada musim panas saya bersepeda dari Italia ke Belanda dalam kurun waktu tiga minggu, naik turun gunung, sekitar 3000 kilometer. Saya bersepeda sendiri karena lebih tenang. Ketika itu saya terpikir untuk kembali aktif berolahraga.”
Beberapa tim balap sepeda meminta Monique bergabung dalam tim mereka, karena bakat dan mentalitasnya serta kisah ajaibnya yang bisa menarik banyak publisitas. Monique akhirnya memilih tim Rabobank. “Mereka adalah tim balap sepeda paling profesional. Luar biasa bisa bergabung dengan juara Olimpiade Marianne Vos.”
Inspirasi
“Saya tidak mengerti mengapa saya sekarang begitu populer. Permohonan wawancara berdatangan dari Jepang, Brasil, Amerika Serikat dan Inggris. Di internet dan Twitter orang banyak menulis tentang saya. Saya menerima banyak sekali email dari orang-orang yang menganggap saya sumber inspirasi. Saya belum terbiasa dengan itu.”
“Saya tidak mengerti mengapa saya sekarang begitu populer. Permohonan wawancara berdatangan dari Jepang, Brasil, Amerika Serikat dan Inggris. Di internet dan Twitter orang banyak menulis tentang saya. Saya menerima banyak sekali email dari orang-orang yang menganggap saya sumber inspirasi. Saya belum terbiasa dengan itu.”
Belakangan ini terungkap bahwa atlet kursi roda Monique van der Vorst, perempuan Belanda yang mencetak kesuksesan besar pada Paralympics (Olimpiade Penyandang Cacat) di Beijng, saat lomba berlangsung ternyata sudah bisa jalan. Bolehkah dia tetap memiliki medali yang diraihnya atau tidak?
"Bukan sumsum tulang belakangnya yang bermasalah, tapi otaknya." Demikian pembimbing Van der Vorst menyimpulkan, kini telah jelas dia tidak lumpuh ketika, sebagai handbiker, (pengendara sepeda, yang digerakkan pakai tangan) meraih pelbagai sukses dalam olahraga penyandang cacat tingkat internasional.
Padahal perempuan Belanda ini sudah diperiksa seksama oleh dokter olahraga.
Akhir 2010, Monique van der Vorst menjadi topik utama media Belanda. Kisah dia memang spektakuler: dari penyandang cacat yang akibat cedera sumsum tulang belakang, untuk selamanya terikat pada kursi roda, sampai menjadi pembalap sepeda sehat dengan kaki berotot dan kontrak profesional.
Kisah ini ramai disorot media nasional maupun internasional, termasuk juga Radio Nederland.
Cedera sumsum tulang belakang
Akibat pelbagai komplikasi setelah operasi pergelangan kaki, Van der Vorst, tahun 1998, pada usia 13 tahun, harus memakai kursi roda. Dia mulai belajar memakai handbike, sepeda yang bisa digerakkan pakai tangan.
Van der Vorst tampaknya sangat berbakat dan sebagai olahragawan penyandang cacat meraih pelbagai juara Eropa dan dunia.
Awal 2008 Van der Vorst terlibat kecelakaan lalu lintas serius, mengakibatkan dia cedera sumsum tulang belakang. Setelah revalidasi intensif selama lima bulan, perempuan ini ikut Paralympics di Beijing dan dua kali meraih medali perak.
Belajar jalan
Kisah ini terus berlanjut: Maret 2010 Van der Vorst kembali mengalami kecelakaan lalu lintas. Setelah itu, pada suatu hari, ia tiba-tiba bisa merasakan kembali kakinya dan belajar jalan. Itu berlangsung semakin baik.
Kisah ini terus berlanjut: Maret 2010 Van der Vorst kembali mengalami kecelakaan lalu lintas. Setelah itu, pada suatu hari, ia tiba-tiba bisa merasakan kembali kakinya dan belajar jalan. Itu berlangsung semakin baik.
Van der Vorst membeli sepeda balap, banyak berlatih, mendapatkan kontrak profesional di sebuah tim pembalap sepeda dan berencana ikut Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro. Seluruh dunia mengagumi Monique van der Vorst.
Trauma
Saat ini gambaran tersebut sudah berubah. Jumat pekan lalu, Van der Vorst dikabarkan ternyata bisa jalan ketika meraih medali di Paralympics. Tetapi bukannya ia bisa berjalan normal, saat itu, betisnya sudah bisa merasakan sesuatu.
Saat ini gambaran tersebut sudah berubah. Jumat pekan lalu, Van der Vorst dikabarkan ternyata bisa jalan ketika meraih medali di Paralympics. Tetapi bukannya ia bisa berjalan normal, saat itu, betisnya sudah bisa merasakan sesuatu.
Jadi bukan langsung jalan setelah kecelakaan pada 2010. Kelumpuhannya merupakan dampak trauma saat kelahirannya, kecelakaan dan pengalaman hampir mati yang dialaminya.
Di harian de Pers, ia mengatakan: "Kelumpuhan saya tidak diakibatkan oleh gangguan pada sumsum tulang belakangnya, namun karena kontrol otak saya tak berfungsi. Dokter revalidasi saya membandingkannya dengan sebuah mobil: mesinnya bagus, namun saya tidak tahu lagi gimana cara mengemudikan mobil."
Tidak berlebihan
Apakah Monique berbohong soal kelumpuhannya? Pembimbingnya dari Vrije Universiteit di Amsterdam sekaligus guru besar penelitian revalidasi, Thomas Jansen, membantahnya. Akibat dystrophy (degenerasi otot) betis kirinya saat remaja, maka ia terpaksa duduk di atas kursi roda.
Apakah Monique berbohong soal kelumpuhannya? Pembimbingnya dari Vrije Universiteit di Amsterdam sekaligus guru besar penelitian revalidasi, Thomas Jansen, membantahnya. Akibat dystrophy (degenerasi otot) betis kirinya saat remaja, maka ia terpaksa duduk di atas kursi roda.
Setelah kecelakaan pada 2008, ia menderita gangguan syaraf punggung yang mengakibatkan kelumpuhan. "Sejak saat itu jelas bermasalah. Betisnya jadi tipis, dan ia selalu duduk di kursi roda. Hanya saat itu masalahnya bukan di tulang belakang, tapi di otaknya."
Jansen berpendapat Monique tak perlu mengembalikan medalinya. "Ketika berlangsung Paralympics kelumpuhannya dites. Berdasarkan tes itu jelas, ia lumpuh."
Van der Vorst juga tercatat di dalam daftar Persatuan Olahraga Cacat Belanda. Organisasi ini menyatakan pada 2002 bahwa Van der Vorst dapat ikut lomba olahraga untuk orang cacat.
Membingungkan
Monique sendiri mengatakan situasi kali ini sangat membingungkan. Ia sendiri tak mengerti apa yang terjadi pada dirinya.
Monique sendiri mengatakan situasi kali ini sangat membingungkan. Ia sendiri tak mengerti apa yang terjadi pada dirinya.
"Para dokter tak menjelaskan detil apa yang terjadi. Baru sekarang saya dapat gambaran kondisi saya sebenarnya. Saya tidak bohong, hanya tidak bisa menjelaskan dengan baik. Baru saya tahu apa yang saya jelaskan tidak cocok. Tapi saya tidak tahu sebelumnya." (Sumber)
Inti dari kisah diatas adalah kita manusia hanya bisa memiliki semangat yang menentukan tetap Tuhan, semoga bermanfaat.
Dicari & Dibeli Rongsokan/Sampah/Limbah Komputer & Laptop, click here!