SOSOK INSPIRATIF DARI INDONESIA: SABAR GORKY, PENAKLUK GUNUNG TERTINGGI DUNIA BERKAKI SATU


Tongkat sepanjang 150 cm setia mendampinginya menaklukkan salah satu gunung tertinggi di dunia. Tepat hari kemerdekaan, Sabar Gorky menancapkan merah putih di 5.642 mdpl, puncak Elbrus. Si empunya hidup pahit itu memberikan kebanggaan bagi segenap bangsa. Oleh : Ranap Simanjuntak

Sabar, demikian nama pendaki tunadaksa berkaki satu dari Indonesia berjuang sekuat tenaga melawan cuaca yang mudah berubah saat mendaki. Badai menerjang, dia tak tunduk. Dengan sabar, sesuai si empunya nama, dirinya mampu menembus terpaan badai, menaklukan puncak Elbrus, gunung tertinggi di Eropa saat perayaan kemerdekaan RI. Dengan proses berliku, inilah nukilan cerita sang pejuang gigih tersebut…
Setelah bermalam dua hari di ibu kota Federasi Rusia, Moskow, dia bersama Tim Rakyat Merdeka Online serta Tim Ekspedisi Merdeka harus harus terbang ke kota Mineralnye Vody. Lama penerbangan memakan waktu 2,5 jam. Dari situ, mereka menuju kota Pyatigorsk yang berjarak 45 km.
Di sinilah awal perjuangan, meski diantar mobil. Dari kota kecil Pyatigorsk Sabar harus melalui perjalanan sepanjang 125 km. Ada empat etape besar yang dilalui. Pertama, menembus kota dan pedesaan Pyatigorks sepanjang 20 km. Kedua, jalan tanpa aspal di sela gunung. Ketiga, merupakan jalan bebatuan selebar 3 meter di tepian gunung.
Terakhir, etape menuju Emanuel berjarak 20 km. Melewati jalan terjal berbatu, pada sisi jalan ditemukan reruntuhan bukit. Sementara pada sisi kiri jalan, jurang 500-700 meter siap menelan kalau lengah. Naik mobil pun seperti naik kuda. Hingga akhirnya sampai tujuan setelah melewati sungai selebar 200 meter.
Tantangan makin menggunung setelah jalur Selatan ditutup akibat gangguan keamanan. Tim Ekspedisi Merdeka memutuskan melewati jalur Utara yang merupakan rute terberat. Bila dianalogikan, jalur Utara ini tiga kali lebih jauh dibanding jalur Selatan.
Sabar mulai mendaki Elbrus dari Emmanuel Camp di ketinggian 2500 dpl pada 13 Agustus. Ada tiga tahap dari tempat tersebut. Melewati beberapa bukit dan tebing curam, Sabar cs merayap menuju Moraine camp (3800 mdpl) dalam kurun 6 jam. Dia kemudian turun lagi kembali ke Emanuel camp dan kembali naik keesokan harinya. Pergerakan naik turun seperti ini sangat diperlukan, agar pendaki tidak mengalami mountain sickness.
Pada 15 Agustus, Sabar bergerak, mengayuh tongkat di kedua lengan yang dipasangi crampon buatannya sendiri dengan melihat katalog pendaki-pendaki gunung es. Ini adalah tahap kedua menuju Lenz Rock di ketinggian 4600 mdpl. Tak lupa, dia menggunakan jaket lapis lima dan kaca mata ultraviolet akibat salju dengan suhu minus 5 derajat celcius. Akhirnya setelah mendaki selama 7 jam sampai jua di tujuan. Sehabis istirahat, Sabar dan tim kembali turun ke Moraine Camp guna menginap semalam di dalam tenda.
Nahas buat tim, saat kembali naik ke Lensz Rock, badai salju turun tiada henti. Pandangan mata jadi terbatas dan crampon si tunadaksa  mudah terperosok ke dalam salju. Angin kencang makin menghambat. Dua anggota tim rontok, melempar handuk tanda menyerah hingga harus turun lagi. Namun Sabar yang gigih akhirnya sampai Lenz Rock.
Istirihat satu malam di suhu 10 derajat celcius ternyata bukan perkara mudah. Sabar harus tidur di tenda dingin beralaskan plastik ditemani hujan es. “Waktu itu ketebalan salju mencapai sekitar 5 meter. Saya tidur di tenda yang diselimuti salju setebal 70 Cm. Biasanya saya tidur di atas kasur,” kenangnya dengan canda renyah.
Buruknya cuaca pun membuat penundaan keberangkatan tahap ketiga menuju puncak Elbrus. Awalnya tim berniat memulai akan memulai perjalanan subuh, pukul 02.00 waktu setempat, namun urung. Baru pukul 09.00 tim mulai melakukan pendakian pada tantangan terberat.
Jalur pendakian kali ini dipenuhi tebing terjal. Tali temali antar pendaki pun dikaitkan agar bila ada yang terperosok langsung bisa ditarik. Kemiringan curam berbaur hujan salju yang turun sangat deras ini membuat pendakian makin rumit. Satu kaki dari crampon sulit digunakan. Tiap sepuluh langkah, tenaga Sabar terkuras sehingga dia berhenti istirahat.
Sabar bersusah payah harus jatuh sebanyak 10 kali. Tim Ekspedisi Merdeka hanya menyisakan Sabar , pendampingnya dan seorang dari tim Mahapala Unnes. Sejenak lelaki asal Solo ini pasrah. Lalu, pemandu asal Rusia lalu membangkitkan semangat. “Come on Sabar. Don’t give up.” Sabar pun digandeng.
Kemudian, tinggal 300 meter menuju puncak, tebing makin terjal. Akhirnya Sabar melepas gandengan, memilih jalan alternalitf melewati jalur landai dengan jarak 1 km. itu pun rasanya begitu berat. Dan, oksigen sudah menipis. Mereka harus sampai dengan waktu yang sudah direncanakan kalau tidak mau bahaya mengancam.  Dalam detik akhir menuju puncak, Sabar beberapa kali terjatuh. Semangatnya tak padam, dia kembali bangun tanpa bantuan.
Tepat pukul 16.45 setempat atau waktu 19.45 WIB, penuh haru, kental nasionalisme, Sabar menancapkan bendera merah putih yang dibawanya selama perjalanan pada tongkat sebelah kiri. Sejurus kemudian, dia sujud dan menjalankan shalat hingga dua rakaat.
Bergelar Gorky
Sabar sang penakluk Elbrus menjadi legenda. Dia setara pendaki fenomenal Elbrus lainnya, yakni pendaki berkaki lumpuh, Vladimir Krupennikov (1997) dan Yakov London dari Rusia (2001). Atau, si buta Erik Weihenmayer dari Amerika Serikat (2002).
Sabar merupakan orang Asia pertama yang menaklukan Elbrus. Bahkan, dirinya didaulat sebagai tuna daksa berkaki satu pertama yang mencapai puncak gunung tertinggi di Eropa dari jalur Utara.
Atas semangat juang itu, salah satu staf KBRI di Rusia, Aji Surya menyematkan nama Gorky. Itu merupakan simbol perjuangan dari proses kegigihan Sabar yang sabar. Gorky sendiri berasal dari nama seorang sastrawan Rusia, Maxim Gorky yang aslinya bernama Alexey Maximovich Peshkov. Kisah pahit sastrawan itu melewati perjuangan keras hingga sukses menjadi maestro. Maxim sendiri berarti si empunya hidup. Sementara Gorky definisinya pahit.
Mendapat kue dari Duta Besar RI di Moskow, Hamid Awaludin
Sabar Gorky menjadi lambang proses kepahitan menjadi manis lewat kerja keras. When everything is easy, one quickly gets stupid. Begitu salah satu petikan Maxim Gorky.
Banjir Pujian
Kisah tuna daksa yang merayakan HUT ke-66 RI di puncak gunung Elbrus atas dukungan Rakyat Merdeka Online mendapat sambutan meriah. Para tokoh nasional, mulai dari penguasa hingga oposisi memberi pujian. Presiden SBY sendiri melakukan perbicangan melalui teleconference. “Halo Pak Sabar. Saya dengar Bapak berhasil mengibarkan bendera Merah Putih di puncak Elbrus,” sapa SBY dengan hangat.

Disambut presiden SBY
Sementara oposisi sekaligus ekonom senior, Rizal Ramli tak kalah memberi apresiasi. Baginya, Sabar mencontohkan hidup tak selesai dengan mengeluh saja. Harus berani keluar dari segala hambatan. “Selamat Sabar, kami semua bangga atas prestasimu. Tidak banyak orang yang berhasil mengibarkan panji-panji kebesaran Indonesia nun jauh di Rusia sana,” ucap mantan Menteri Perekonomian era Gus Dur ini.
Guinness Book Of Record
Menurut catatan yang dimiliki Alpindustria, Sabar merupakan tunadaksa kaki satu pertama yang mendaki Elbrus dari jalur utara. Tiga pendampingnya, Sergey, Victor, dan Daniel mengaku merasa bangga bahagia, dan haru. Mereka terkesima karena baru kali ini mendampingi seorang penyandang disabilitas ke puncak tertinggi di Eropa dari jalur yang terkenal berbahaya itu.
Atas keberhasilan ini, ketiganya sepakat membantu Sabar Gorky agar tercatat dalam Guinness Book of Records. Berbagai dukungan pun muncul. KBRI Rusia di Moskow juga sepakat membantu. Begitu pula promotor pendakian yang juga Pemimpin Redaksi Rakyat Merdeka Online Teguh Santosa, menyambut baik agar nama Sabar Gorky secepatnya terdaftar di Guinness Book of Records.

Sabar Gorky dan Hasrat Menuntaskan Prestasi

Pernah depresi sewaktu kakinya harus diamputasi setelah terjatuh dari kereta, Sabar Gorky perlahan menambah kualitas hidup. Terobosan demi terobosan dia lakukan. Dan, masih tertantang membatik seluruh seven summits.
Suatu hari di bulan April tahun 1990, usai mendaki gunung Gede, Sabar pulang menuju kampung halamannya di Solo. Tiba di stasiun Karawang, Jawa Barat dia berniat membeli minuman. Nahas bagi Sabar, dia terpeleset sehingga kaki kanannya terlindas kereta. Sabar pun menjalani perawatan media dengan diamputasi sebanyak tiga kali. “Amputasi pertama dilakukan di Karawang. Lalu, dua amputasi selanjutnya di Solo. Akibatnya kaki Sabar hanya menyisakan 5 cm dari pangkal paha,” begitu cerita sang manajer, Dar Edi Yoga.
Sejak itu, Sabar larut dalam kesedihan. Sebagai tuna daksa berkaki satu dia merasa putus asa. Namun berkat dorongan dari keluarga dan para sahabat, Sabar menerima musibah tersebut dan melanjutkan hidup dengan semangat.
Lelaki kelahiran Solo, 9 September 1968 ini mencoba menyalurkan hobi lama mendaki gunung yang sudah dia geluti sejak 1985. Pertama, dia coba menaklukkan gunung Lawu. Namun pada pendakian ini dirinya gagal.  Tak mau menyerah, Sabar mencoba lagi dengan pelatihan sebelumnya. Tanpa menyerah Sabar akhirnya berhasil hinggap di puncak Lawu. Berawal dari kebangkitan inilah, semangat Sabar membara dan mulai pendakian gunung lainnya.
Dalam menafkahi keluarga, suami dari Lenie Indria akhirnya memilih menjadi laundry gedung bertingkat pencakar langit. Dengan bekalnya yang jago panjat dinding, Sabar layaknya spiderman. “Sering pengusaha yang mau kasih proyek pembersihan gedung ragu karena kaki saya satu. Tapi saya yakinkan dengan foto dokumentasi,” terang ayah dari Novalia Eka ini. Selain itu, Sabar juga membuka warung minuman seperti wedang Jahe, yang berlokasi di Solo depan kampus UNS. Warung minuman yang ia dirikan bernama kedai Gorky.
Nyatanya, pekerjaan ini menjadi gerbang kegemilangan. Rutinitas bersih gedung ala spiderman itu, membuat Sabar teruji soal ketahanan fisik serta mental. Hingga dia kemudian berhasil meraih medali emas nomor lead pada kejuraan panjat tebing Asian Championship 2009 di Chuncheoen, Korea. “Tidak usah latihan dulu. Saya ikut pertandingan dan menang,” sumbarnya.
“Tidak ada yang tidak bisa dilakukan jika kita mau bekerja keras mencapainya,” demikian dia mengungkapkan soal motto hidup. Karenanya, Sabar yang memang menyukai olahraga termasuk naik sepeda kerap mengikuti berbagai perlombaan balap sepeda atau panjat tebing.
Sejatinya, Sabar adalah lelaki yang mempertanggung jawabkan hidup dengan kualitas. Warga desa Gendingan, Kecamatan Jebres di Solo ini menjadi ikon refleksi perjuangan hidup.
Sukses dengan penancapan Sang Saka Merah Putih di puncak Gunung Elbrus Rusia, dia kembali mengukir prestasi. Masih dipromotori Rakyat Merdeka Online, dalam Tim Ekspedisi Rakyat Merdeka, lelaki berkepala botak itu menjajal gunung tertinggi di Afrika, Kilimanjaro, negara Tanzania. Kegiatan ini dilaksanakan berkaitan dengan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober dan Hari Pahlawan 10 November 2011.

Saat berhasil menaklukan patung di HI.
Sabar naik kelas. Pendakian Kilimanjaro lebih tinggi dari Elbrus. Didampingi empat pemandu lokal, petualangan Sabar dimulai pada 11 November tepat pukul 13.00 WIB dari titik pendakian pertama di Maragu Gate (1.828 dpl) atau terkenal dengan rute Coca-cola. Kemudian berjalan  selama empat jam, rombongan bergerak menuju Mandara (2.743 dpl). Setelah itu kembali berjalan menuju Horombo (3.799 dpl) selama enam jam.
Setelah beristirahat, Sabar dan tim langsung bergegas menuju Uhuru Peak yang merupakan puncak gunung Kilimanjaro (5.895 dpl) dengan membukukan catatan waktu 10 jam perjalanan. Rute terberat, jelas Sabar, dialaminya saat berjalan menuju Gilman’s Point, yakni titik yang berada antara Kibo dengan Uhuru Peak.
Medan berbahaya dengan tanjakan terjal serta ancaman menipisnya kadar oksigen menjadi tantangan. Saat itu suhu mencapai minus 5 derajat celcius, membuat Sabar dan rombongan pandai-pandai mengatur ritme. Setelah sampai Uhuru peak (5.985 mdpl), para pendaki tidak dapat berlama-lama. Sabar lalu menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan kencang membelah serbuan angin. Seketikan nuansa nasionalisme ke-Indonesia-an kental terasa.
Namun baru saja selesai menyanyi, tiba-tiba mereka diserang badai salju yang memaksa mereka turun. Pendakian ini lebih berhasil ketimbang di Gunung Elbrus. Bila saat mencapai puncak Gunung Elbrus Sabar membutuhkan waktu lima hari, kali ini hanya butuh waktu tiga hari saja.
Sabar pun meraih gelar baru, pendaki tuna daksa pertama dunia yang berhasil menginjakkan kaki di puncak Gunung Kilimanjaro tanpa bantuan dari orang lain.
Pemandu Senior Gilbert Kabama, di Mosi, Tanzania mengaku salut. Meski Sabar punya kekurangan, cacat tubuh, tanpa satu kaki, dirinya pun merasa kesulitan untuk bersaing dengan sesama pendaki.
Setelah pendakian itu, adakah Sang Gorky berhenti? Tentu tidak. Belum genap sebulan, di awal Desember 2011, Sabar sudah mendaki gunung lagi. Dalam peringatan Hari Penyandang Cacat Internasional (HIPENCA) dirinya menggapai puncak Gunung Lawu menggunakan baju khas nasional Indonesia, batik.
Pemilihan baju batik ini, sekaligus sebagai sosialiasi program mendatang Sabar Gorky bersama organisasi pemuda pecinta alam Top Ranger And Mountain Pathfinder (TRAMP) dan tak ketinggalan Rakyat Merdeka Online, yang akan mengadakan ekspedisi ke beberapa puncak dunia lainnya di tahun 2012.
Sabar akan membatik puncak gunung tertinggi di dunia. Rencananya, dia akan menambah daftar taklukan gunung yang terdaftar dalam 7 summits.
Kalau berhasil dia akan mencatatkan diri dalam Guinness Book of The record sebagai tunadaksa pertama kali yang menaklukan 7 summit. Tahun 2012, Sabar akan menaklukan Carstensz (4884 mdpl) di Papua pada bulan September. Selanjutnya di bulan Desember menuju Gunung Aconcagua (6.692 mdpl) di Argentina yang merupakan gunung tertinggi di benua Amerika. Selain itu, Sabar Gorky juga direncanakan mendaki Mera Peak Himalaya pada bulan April dan menjelajahi Gurun Sahara dalam Ekspedisi Sahara pada bulan Juni. Program pendakian ini masih dimotori Rakyat Merdeka Online.
Terbang Bersama Obor
Bagai tak kenal lelah, Sabar masih saja berkiprah. Dalam seremoni pembukaan ASEAN Para Games (APG) VI/2011 yang digelar di Stadion Manahan Solo, Kamis 15 Desember 2011 malam Gorky mengemban tugas. Membawa obor APG dengan cara ekstrem ke atas stadion setinggi sekitar 20 meter merupakan kegiatan yang dilakukan. Obor dibawanya naik menggunakan tali dengan teknik jumaring, ke bagian atap tribun tertutup di depan podium kehormatan. Salah perhitungan, obor dapat membakar tali dan membuatnya terjatuh.
Kontan, orang yang hadir terkesima. Ribuan penonton yang memenuhi stadion terdiam. Suasananya tegang, tatkala aksi terbang dilakukan. Sabar melakukan flying fox ke tribun utara guna menyerahkan obor kepada Memed Lesmana (atlet veteran Fespic Games ), untuk disulut di kaldron.
Atraksi ini mengundang decak kagum para pengunjung. ”Dapat dari mana orang ini. Luar biasa. Saking terkesimanya sampai fotografer Kemenpora lupa memfoto dan kita tak punya gambar aksi hebat itu,” begitulah kisah Menteri Pemuda dan Olahraga Andy Malarangeng, kepada Rakyat Merdeka Online.
Ya, benar agaknya ungkapan sang menteri. Sabar Gorky memang luar biasa. Terlebih dalam setiap aksi, dia menyematkan tindakan nasionalis. Sungguh kisah inspirasi sarat makna!  Mingatkan kita untuk terus berjuang dalam hidup.
Tulisan ini ada di dalam buku Man of The Year 2011 RMOL dalam kategori Inspiring. Diterbitkan tanggal 29 Januari 2012.
Diambil dari : SUMBER

Dicari & Dibeli Rongsokan/Sampah/Limbah Komputer & Laptop, click here!