Mahasiswa di kota besar mana yang tak tahu Waroeng Steak and Shake. Bahkan bagi banyak anak kampus, café ini sudah jadi tempat nongkrong hariannya. Maklumlah, dengan performa sekelas bintang lima, harga menu di café ini sangat bersahabat dengan kantong mahasiswa. Misalnya, cukup dengan ceban, mahasiswa sudah dapat menikmati sepotong steak. Bahkan kalau mau double steak, cuma nambah goceng lagi.
Kini, puluhan Waroeng Steak and Shake tersebar di berbagai kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Jogja, Solo, Malang, dan seterusnya. Seribuan karyawan beroleh penghasilan dari usaha ini. Dalam satu bulan, 1 oulet minimal bisa menghabiskan 600 kg daging sapi dan ayam.
Tentu saja semua itu tidak sim salabim. Pertama kali dibuka pada 4 September 2000, Waroeng Steak & Shake alias "WS", berlokasi di emper rumah kontrakan pasangan Jody Brotoseno-Siti Hariyani di Jalan Cendrawasih No 30 Yogyakarta.
“Alhamdulillah, warung kami laris dan terus mengembangkan sayap bsinis kemana-mana,” ujar Mbak Ani, sapaan akrab Siti Hariyani, yang pernah kuliah di Jurusan Komunikasi Universitas Negeri Solo. “Target kami, setiap dua bulan bisa menambah satu outlet baru,” imbuh Jody sang suami. Untuk itu, Jody Menambahkan, “Setiap minggu terakhir, kami selalu keliling beberapa kota untuk melihat-lihat tempat yang tepat untuk buka outlet.”
Sebelum sukses seperti saat ini, Jody dan Ani sempat berbisnis kecil-kecilan, antara lain menjual roti bakar, susu kedelai, serta memproduksi kaos partai jelang Pemilu 1999. Dari bisnis kaus itu, mereka sempat membeli motor. Motor itu kemudian dijual lagi tahun 2001 buat modal membuka warung steak. “Hasil penjualan motor hanya cukup buat membayar kontrakan dan membeli beberapa peralatan warung,” kenang Jody yang pernah kuliah di Jurusan Arsitektur Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Ilmu steak mereka timba saat aktif mengelola Obonk Steak milik Sugondo, ayah Jody. Dari sang ayah pula, Jody mendapat amanat untuk berusaha di lahan bersih. Sebelum sukses dengan Obonk Steak, Sugondo pernah coba membuat diskotek yang bersih dan bebas alkohol. Namun usaha ini tidak diterima pasar sehingga ditutup saja.
Mensyukuri nikmat rejeki usahanya, Jody dan Ani mendedikasikan Waroeng Daqu Steak Gejayan Jogja untuk menghidupi 3 Rumah Tahfidz yang didirikannya.. Inilah salah satu bentuk sedekah produktif yang patut diteladani. Kini bisnis Jody merambah kuliner lainnya seperti Bebaqaran,Feskul (Festifal Kuliner),Waroeng Penyet, Futsal,Soccer. sumber: www.makelarsedekah.com
AYITIBOX INDONESIA 'Kalau Situs Lain Sibuk Menjual, Disini Royal Membeli'