Mental blocks, adalah hambatan secara mental / psikologis yang menyelubungi pikiran seseorang. Ia dapat muncul dari kekeliruan pengalaman hidup / pergaulan, sisa traumatik masa lalu, sisa luka batin, sisa pengalaman yang tidak mengenakkan ketika kecil maupun karena “kekeliruan” atau kekurangtepatan cara pandang / anggapan terhadap sesuatu bahkan akibat cara belajar/ pendidikan yang tidak tepat. Kemunculannya (manifestasinya) bisa berbentuk kecanggungan bertindak, kesulitan berbicara (apalagi di depan umum), kesulitan mengaktualisasikan diri (walaupun sebenarnya memiliki berbagai kelebihan, misalnya kecerdasan/ kemampuan lain), kadang juga muncul dalam bentuk sindrom “inferior complex” / sindrom rendah diri.
Contoh gampangnya gini deh… Pernah ngelihat sirkus gak? Nah, coba kita amati tuh binatang buas di sirkus ataubinatang gede semacam gajah… Gajah kan punya kekuatan besar dan bisa aja meloloskan diri dari seutas tali kecil yang ditambat ke tiang pancang yang cuma selengan anak kecil… Dengan sekali tarik pasti deh lepas.. Tapi kenyataannya kan enggak… Itu karena si gajah diajari untuk tidak bisa lepas dari tiang pancang itu.. Alhasil sang gajah pun “percaya” dan menganggap dirinya tidak cukup kuat untuk meloloskan diri… Demikian pula dengan sang Raja Hutan yang menjadi “loyo”…. Pikiran mereka terlanjur “diprogram” untuk melakukan apa-apa yang diinginkan oleh pemilik sirkus! Itulah gambaran sederhana mental block. Mental block menghalangi pikiran sadar seseorang dari tindakan positif yang memberdayakan.
Apa Itu “Program Negatif”
Berkerabat dengan “mental block”, “program negatif” muncul mengiringi kehidupan kita sehari-hari, yakni ketika pikiran kita berhubungan dengan berbagai informasi yang tidak semuanya memberdayakan! Waspadalah!!! Dalam istilah hipnoterapi, pikiran kita diprogram oleh keadaan dan situasi kehidupan di sekitar kita, diprogram oleh televisi, sinetron, dsb…. Kadang diprogram oleh anggapan kita sendiri yang kadang bertentangan dengan produktivitas. Misalnya, kita pernah menganggap bahwa sukses itu hanya milik orang-orang yang berduit banyak, dsb… Jika pikiran kita meyakini hal itu, maka benar jugalah, terjadilah…. kita sulit sukses karena pikiran kita telah menolaknya! Jadilah “mental block”.
Hal yang sama, terjadi di rumah-rumah, ketika orangtua yang sedang marah, mengata-ngatai anaknya dengan ucapan kasar dan “menghukum”/ memvonis, misalnya…”kamu memang anak goblok kok, masak gini aja gak bisa…”, dsb….. Atau, ada lagi variasi lain. Ketika mendapoati anaknya yang nakalnya bukan main (maklum anak-anak, kan gitu biasanya.. ntar kalo dieeem aja, ntar malah jadi patung lhoh…. hehe…), sang ibu ngomel-ngomel di deopan anaknya pula: “…duh… bandelnya kamu… kayak anak setan…” (naudzubillaah..). Emang seneng kalo anaknya jadi anak setan.. hehehe….
Di sekolah, sering pula kita temui guru yang seenaknya berucap sembrono kepada murid-muridnya. Kata-kata itu mempengaruhi pikiran anak dan lambat laun berubah menjadi program negatif yang terbawa hingga anak tersebut dewasa kelak!
Itulah beberapa “ketidaksengajaan” atau “kekhilafan” yang berujung FATAL! Dalam bahasa masyarakat umum (masyarakat Jawa) disebut “mandi pangucape” (manjur kata-katanya).
Dalam terminologi hipnoterapi, kata-kata tersebut masuk ke alam bawah sadar si anak dan langsung memprogram pikiran sadarnya! Ingat: kekuatan alam pikiran bawah sadar = 88% ! Cukup kuat untuk memerintah pikiran sadar (yang cuma 12%!) yang selanjutnya, pikiran sadar memerintah organ-organ tubuh (fisik)! Bayangkan dan rasakan akibat kelalaian kecil tadi ! Demikian juga, bila seseorang terbiasa menerima kata-kata negatif yang merendahkan (bahkan mungkin dialami sejak pada masa kanak-kanak) baik oleh orang-orang di lingkungan rumah, sekolah, di lingkungan permainan bersama teman-temannya, dsb. Atau, seseorang yang ketika kecil sering ditakut-takuti, akan tumbuh menjadi pribadi yang canggung, rendah diri, penakut, dsb… Kalau dah gini nih…. bahaya…. Pengalaman pahit tersebut (kadang berupa trauma), dapat berubah menjadi selaput penghalang (blocks) secara mental, yang disebut mental blocks.
Sebenarnya masih sangat banyak kejadian di sekitar kita yang dapat menjelma menjadi mental block, penghalang pemikiran produktivitas kita.
Saya contohkan, dari pengalaman salah seorang guru hypnotherapy saya, Adi W. Gunawan.
Artikel ini saya tulis untuk menjawab banyak sekali pertanyaan yang diajukan kepada saya baik melalui email, SMS, ataupun saat seminar. Ternyata masih banyak juga orang yang kurang jelas apa itu mental block, proses pembentukan, cara mengenali, dan yang lebih penting cara untuk mengatasi dan menghilangkan mental block.
Sebelum saya membahas apa itu mental block saya akan menjelaskan kembali proses pemrograman pikiran manusia.
Proses pemrograman pikiran sebenarnya telah terjadi sejak seorang anak masih di dalam kandungan ibunya, sejak ia berusia 3 bulan. Pada saat ini pikiran bawah sadar telah bekerja sempurna, merekam segala sesuatu yang dialami seorang anak dan ibunya. Semua peristiwa, pengalaman, suara, atau emosi masuk ke dan terekam dengan sangat kuat di pikiran bawah sadar dan menjadi program pikiran.
Saat kita lahir, kita lahir hanya dengan satu pikiran yaitu pikiran bawah sadar. Bekal lainnya adalah otak yang berfungsi sebagai hard disk yang merekam semua hal yang kita alami. Sejak lahir, dan sejalan dengan proses tumbuh kembang, kita mengalami pemrograman pikiran terus menerus, melalui interaksi kita dengan dunia di luar dan di dalam diri kita.
Pada anak kecil, yang memprogram pikirannya adalah terutama kedua orangtuanya, pengasuh, keluarga, lingkungan, guru, TV, dan siapa saja yang dekat dengan dirinya. Saat masih kecil pemrograman terjadi dengan sangat mudah karena pikiran anak belum bisa menolak informasi yang ia terima. Ketidakmampuan memfilter informasi ini disebabkan karena pada saat itu critical factor, atau faktor kritis, dari pikiran sadar belum terbentuk. Kalaupun sudah terbentuk critical factor masih lemah.
Pemrograman pikiran saat anak masih kecil terjadi melalui dua jalur utama yaitu melalui imprint dan misunderstanding. Definisi imprint adalah “a thought that has been registered at the subconscious level of the mind at a time of great emotion or stress, causing a change in behavior” atau imprint adalah apa yang terekam di pikiran bawah sadar saat terjadinya luapan emosi atau stress, mengakibatkan perubahan pada perilaku.
Misunderstanding adalah salah pengertian yang dialami seseorang saat memberikan makna kepada atau menarik simpulan dari suatu peristiwa atau pengalaman.
Baik imprint maupun misunderstanding, setelah terekam di pikiran bawah sadar, akan menjadi program pikiran yang selanjutnya mengendalikan hidup seseorang.
Satu hal yang perlu kita mengerti yaitu bahwa semua, saya ulangi… semua, program pikiran adalah baik. Program pikiran selalu bertujuan membahagiakan kita. Program pikiran diciptakan atau tercipta demi kebaikan kita berdasarkan level kesadaran dan kebijaksanaan kita saat itu.
Program pikiran menjadi mental block apabila bersifat menghambat kita dalam mencapai impian atau tujuan kita. Sebaliknya program pikiran akan menjadi stepping block, batu lompatan, bila bersifat mendukung kita.
Anda jelas sekarang? Atau masih bingung?
Ok, saya kasih contoh ya biar lebih jelas.
Ini dari kasus klinis yang pernah saya tangani. Ada seorang wanita, sebut saja Rosa, cantik, ramah, cerdas, pintar cari uang, dan mandiri tapi sampai saat bertemu saya, usianya saat itu 35 tahun, masih jomblo alias single, belum dapat jodoh.
Rosa juga bingung mengapa ia sulit dapat jodoh. Ada banyak pria yang suka padanya. Namun setiap kali pacaran dan jika sudah masuk ke rencana untuk menikah, selalu muncul masalah sehingga hubungan mereka akhirnya putus.
Setelah dicari akar masalahnya, saya menemukan program pikiran, di pikiran bawah sadarnya, yang sangat baik namun justru bersifat menghambat dirinya untuk bisa dapat jodoh.
Apa itu?
Ternyata ayah Rosa meninggal saat ia masih kecil, usia 7 tahun. Sejak saat itu ibunya yang bekerja keras menghidupi keluarga mereka. Bahkan pernah sampai jatuh sakit dan hampir meninggal.
Nah, pas saat ibunya sakit keras,Rosa berdoa dan mohon kesembuhan untuk ibunya. Dan dalam doanya ia berjanji bahwa ia akan membalas semua pengorbanan ibunya, setelah ia dewasa kelak, dengan selalu menyayangi dan mendampingi ibunya.
Janji ini ternyata masuk ke pikiran bawah sadarnya dan menjadi program. Benar, sejak saat itu dan hingga ia dewasa Rosa adalah anak yang begitu sayang pada ibunya. Selama ini program pikirannya telah sangat membantu Rosa dalam menjalani hidupnya. Rosa bekerja keras, menjadi anak yang sangat mencintai ibunya. Dan ibunya juga begitu bersyukur dan bahagia karena mempunyai anak yang begitu menyayanginya. Nah, program yang sangat positif ini tiba-tiba berubah menjadi program yang menghambat (baca: mental block) saat Rosa ingin berkeluarga.
Program ini mensabotase setiap upaya Rosa untuk mendapat pasangan hidup. Saat saya berdialog dengan “bagian” (baca: program) yang tidak setuju bila Rosa menikah, saya mendapat jawaban yang jelas dan lugas. Ternyata “bagian” ini khawatir Rosa tidak bisa menepati janjinya, menyayangi dan mendampingi ibunya karena bila menikah, menurut pemikiran “bagian” ini, Rosa harus mengikuti suaminya dan meninggalkan ibunya sendiri. “Bagian” ini tidak setuju dengan hal ini.
Nah, anda jelas sekarang?
Saya beri satu contoh lagi biar lebih jelas.
Saya mendapat email dari seorang pembaca buku, sebut saja Bu Asri, yang mengeluh bahwa ia telah berusaha keras untuk menaikkan penghasilannya namun selalu gagal. Setelah membaca buku The Secret of Mindset dan mendengarkan CD Ego State Therapy ia menemukan program pikiran yang menghambat dirinya, khususnya di aspek finansial.
Ternyata dulu, saat akan menikah, ia mendapat wejangan dari ibunya, “Nak, ingat ya… nanti waktu menjadi seorang istri, cintai suamimu dengan tulus, baik di kala suka mapun duka, layani dengan sepenuh hati, tempatkan suami sebagai kepala rumah tangga, jaga perasaan dan harga diri suami, jangan melebihi suamimu…….”
Pembaca, wejangan (baca: program) ini tentu sangat baik. Namun menjadi masalah karena program ini justru menghambat upaya Bu Asri meningkatkan penghasilannya. Selidik punya selidik ternyata penghasilan Bu Asri saat ini sama dengan penghasilan suaminya. Makanya saat ia berusaha menaikkan income-nya selalu saja ada hambatan. Program ini yang menghambat dan tujuannya juga sangat “positif” yaitu agar Bu Asri bisa menjadi istri yang baik sesuai wejangan ibunya.
Bagaimana, jelas sekarang?
Suatu program, selama tidak bersifat menghambat diri kita maka jangan diotak-atik. Biarkan saja. Nggak usah bingung. Ada rekan yang, setelah membaca buku dan mengerti soal mental block, begitu giat mencari berbagai mental blocknya. Bahkan sampai mengeluh,”Pak, saya kok nggak menemukan mental block saya ya?”.
Lha, kalo memang nggak ada trus apa harus dipaksakan ada? Bukankah lebih baik bila waktu yang ada digunakan untuk belajar dan mengembangkan diri? Kekhawatiran karena tidak menemukan mental block justru bisa menjadi mental block baru.
Lalu, bagaimana sikap yang benar?
Ya, santai saja lah. Nggak usah aneh-aneh. Kita harus netral saja. Selama hidup kita happy, usaha lancar, semua berjalan seperti yang kita rencanakan dan harapkan maka nggak usah pusing soal mental block.
Mental block akan kita rasakan saat ada penolakan atau hambatan untuk mencapai suatu target yang lebih tinggi. Penolakan ini juga timbul saat kita ingin berubah.
Ini saya kutip email yang baru saya terima dari seorang pembaca buku saya:
“Saya ingin lebih memahami dan membaca buku-buku anda. Saya beli The Secret of Mindset. Saat baca ada aja perasaan yang membuat saya malas, ngantuk dsb. Padahal saya sungguh ingin membaca buku TSOM. Bagaimana solusinya?”
Perasaan malas, mengantuk, dan berbagai perasaan lain yang menghambat upaya untuk berubah ini adalah ulah nakal dari mental block kita. Nah, ini saatnya kita perlu menemukan dan mengenali mental block ini. Setelah ditemukan… ya dibereskan. Gitu aja kok repot.
Intinya, jika anda telah menetapkan target yang lebih tinggi, dari apa yang telah anda capai saat ini, dan anda merasa ada yang tidak enak di hati anda maka ini indikasi adanya mental block.
Atau jika anda mengalami kegagalan yang beruntun atau yang mempunyai pola kegagalan yang sama, maka ini indikasi sabotase diri alias mental block.
Mental block ini ada juga yang baik. Misalnya anda telah berkeluarga. Dan ada kesempatan untuk selingkuh namun anda tidak mau. Alasannya bisa macam-macam. Bisa takut dosa, takut masuk neraka, takut malu, takut ketahuan, bisa karena anda tidak ingin melukai hati pasangan anda, atau anda setia pada janji pernikahan anda, atau alasan apapun. Yang pasti, ada satu program pikiran yang menghambat anda melakukan sesuatu. Mental block ini tentunya perlu dipertahankan.
So… bersikaplah netral… jadilah orang yang Non Block. Artinya anda tidak neko-neko atau aneh-aneh. Cari mental block sesuai kebutuhan. Kalo sedikit-sedikit cari mental block … sedikit-sedikit cari mental block… maka saya khawatir anda akan menghabiskan waktu, tenaga, pikiran, dan resource yang anda miliki untuk sesuatu yang tidak produktif. Kalo seperti ini…anda masuk kategori Go Block.
Sumber: Adi W. Gunawan
Saya lanjutin yach….
Setiap orang pasti memiliki pengalaman pahit, luka batin, trauma, program pikiran yang salah (menjelma menjadi mental blocks), dsb. Yupz… Mental Blocks ini bisa menjangkiti siapa saja. Walaupun efeknya sangat mengganggu dan disadari oleh “pengidapnya”, tetapi tidak dapat dijelaskan mengapa terjadi.
Berita buruknya, ketidaknyamanan mental akibat mental block ini membelenggu seseorang, memasung kreativitas sehingga menghalangi kesuksesan seseorang/ anak. Mereka yang berkarya di bidang pendidikan, bisnis, produksi, jasa, dsb wajib mewaspadai mental block ini.
Berita baiknya, mental blocks & program negatif ini dapat dihilangkan !
Mental Block & program negatif ini hanya dapat dihilangkan efektif dengan metode Mind Reprogramming (Pemrograman Ulang Pikiran).
Membuka Mental Block
Ada pepatah yang mengatakan bahwa apabila seseorang menghendaki perubahan kecil maka ubahlah perilakunya, namun bila menghendaki perubahan besar ubahlah mental kita atau pikiran kita. Mental yang meyakini bahwa dirinya tidak mampu atau tidak berbakat untuk bisnis itulah yang saya maksud dengan mental block (bisnis). Tentunya masih banyak jenis mental block lainnya, namun dalam hal ini adalah mental block bisnis.Mental block ini terjadi karena salah program dari background dan masyarakat kita sendiri yang lebih memilih menjadi bangsa karyawan. Selama mental block ini belum bisa diubah, sulit sekali mengubah seseorang dari mental karyawan menjadi mental entrepreneur. Meski pun kita telah mendapatkan materi entrepreneurship melalui kuliah, seminar dan pelatihan, kalau pembelajaran itu tidak menyentuh sampai ke batin atau alam bawah sadar, maka sulit akan terjadi perubahan.
Terlebih, kalau pembelajarannya hanya sampai ke soal pengertian, definisi, jenis-jenis, hingga teknik produksi dan pemasarannya. Semua itu belum cukup untuk mengubah mental block seseorang. Sebab, semua itu baru masuk ke ranah kognitif atau pikiran sadar yang pengaruhnya, paling banyak, hanya 12 %.
Locus mental block itu berada di alam bawah sadar, di batin seseorang yang sudah puluhan tahun mengendap di sana. Sudah menjadi bagian dari software dari pikiran kita. Manakala software itu belum di-upgrade maka tampilannya masih tetap. Artinya, sepanjang mental block-nya, yakni mental karyawan, belum di-upgrade maka tampilannya (perilakunya) adalah perilaku karyawan.
Perlu saya ingatkan sekali lagi bahwa mental block itu membatasi. Ibarat Anda sudah terlanjur sangat familiar dan nyaman dengan proram Microsoft Word mau pindah ke program linux misalnya. Sepanjang belum ada kebutuhan yang sangat mendesak, dan anggapan lebih bernilai/berharga dan praktis, sepanjang itu pula mental block bekerja untuk mempertahankan diri (resistant).
Sangat kompleks mekanisme kerja terjadinya mental block dalam pikiran bawah sadar agar tetap bertahan atau bahkan dapat berubah mental block tersebut. Kompleksitas itu terkait erat dengan pengalaman pribadi seseorang (subjective experience). Seseorang yang hidupnya sudah sering teredukasi dengan dunia bisnis melalui keluarga, sekolah dan lingkungannya bahwa bisnis adalah dunia yang sangat menyenangkan, akan sangat memungkinkan berubah untuk menjadi seorang entrepreneur; sebaliknya apabila ia sering teredukasi dengan dunia karyawan maka semakin kuat pertahanannya.
NLP dan hypnosis berikut alat-alatnya (tekniknya) adalah dalam rangka mengedukasi ulang berdasarkan pengalaman pribadi seseorang (klien). Artinya, teknik-teknik yang akan digunakan harus ekologis, sesuai dengan nilai-nilai dasar klien dan sekaligus tidak bertentangan dengan norma, etika, dan nilai-nilai masyarakat setempat. Sebagai contoh, Anda tidak bisa mempengaruhi atau mengubah pikiran seseorang untuk mau menjadi entrepreneur apabila apa yang Anda tanamkan –dengan teknik NLP dan hypnosis—bertentangan dengan keyakinan agamanya. Sebaliknya, apabila yang ditanamkan itu cocok, maka kemungkinan besar dapat diterima alias ia mau berubah.
Mengubah mental block pada dasarnya adalah mempengaruhi pola pikir (mindset) melalui sejumlah cara. Mental block pada dasarnya adalah hasil pemikiran berupa keyakinan sementara atau common sense, maka sepanjang pikiran seseorang belum diubah atau direkayasa maka sepanjang itu pula mental block tidak berubah.
CARA MEMBUKA MENTAL BLOCK
Ada sejumlah cara atau tepatnya media untuk mengubah mental block seseorang.
Membaca
Membaca merupakan media yang cukup ampuh untuk mempengaruhi pikiran seseorang. Pada saat Anda membaca sesungguhnya sedang memasukan sebuah stimulus yang berpotensi mengubah mindset lama yang bersemayam di pikiran Anda. Ketika Anda membaca sebuah buku misalnya, sesungguhnya sedang terjadi dialog antara stimulus dengan mindset lama, yang ujungnya bisa mempertahankan mindset lama (resistant) atau justru perubahan, tergantung pada kesiapan atau keterbukaan mindset Anda.
Namun perlu dicatat bahwa banyak orang berubah sikap dan mindset-nya karena membaca. Sebuah novel karya Andrea Hirata yang berjudul ”Laskar Pelangi” telah membuktikan mampu mengubah mindset atau mental block pembacanya, dari semula yang malas belajar menjadi suka belajar, dari yang tadinya bermental karyawan menjadi mental entrepreneur. Demikian pula buku-buku entrepreneurship karya Robert T. Kiyosaki, telah banyak menginspirasi dan bahkan mengubah mindset pembacanya untuk mencintai dunia entrepreneurship. Bacalah buku-buku entrepreneurship inspirasional, maka cepat atau pun lambat, pikiran Anda akan berubah.
Motivasi
Mengikuti seminar, training dan membaca buku-buku motivasi, cepat atau lambat berdampak terhadap eksistensi mindset Anda. Kemampuan seorang motivator dengan segala tekniknya akan mengguncang pikiran emosional dan spiritual Anda untuk kemudian berubah mindset. Lepas apakah perubahan itu bersifat sementara yakni sehabis mengikuti seminar saja, yang jelas perubahan motivasi merupakan awal dari perubahan mindset. Namun perlu dicatat bahwa banyak orang yang berhasil mengubah mindset atau membongkar mental block-nya karena seminar, training atau membaca buku-buku motivasi.
Imajinasi
Kaum rasionalis, kurang setuju dengan imajinasi dapat mengubah mindset atau mental block. Imajinasi, katanya, hanyalah sebuah khayalan. Betul. Namun perlu dicatat bahwa dengan sebuah imajinasi seseorang menjadi termotivasi untuk bertindak mencapai imajinasinya. Dan motivasi merupakan salah satu daya dongkrak untuk meretas kebekuan mental block.
Reframing
Setiap orang memiliki dunianya sendiri yang diciptakan oleh pengalaman subjektifnya. Berdasarkan pengalaman subjektif itulah seseorang membentuk mindset-nya yang kemudian menjadi mental block: menjadi penghambat masuknya hal-hal baru. Prinsipnya, hanya dunianya yang mengasyikkan, dunia lain membosankan, atau dunianya yang paling ”benar”, dunia yang lain (bidang lain) salah.
Reframing adalah cara mengubah sudut pandang. Apabila saat ini Anda masih beranggapan bahwa dunia karyawan adalah dunia dianggap paling cocok untuk mencari nafkah, coba ubahlah cara pandang Anda dunia entrepreneurship juga mengasyikkan. Apabila sampai saat ini masih berpikir bahwa bisnis itu identik dengan resiko yang memusingkan cobalah berpikir bahwa risiko adalah tempat menempa diri; bila Anda masih berpikir pendapatan seorang entrepreneur adalah tidak tetap, cobalah berpikir sebaliknya: justru tidak tetap itu yang sangat menjanjikan, bayangkan Anda setiap hari terima uang sementara bila karyawan hanya sebulan sekali terima uang.
Semakin sering Anda mengadakan reframing, yang tidak lain adalah melihat sisi positifnya dari setiap fenomena, maka akan ada kecenderungan berubah mindset-nya. Mengapa? Sebab intensitas dan frekuensi reframming menentukan perubahan mindset.
Mengenal Objek dari Dekat
“Tak kenal tak sayang”, begitu kata pepatah. Mengenal lebih dekat dapat merubah pikiran seseorang. Keyakinan atau persepsi yang masih setengah-tengah, begitu mendekat ke objeknya dengan cara langsung dapat melihat, merasakan dan mendengar dari dekat persepsi kemudian berubah. Boleh jadi, Anda yang semula kurang tertarik dengan dunia bisnis setelah melihat dari dekat, bertemu dengan orang yang sudah sukses berbisnis, dan ikut merasakan keberhasilannya, mindset Anda bisa berubah.
Hipnosis
Hipnosis dapat diartikan sebagai keadaan fokus mental yang sangat kuat sehingga tingkat sugestibelitas sangat tinggi tanpa menganalisa (tanpa pemikiran kritis) terhadap sebuah objek. Jadi bila Anda tertarik sekali dengan sebuah lukisan, adegan sinetron sehingga Anda hanyut ke sana, berarti Anda terhipnosis. Ketertarikan Anda pada iklan tertentu, pada keberhasilan seseorang entrepreneur sehingga Anda mengidolakannya, sesungguhnya dapat mengubah mindset Anda. Apa pun tindakan idola Anda, bila sudah terhipnosis karenanya, Anda cenderung menirunya.
Pengalaman yang Menyakitkan
Seseorang yang mengalami sebuah peristiwa yang menyakitkan baik sakit fisik akut maupun sakit hati karena pasangan hidup atau orang lain dapat mengubah jalan pikirannya. Ketika seseorang berubah ke kondisi yang lebih baik dari pada sebelum peristiwa tersebut, orang menyebutnya sebagai “berkah”.
Seseorang punya pengalaman menyakitkan sebagai berikut. Ia bekerja di sebuah Bank Swasta papan atas di Indonesia. Karirnya cemerlang, dengan bekerja keras, disiplin dan tekun akhirnya mendapatkan posisi segai pimpinan cabang. Prestasinya gemilang, mampu mengubah 55 cabang pembantu dari predikat “terjelek” menjadi “terbaik”, mampu meningkatkan pertumbuhan pemegang kartu kredit terbesar di Indonesia dan masih ada beberapa prestasi gemilang lainnya.
Suatu saat ayahnya jatuh sakit dan harus mendapatkan perawatan di Singapura. Biayanya besar tentunya. Namun gaji sebagai kepala cabang tidak cukup. Pengobatan di bantu oleh adik dan kakaknya. Dari pengalaman yang menyakitkan inilah ia berubah pikiran, keluar dari jabatan kepala cabang, dan memutuskan menjadi seorang trainer, motivator dan entrepreneur. Meskipun sebelumnya ditawari gaji yang lebih tinggi yakni 12 kali lipat gaji semula, ia tetap putuskan menjadi seorang trainer.
Ia kini jauh lebih sukses, telah bicara lebih dari 183.000 orang dalam waktu 38 bulan, seminar di berbagai tempat dengan sewa helikopter, tinggal di perumahan mewah lengkap dengan kolam renang dan taman. Ia juga memiliki berbagai perusahan properti yang sukses. Ia adalah Tung Desem Waringin.
Berubah mindset-nya karena berawal dari pengalaman yang menyakitkan.
Meski demikian, saya tidak menganjurkan bahwa untuk bisa berubah mindset-nya harus memiliki pengalaman yang menyakitkan. Pengalaman menyakitkan –bila Anda memilikinya– hanya sebuah momentum untuk perubahan.
Sumber: Waidi, MBA, Ed. telah menulis 3 buku-buku NLP: 1) On Becoming A Personal Excellent; 2) The Art of Re-engineering Your mind for Succes by NLP; 3) Self Empowerment by NLP. Ketiganya diterbitkan oleh PT Elexmedia Komputindo. Sedang menyelesaikan buku “Neuropreneurship” sebuah buku yang membahas peran NLP dan Hypnosis dalam mengubah mental bisnis.
Dikuti dr INI
AYITIBOX INDONESIA 'Kalau Situs Lain Sibuk Menjual, Disini Royal Membeli'