Berita buruk bagi Anda yang baru saja berhenti kerja. Sebab, sebuah
penelitian baru menyebutkan, risiko serangan jantung meningkat setelah
seseorang berhenti bekerja, khususnya pada tahun pertama. Terlebih bagi
seseorang yang memiliki pengalaman berhenti bekerja lebih dari sekali.
Menurut penelitian tersebut, faktor risiko yang dihasilkan hampir sama
dengan yang dimiliki seorang perokok dan seseorang dengan penyakit
kardiovaskular, seperti hipertensi.
Penelitian ini melibatkan
13.500 responden usia dewasa selama hampir dua dekade. Penelitian
tersebut menyebutkan bahwa ketentuan ini berlaku bagi responden
perempuan maupun laki-laki dari berbagai kelompok ras dan etnis utama.
"Penelitian
kami menyelidiki bagaimana dimensi berbeda akibat ketidakstabilan dalam
pekerjaan memiliki kaitan erat dalam peningkatan risiko serangan
jantung," kata pemimpin penelitian, Matius Dupre dari Departemen Sosial
dan Kedokteran Keluarga di Duke University, Durham, New York.
Menurut
Dupre, hasil yang ditemukan peneliti adalah risiko serangan jantung
meningkat secara signifikan di antara pengangguran, kemudian risiko ini
meningkat secara bertahap setelah seseorang kehilangan pekerjaannya.
"Sedangkan pensiun justru tidak terkait sama sekali dengan masalah
kesehatan jantung," ujar Dupre.
Kehilangan pekerjaan dianggap
sebagai penyebab utama tekanan pada jantung seseorang. Tidak hanya itu,
kehilangan pekerjaan juga dianggap sebagai salah satu penyebab timbulnya
penyakit kronis lain, seperti stroke dan diabetes tipe II, serta
perilaku negatif pada seseorang. "Sebagai contoh, meskipun status rokok
adalah faktor risiko terbesar untuk penyakit kardiovaskular, penggunaan
tembakau adalah prediktor yang lebih besar lagi untuk memunculkan
risiko," ujar Dupre.
Penelitian yang diterbitkan di Archive of Internal Medicine,
19 November lalu, ini meneliti status pekerjaan yang ada sejak tahun
1992 hingga 2010. Penelitian ini meneliti sejumlah pensiunan dan
pengangguran yang berhasil dikumpulkan oleh Asosiasi Kesehatan dan
Pensiunan Amerika Serikat, yang saat ini berusia 51-75 tahun.
Dalam
penelitian tersebut, sebanyak 14 persen orang menganggur, sementara
hampir seluruhnya pernah mengaku kehilangan pekerjaan setidaknya satu
kali selama penelitian dilakukan. Selama masa penelitian itu pula
diketahui, sebanyak 8 persen responden mengalami serangan jantung.
Selain
pengangguran, penghasilan rendah, tingkat pendidikan yang rendah,
kurangnya asuransi kesehatan, kelebihan berat badan atau obesitas,
memiliki tekanan darah tinggi atau diabetes, cacat, depresi, dan gaya
hidup juga meningkatkan risiko serangan jantung.
Gregg Fonarow,
profesor kardiologi dari University of California, Los Angeles,
mengatakan, penelitian telah menunjukkan bahwa pengangguran
mengakibatkan stres fisiologis secara substansial. "Stres ini telah
dikaitkan dengan risiko gangguan kardiovaskular," katanya. "Dan stres
itu sendiri menyebabkan berbagai inflamasi yang dapat menjadi jalur
utama penyebab gangguan kardiovaskular," katanya.
CHETA NILAWATY | NEWS HEALTH.COM
AYITIBOX INDONESIA 'Kalau Situs Lain Sibuk Menjual, Disini Royal Membeli'