Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Siapa yang tidak suka mendapat
keuntungan berlipat ganda. semua pasti mau, apalagi dengan embel-embel
seperti judul di atas. Bisnis tanpa resiko rugi, pasti untung!. Jika
kita berbisnis pasti ada untung dan rugi. Dengan siapa? Atau seperti apa
kira-kira bisnis tanpa ada sedikitpun resiko rugi?. Ada, yaitu
berbisnis dengan Allah SWT!, seperti apa? Mari kita bahas.
Jika
kita tela’ah ayat ; “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah,
pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah) maka Allah akan
melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.
Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizqi) dan hanya kepadaNYA lah
kamu dikembalikan. (QS. Albaqoroh, 2 : 245)
Kata “Qordh” dapat
diartikan sama dengan pinjaman/kredit. Jika dilihat dari tinjauan bahasa
Quran kata tersebut awalnya bermakna memotong sesuatu dengan gigi,
seperti tikus yang memotong kayu dengan giginya. Pakar tafsir Al
Qurthubi mendefinisikan Qordh sebagai “segala sesuatu yang dilakukan
dengan mengharapkan imbalan.” Allah seringkali menguji kita, dengan
melihat siapa yang membenarkan apa yang diinformasikan dalam Alquran.
Dan
dalam konteks ini yang “dipinjami” adalah Allah, karenanya Allah akan
memberikan balasan yang berlipat ganda sesuai dengan janjiNYA. Tetapi
dengan satu syarat!, yaitu “pinjaman yang baik”. Artinya ditekankan
dengan niat yang bersih, hati yang tulus serta harta yang halal. Ujian
ayat ini sekan-akan Allah membutuhkan sesuatu dari kita, padahal Allah
Maha Kaya yang tidak membutuhkan sesuatupun dari makhluknya.
Apa yang kita punya pun sebenarnya seluruhnya dari Allah, milik Allah
semata. Ilustrasinya seperti kita yang telah memberikan uang kepada
anak kita yang masih kecil. Kemudian kita menguji mereka dengan
berpura-pura meminjam uangnya untuk membeli sesuatu yang dia inginkan
(bukan yang kita inginkan) seperti permen misalnya.
Kemudian kita mengatakan “pinjami bapak/ibu uangmu nak untuk membayar
permen yang kau suka tersebut, InsyaAllah akan bapak/ibu ganti lebih
banyak lagi dari itu”. Kurang lebih seperti itu.
Lalu tentang
pengembalian yang berlipat ganda sesuai dengan ayat di atas bermakna
pengembalian di dunia, dan, atau termasuk di akhirat. “dengan lipat
ganda yang banyak” dalam ayat lain Allah menjelaskan; “Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir, pada tiap-tiap bulir, seratus biji. Allah melipatgandakan
(ganjaran) bagi siapa yang dikehendaki. Dan Allah Maha Luas (karuniaNYA)
lagi Maha Mengetahui” (QS. Al Baqoroh, 2 : 261)
Bahkan lebih
banyak lagi dari yang dapat kita bayangkan. Untuk konteks penjelasan ini
saya senang sekali mendengar penjelasan dari Pak Quraish dalam konteks
“banyak” ini. Beliau menjelaskan bahwa seperti anak kecil yang meminta
permen yang banyak. Anak itu mengira yang banyak itu sejumlah apa yang
dia bisa pegang di tangannya, sedangkan jika dia menyerahkan pada tangan
orang dewasa definisi ukuran banyak tersebut tentulah sebanyak
genggaman tangan orang dewasa. Dan ayat di atas yang mengatakan banyak
adalah Allah SWT, karena itu sulitlah kita menerka berapa banyak
lipatganda yang akan Allah berikan pada kita tersebut. Dalam surah Al
Hadid ayat 11 pun Allah SWT menyatakan hal yang sama.
Lain
halnya dalam surah Ash Shaff ayat 10-11 Allah SWT berfirman ; “Hai
orang-orang yang beriman, sukakah kamu AKU tunjukan suatu perniagaan
yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?, (yaitu) kamu
beriman kepada Allah dan RasulNYA dan berjihad di jalan Allah dengan
harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu
mengetahuinya.”
Kata “tijaroh” disini artinya adalah amal sholeh. Memang seringkali
Alquran menggunakan kata tijaroh untuk makna tersebut. itu dikarenakan
motivasi beramal sholeh seringkali oleh banyak orang untuk memperoleh
balasan pahala, persis seperti perniagaan atau bisnis yang dijalankan
oleh seseorang untuk mencari atau mendapatkan keuntungan.
Dan perniagaan atau bisnis yang akan menyelamatkan atau dengan kata
lain tidak akan rugi yaitu dengan berjuang dijalan Allah yakni dengan
beriman atau meningkatkan keimanan dan berjihad yaitu bersungguh-sungguh
dengan mencurahkan tenaga, pikiran, harta bahkan jiwa untuk di jalan
Allah SWT.
Lalu dijelaskan dalam ayat ; “Sesungguhnya Allah telah
membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan
memberikan syurga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah lalu
mereka membunuh atau terbunuh. (itu telah menjadi) janji yang benar dari
Allah di dalam taurat, injil dan Alquran. Dan siapakah yang lebih
menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan
jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.
(QS. At Taubah, 9 : 111)
Kata “Sesungguhnya” ini adalah bentuk
kata lampau yang seakan-akan Allah ingin menunjukkan kepastian jika
berjanji dengan Allah, maka Allah telah membayarnya dengan mengganti apa
yang telah mereka berikan dengan surga untuk mereka. Diri/jiwa dan
harta yang mereka gunakan untuk berjuang ikhlas tidak dengan motivasi
lain kecuali karena Allah semata. Transaksi jual beli itulah yang
menjadi janji yang benar yang juga tertulis dalam Kitab-kitab sebelumnya
dan Alquran. Allah pemilik segala sesuatunya digambarkan membeli,
sedangkan penjualnya adalah orang-orang mukmin yang berjuang di jalan
Allah. Yang mereka jualpun milik Allah dan di bawah kekuasaan Allah SWT.
Kemudian Allah membayarnya dengan surga. Sungguh mahal dan sangat
bernilai pembayarannya, tidak sebanding dengan yang dijual. Ditutup
dengan bergembiralah dengan surga yang kamu terima sebagai ganti
pembayaran jiwa dan harta. Yang jika kamu tidak menjualnyapun, jiwa dan
harta itu semuanya akan pergi meninggalkan. Baik dijual ataupun tidak!,
oleh sebab itu tidakkah lebih baik kita menjual sesuatu yang memang akan
meninggalkan kita? Sambil sekaligus memperoleh keuntungan yang tiada
bernilai sebagai ganti yang agung lagi kekal? Mengutip perkatan Ustadz Yusuf Mansur tentang defnisi surga bagi kehidupan kita di dunia yaitu kenikmatan sebagai jawaban dari doa ataupun solusi dari masalah, surganya orang yg berhutang lunas hutangnya, surga orang yg belum dapat jodoh ketemu jodohnya dan menikah, surga yg belum punya keturunan akhirnya mendapatkan keturunan atau anak, dan lain sebagainya.
Karenanya mari
berjual-beli dengan Allah, melakukan perniagaan yang baik, memberikan
pinjaman yang baik kepada Allah, mari berbisnis yang tanpa sedikitpun
resiko untuk merugi, yaitu berbisnis dengan Allah SWT. InsyaAllah MARI!.
Tidaklah
lebih baik dari yang berbicara ataupun yang mendengarkan, karena yang
lebih baik di sisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Erick Yusuf (pemrakarsa Training iHAQi – Integrated Human Quotient)
SUMBER
AYITIBOX INDONESIA 'Kalau Situs Lain Sibuk Menjual, Disini Royal Membeli'