SIAPA PUN BISA KHILAF, SIAPA PUN BISA MENEBUSNYA..
Pada tahun 2002 di harian Italian Post , muncullah iklan pencarian orang yang teristimewa. Berikut kisahnya :
17 Mei 1992 di parkiran mobil ke- 5 Wayeli , seorang wanita kulit
putih diperkosa oleh seorang kulit hitam. Tak lama kemudian, sang wanita
melahirkan seorang bayi perempuan berkulit hitam. Ia dan suaminya
tiba-tiba saja menanggung tanggung jawab untuk memelihara anak ini.
Sayangnya, sang bayi kini menderita leukemia (kanker darah). Dan ia
memerlukan transfer sumsum tulang belakang segera.
Ayah kandungnya merupakan satu-satunya penyambung harapan hidupnya.
Berharap agar pelaku pemerkosaan pada waktu itu saat melihat berita ini,
bersedia menghubungi Dr. Adely di RS Elisabeth.
Berita pencarian orang ini membuat seluruh masyarakat gempar. Setiap
orang membicarakannya. Masalahnya adalah apakah orang hitam ini berani
muncul Padahal jelas ia akan menghadapi kesulitan besar, Jika ia berani
muncul, ia akan menghadapi masalah hukum, dan ada kemungkinan merusak
kehidupan rumah tangganya sendiri. Jika ia tetap bersikeras untuk diam,
ia sekali lagi membuat dosa yang tak terampuni. Kisah ini akan berakhir
bagaimanakah ?
Seorang anak perempuan yang menderita leukimia ternyata menyimpan
suatu kisah yang memalukan di suatu perkampungan Itali. Martha, 35 thn,
adalah wanita yang menjadi pembicaraan semua orang.
Ia dan suaminya Peterson adalah warga kulit putih, tetapi di antara
kedua anaknya, ternyata terdapat satu yang berkulit hitam. Hal ini
menarik perhatian setiap orang di sekitar mereka untuk bertanya, Martha
hanya tersenyum kecil berkata pada mereka bahwa nenek berkulit hitam,
dan kakeknya berkulit putih, maka anaknya Monika mendapat kemungkinan
seperti ini
Musim gugur 2002, Monika yang berkulit hitam terus menerus mengalami
demam tinggi. Terakhir , Dr. Adely memvonis Monika menderita leukimia.
Harapan satu-satunya hanyalah mencari pedonor sumsum tulang belakang
yang paling cocok untuknya. Dokter menjelaskan lebih lanjut.
Diantara mereka yang ada hubungan darah dengan Monika merupakan cara
yang paling mudah untuk menemukan pedonor tercocok. Harap seluruh
anggota keluarga kalian berkumpul untuk menjalani pemeriksaan sumsum
tulang belakang.
Raut wajah Martha berubah, tapi tetap saja seluruh keluarga menjalani
pemeriksaan. Hasilnya tak satupun yang cocok. Dokter memberitahu
mereka, dalam kasus seperti Monika ini, mencari pedonor yang cocok
sangatlah kecil kemungkinannya. Sekarang hanya ada satu cara yang paling
manjur, yaitu Martha dan suaminya kembali mengandung anak lagi. Dan
mendonorkan darah anak untuk Monika. Mendengar usul ini Martha tiba-tiba
menjadi panik, dan berkata tanpa suara, Tuhan. . kenapa menjadi begini ?
Ia menatap suaminya, sinar matanya dipenuhi ketakutan dan putus asa.
Peterson mengerutkan keningnya berpikir. Dr. Adely berusaha menjelaskan
pada mereka, saat ini banyak orang yang menggunakan cara ini untuk
menolong nyawa para penderita leukimia, lagi pula cara ini terhadap bayi
yang baru dilahirkan sama sekali tak ada pengaruhnya. Hal ini hanya
didengarkan oleh pasangan suami istri tersebut, dan termenung begitu
lama. Terakhir mereka hanya berkata, Biarkan kami memikirkannya kembali.
Malam kedua, Dr. Adely tengah bergiliran tugas, tiba-tiba pintu ruang
kerjanya terbuka, pasangan suami-istri tersebut. Martha menggigit
bibirnya keras, suaminya Peterson, menggenggam tangannya, dan berkata
serius pada dokter. Kami ada suatu hal yang perlu memberitahumu. Tapi
harap Anda berjanji untuk menjaga kerahasiaan ini, karena ini merupakan
rahasia kami suami-istri selama beberapa tahun. Dr. Adely menganggukkan
kepalanya.
Itu adalah 10 tahun lalu, bulan Mei tahun 1992. Waktu itu anak kami
yang pertama, Eleana telah berusia 2 tahun. Martha bekerja di sebuah
restoran fast food. Setiap hari pukul 10 malam baru pulang kerja. Malam
itu, turun hujan lebat. Saat Martha pulang kerja, seluruh jalanan telah
tiada orang satupun. Saat melalui suatu parkiran yang tak terpakai lagi.
Martha mendengan suara langkah kaki, dengan ketakutan memutar kepala
untuk melihat, seorang remaja berkulit hitam tengah berdiri di belakang
tubuhnya. Orang tersebut menggunakan sepotong kayu, memukulnya hingga
pingsan, dan memperkosanya. Saat Martha sadar, dan pulang ke rumah
dengan tergesa-gesa, waktu telah menunjukkan pukul 1 malam. Waktu itu
aku bagaikan gila keluar rumah mencari orang hitam itu untuk membuat
perhitungan. Tapi telah tak ada bayangan orang satupun. Malam itu kami
hanya dapat memeluk kepala masing-masing menahan kepedihan. Sepertinya
seluruh langit runtuh.
Bicara sampai sini, Peterson telah dibanjiri air mata, Ia melanjutkan
kembali . Tak lama kemudian Martha mendapati dirinya hamil. Kami merasa
sangat ketakutan, kuatir bila anak yang dikandungnya merupakan milik
orang hitam tersebut. Martha berencana untuk menggugurkannya, tapi aku
masih mengharapkan keberuntungan, mungkin anak yang dikandungnya adalah
bayi kami. Begitulah, kami ketakutan menunggu beberapa bulan. Maret
1993, Martha melahirkan bayi perempuan, dan ia berkulit hitam. Kami
begitu putus asa, pernah terpikir untuk mengirim sang anak ke panti
asuhan. Tapi mendengar suara tangisnya, kami sungguh tak tega. Terlebih
lagi bagaimanapun Martha telah mengandungnya, ia juga merupakan sebuah
nyawa.
Aku dan Martha merupakan warga Kristen yang taat, pada akhirnya kami memutuskan untuk memeliharanya, dan memberinya nama Monika.
Mata Dr. Adely juga digenangi air mata, pada akhirnya ia memahami
kenapa bagi kedua suami istri tersebut kembali mengandung anak merupakan
hal yang sangat mengkuatirkan. Ia berpikir sambil mengangguk-anggukkan
kepala berkata Memang jika demikian, kalian melahirkan 10 anak sekalipun
akan sulit untuk mendapatkan donor yang cocok untuk Monika.
Beberapa lama kemudian, ia memandang Martha dan berkata Kelihatannya,
kalian harus mencari ayah kandung Monika. Barangkali sumsum tulangnya,
atau sumsum tulang belakang anaknya ada yang cocok untuk Monika. Tetapi,
apakah kalian bersedia membiarkan ia kembali muncul dalam kehidupan
kalian ?
Martha berkata : “Demi anak, aku bersedia berlapang dada
memaafkannya. Bila ia bersedia muncul menyelamatkannya. Aku tak akan
memperkarakannya. Dr. Adely merasa terkejut akan kedalaman cinta sang
ibu. Berita pencarian yang istimewa ini mengakibatkan banjir pedonor
sumsum tulang belakang.
Terlebih lagi lewat waktu begitu lama, mau mencari sang pemerkosa di
mana Martha dan Peterson mempertimbangkannya baik-baik, sebelum akhirnya
memutuskan memuat berita pencarian ini di koran dengan menggunakan nama
samaran. November 2002, di koranWayeli termuat berita pencarian ini,
seperti yang digambarkan sebelumnya. Berita ini memohon sang pelaku
pemerkosaan waktu itu berani muncul, demi untuk menolong sebuah nyawa
seorang anak perempuan penderita leukimia !
Begitu berita ini keluar, tanggapan masyarakat begitu menggemparkan.
Kotak surat dan telepon Dr. Adely bagaikan meledak saja, kebanjiran
surat masuk dan telepon, orang-orang terus bertanya siapakah wanita ini
Mereka ingin bertemu dengannya, berharap dapat memberikan bantuan
padanya. Tetapi Martha menolak semua perhatian mereka, iatak ingin
mengungkapkan identitas sebenarnya, lebih tak ingin lagi identitas
Monika sebagai anak hasil pemerkosaan terungkap.
Saat ini juga seluruh media penuh dengan diskusi tentang bagaimana
cerita ini berakhir. (surat kabar Roma) Komentar dengan topik : Orang
hitam itu akan munculkah ? Jika orang hitam ini berani muncul, akan
bagaimanakah masyarakat kita sekarang menilainya Akankah menggunakan
hukum yang berlaku untuk menghakiminya Haruskah ia menerima hukuman dan
cacian untuk masa lalunya, ataukah ia harus menerima pujian karena
keberaniannya hari ini ? (Surat kabar Wayeli) manulis topik Bila Anda
orang berkulit hitam itu, apa tindakan yang Anda lakukan? sebagai bahan
diskusi. Dan menarik berbagai pendapat akan sulitnya berada di dua
pilihan ini. Bagian penjara setempat terus berupaya membantu Martha,
memberikan laporan terpidana hukuman pada tahun 1992 pada RS.
Dikarenakan jumlah orang berkulit hitam di kota ini hanya sedikit, maka
dalam 10 tahun terakhir ini juga hanya sedikit jumlah terhukum berkulit
hitam. Mereka berkata pada Martha : Sekalipun beberapa orang bukanlah
terhukum karena tindak perkosaan, tapi mungkin beberapa juga menemui hal
seperti ini.
Beberapa orang ini juga sebagian telah keluar penjara, sebagian
lainnya masih berada di dalam penjara. Martha dan Peterson menghubungi
beberapa orang ini, begitu banyak terpidana waktu itu yang
bersungguh-sungguh dan antusias untuk memberikan petunjuk.
Tapi sayangnya, mereka semua bukanlah orang hitam yang memperkosanya
waktu itu. Tak lama kemudian, kisah Martha menyebar ke seluruh rumah
tahanan, tak sedikit terpidana yang tergerak karena kasih ibu ini, tak
peduli mereka berkulit hitam maupun berkulit putih, mereka semua
bersukarela mendaftar untuk menjalani pemeriksaan sumsum tulang
belakang, berharap dapat mendonorkannya untuk Monika. Tapi tak satupun
pedonor yang memenuhi kriteria di antara mereka.
Berita pencarian ini mengharukan banyak orang, tak sedikit orang yang
bersukarela untuk menjalani pemeriksaan sumsum tulang belakang, untuk
mengetahui apakah dirinya memenuhi kriteria. Para sukarelawan semakin
lama semakin bertambah, di Wayeli timbullah wabah untuk mendonorkan
sumsum tulang belakang.
Hal yang mengejutkan adalah kesediaan para sukarelawan ini
menyelamatkan banyak penderita leukimia lainnya, sayangnya Monika tak
termasuk diantara mereka yang beruntung. Martha dan Peterson menantikan
dengan panik kemunculan si kulit hitam. Akhirnya dua bulan telah lewat,
orang ini tak muncul-muncul juga. Dengan tidak tenang, mereka mulai
berpikir,mungkin orang hitam itu sudah telah meninggalkan dunia ini
Mungkin ia telah meninggalkan jauh-jauh kampung halamannya. Sudah sejak
lama tak berada di Itali. Mungkin ia tak bersedia merusak kehidupannya
sendiri, tak ingin muncul.
Tapi tak peduli bagaimanapun, asalkan Monika hidup sehari lagi,
mereka tak rela untuk melepaskan harapan untuk mencari orang hitam itu.
Disaat sebuah jiwa merana tak menentu, harapan selalu disaat
keputusasaan melanda kembali muncul.
Saat itu berita pencarian juga muncul di Napulese, memporakporandakan
perasaan seorang pengelola toko minuman keras berusia 30 tahun. Ia
seorang kulit hitam, bernama Ajili. 17 Mei 1992 waktu itu, ia memiliki
lembaran tergelam merupakan mimpi terburuknya di malam berhujan itu. Ia
adalah sang peran utama dalam kisah ini. Tak seorangpun menyangka, Ajili
yang sangat kaya raya itu, pernah bekerja sebagai pencuci piring
panggilan. Dikarenakan orang tuanya telah meninggal sejak iamasih muda,
ia yang tak pernah mengenyam dunia pendidikan terpaksa bekerja sejak
dini. Ia yang begitu pandai dan cekatan, berharap dirinya sendiri
bekerja dengan giat demi mendapatkan sedikit uang dan penghargaan dari
orang lain. Tapi sialnya, bosnya merupakan seorang rasialis, yang selalu
mendiskriminasikannya.
Tak peduli segiat apapun dirinya, selalu memukul dan memakinya. 17
Mei 1992, merupakan ulang tahunnya ke 20, ia berencana untuk pulang
kerja lebih awal merayakan hari ulang tahunnya. Siapa menyangka,
ditengah kesibukan ia memecahkan sebuah piring. Sang bos menahan
kepalanya, memaksanya untuk menelan pecahan piring. Ajili begitu marah
dan memukul sang bos, lalu berlari keluar meninggalkan restoran.
Ditengah kemarahannya ia bertekad untuk membalas dendam pada si kulit
putih. Malam berhujan lebat, tiada seorangpun lewat, dan di parkiran ia
bertemu Martha. Untuk membalaskan dendamnya akibat pendiskriminasian, ia
pun memperkosa sang wanita yang tak berdosa ini.
Tapi selesai melakukannya, Ajili mulai panik dan ketakutan. Malam itu
juga ia menggunakan uang ulang tahunnya untuk membeli tiket KA menuju
Napulese, meninggalkan kota ini. Di Napulese, ia bertemu
keberuntungannya. Ajili mendapatkan pekerjaan dengan lancar di restoran
milik orang Amerika. Kedua pasangan Amerika ini sangatlah mengagumi
kemampuannya, dan menikahkannya dengan anak perempuan merka, Lina, dan
pada akhirnya juga mempercayainya untuk mengelola toko mereka. Beberapa
tahun ini, iayang begitu tangkas, tak hanya memajukan bisnis toko
minuman keras ini, ia juga memiliki 3 anak yang lucu.
Dimata pekerja lainnya dan seluruh anggota keluarga, Ajili merupakan
bos yang baik, suami yang baik, ayah yang baik. Tapi hati nuraninya
tetap membuatnya tak melupakan dosa yang pernah diperbuatnya.
Ia selalu memohon ampun pada Tuhan dan berharap Tuhan melindungi
wanita yang pernah diperkosanya, berharap ia selalu hidup damai dan
tentram. Tapi ia menyimpan rahasianya rapat-rapat, tak memberitahu
seorangpun. Pagi hari itu, Ajili berkali-kali membolak-balik koran, ia
terus mempertimbangkan kemungkinan dirinyalah pelaku yang dimaksud.
Sedikitpun ia tak pernah membayangkan bahwa wanita malang itu mengandung
anaknya, bahkan menanggung tanggung jawab untuk memelihara dan menjaga
anak yang awalnya bukanlah miliknya.
Hari itu, Ajili beberapa kali mencoba menghubungi no. Telepon Dr.
Adely. Tapi setiap kali, belum sempat menekan habis tombol telepon, ia
telah menutupnya kembali. Hatinya terus bertentangan, bila ia bersedia
mengakui semuanya, setiap orang kelak akan mengetahui sisi terburuknya
ini, anak-anaknya tak akan lagi mencintainya, ia akan kehilangan
keluarganya yang bahagia dan istrinya yang cantik. Juga akan kehilangan
penghormatan masyarakat disekitarnya. Semua yang ia dapatkan dengan
ditukar kerja kerasnya bertahun-tahun. Malam itu, saat makan bersama,
seluruh keluarga mendiskusikan kasus Martha. Sang istri, Lina berkata :
“Aku sangat mengagumi Martha. Bila aku diposisinya, aku tak akan
memiliki keberanian untuk memelihara anak hasil perkosaan hingga dewasa.
Aku lebih mengagumi lagi suami Martha, ia sungguh pria yang patut
dihormati, tak disangka ia dapat menerima anak yang demikian”. Ajili
termenung mendengarkan pendapat istrinya, dan tiba-tiba mengajukan
pertanyaan :Kalau begitu, bagaimana kau memandang pelaku pemerkosaan
itu?
Sedikitpun aku tak akan memaafkannya !!! Waktu itu ia sudah membuat
kesalahan, kali ini juga hanya dapat meringkuk menyelingkupi dirinya
sendiri, ia benar-benar begitu rendah, begitu egois, begitu pengecut !
Ia benar-benar seorang pengecut ! demikian istrinya menjawab dengan
dipenuhi api kemarahan. Ajili mendengarkan saja, tak berani mengatakan
kenyataan pada istrinya. Malam itu, anaknya yang baru berusia 5 tahun
begitu rewel tak bersedia tidur, untuk pertama kalinya Ajili kehilangan
kesabaran dan menamparnya. Sang anak sambil menangis berkata :”Kau ayah
yang jahat, aku tak mau peduli kamu lagi. Aku tak ingin kau menjadi
ayahku”. Hati Ajili bagai terpukul keras mendengarnya, ia pun memeluk
erat-erat sang anak dan berkata : “Maaf, ayah tak akan memukulmu lagi.
Ayah yang salah, maafkan papa ya”.
Sampai sini, Ajili pun tiba-tiba menangis. Sang anak terkejut
dibuatnya, dan buru-buru berkata padanya untuk menenangkan ayahnya :
“Baiklah, kumaafkan. Guru TK ku bilang, anak yang baik adalah anak yang
mau memperbaiki kesalahannya. Malam itu, Ajili tak dapat terlelap,
merasa dirinya bagaikan terbakar dalam neraka. Dimatanya selalu
terbayang kejadian malam berhujan deras itu, dan bayangan sang wanita.
Ia sepertinya dapat mendengarkan jerit tangis wanita itu. Tak
henti-hentinya ia bertanya pada dirinya sendiri : “Aku ini sebenarnya
orang baik, atau orang jahat ?” Mendengar bunyi napas istrinya yang
teratur, ia pun kehilangan seluruh keberaniannya untuk berdiri. Hari
kedua, ia hampir tak tahan lagi rasanya. Istrinya mulai merasakan adanya
ketidakberesan pada dirinya, memberikan perhatian padanya dengan
menanyakan apakah ada masalah Dan ia mencari alasan tak enak badan untuk
meloloskan dirinya. Pagi hari di jam kerja, sang karyawan menyapanya
ramah : “Selamat pagi, manager !” Mendengar itu, wajahnya tiba-tiba
menjadi pucat pasi, dalam hati dipenuhi perasaan tak menentu dan rasa
malu. Ia merasa dirinya hampir menjadi gila saja rasanya.
Setelah berhari-hari memeriksa hati nuraninya, Ajili tak dapat lagi
terus diam saja, iapun menelepon Dr. Adely. Ia berusaha sekuat tenaga
menjaga suaranya supaya tetap tenang : “Aku ingin mengetahui keadaan
anak malang itu. Dr. Adely memberitahunya, keadaan sang anak sangat
parah. Dr. Adely menambahkan kalimat terakhirnya berkata :”Entah apa ia
dapat menunggu hari kemunculan ayah kandungnya. Kalimat terakhir ini
menyentuh hati Ajili yang paling dalam, suatu perasaan hangat sebagai
sang ayah mengalir keluar, bagaimanapun anak itu juga merupakan darah
dagingnya sendiri ! Ia pun membulatkan tekad untuk menolong Monika. Ia
telah melakukan kesalahan sekali, tak boleh kembali membiarkan dirinya
meneruskan kesalahan ini.
Malam hari itu juga, ia pun mengobarkan keberaniannya sendiri untuk
memberitahu sang istri tentang segala rahasianya. Terakhir ia berkata :
“Sangatlah mungkin bahwa aku adalah ayah Monika, Aku harus
menyelamatkannya Lina sangat terkejut, marah dan terluka, mendengar
semuanya, ia berteriak marah :”Kau PEMBOHONG !”
Malam itu juga iamembawa ketiga anak mereka, dan lari pulang ke rumah
ayah ibunya. Ketika ia memberitahu mereka tentang kisah Ajili,
kemarahan kedua suami-istri tersebut dengan segera mereda. Mereka adalah
dua orang tua yang penuh pengalaman hidup, mereka menasehatinya
:”Memang benar, kita patut marah terhadap segala tingkah laku Ajili di
masa lalu. Tapi pernahkah kamu memikirkan, ia dapat mengulurkan dirinya
untuk muncul, perlu berapa banyak keberanian besar.
Hal ini membuktikan bahwa hati nuraninya belum sepenuhnya terkubur.
Apakah kau mengharapkan seorang suami yang pernah melakukan kesalahan
tapi kini bersedia memperbaiki dirinya Ataukah seornag suami yang
selamanya menyimpan kebusukan ini didalamnya ?” Mendengar ini Lina
terpekur beberapa lama. Pagi-pagi di hari keuda, ia langsung kembali ke
sisi Ajili, menatap mata sang suami yang dipenuhi penderitaan, Lina
menetapkan hatinya berkata :”Ajili, pergilah menemui Dr. Adely ! Aku
akan menemanimu !”
3 Februari 2003, suami istri Ajili, menghubungi Dr. Adely. 8
Februari, pasangan tersebut tiba di RS Elisabeth, demi untuk pemeriksaan
DNA Ajili. Hasilnya Ajili benar-benar adalah ayah Monika. Ketika Martha
mengetahui bahwa orang hitam pemerkosanya itu pada akhirnya berani
memunculkan dirinya, ia pun tak dapat menahan air matanya. Sepuluh tahun
ini ia terus memendam dendam kesumat terhadap Ajili, namun saat ini ia
hanya dipenuhi perasaan terharu. Segalanya berlangsung dalam keheningan.
Demi untuk melindungi pasangan Ajili dan pasangan Martha, pihak RS
tidak mengungkapkan dengan jelas identitas mereka semua pada media, dan
juga tak bersedia mengungkapkan keadaan sebenarnya, mereka hanya
memberitahu media bahwa ayah kandung Monika telah ditemukan.
Berita ini mengejutkan seluruh pemerhati berita ini. Mereka
terus-menerus menelepon, menulis surat pada Dr. Adely, memohon untuk
dapat menyampaikan kemarahan mereka pada orang hitam ini, sekaligus
penghormatan mereka padanya. Mereka berpendapat :”Barangkali ia pernah
melakukan tindak pidana, namun saat ini ia seorang pahlawan !”
10 Februari, kedua pasangan Martha dan suami memohon untuk dapat
bertemu muka langsung dengan Ajili. Awalnya Ajili tak berani untuk
menemui mereka, namun pada permohonan ketiga Martha, iapun menyetujui
hal ini. 18 Februari, dalam ruang tertutup dan dirahasiakan di RS,
Martha bertemu langsung dengan Ajili.
Ajili baru saja memangkas rambutnya, saat ia melihat Martha, langkah
kakinya terasa sangatlah berat, raut wajahnya memucat. Martha dan
suaminya melangkah maju, dan mereka bersama-sama saling menjabat tangan
masing-masing, sesaat ketiga orang tersebut diam tanpa suara menahan
kepedihan, sebelum akhirnya air mata mereka bersama-sama mengalir.
Beberapa waktu kemudian, dengan suara serak Ajili berkata : “Maaf. .
.mohon maafkan aku !” Kalimat ini telah terpendam dalam hatiku selama 10
tahun. Hari ini akhirnya aku mendapat kesempatan untuk mengatakannya
langsung kepadamu. Martha menjawab :”Terima kasih kau dapat muncul.
Semoga Tuhan memberkati, sehingga sumsum tulang belakangmu dapat
menolong putriku”.
19 Februari, dokter melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang
Ajili. Untungnya, sumsum tulang belakangnya sangat cocok bagi Monika
Sang dokter berkata dengan antusias : “Ini suatu keajaiban !”
22 Februari 2003, sekian lama harapan masyarakat luas akhirnya
terkabulkan. Monika menerima sumsum tulang belakang Ajili, dan pada
akhirnya Monika telah melewati masa kritis. Satu minggu kemudian, Monika
boleh keluar RS dengan sehat walafiat. Martha dan suami memaafkan Ajili
sepenuhnya, dan secara khusus mengundang Ajili dan Dr. Adely datang ke
rumah mereka untuk merayakannya. Tapi hari itu Ajili tidak hadir, ia
memohon Dr. Adely membawa suratnya bagi mereka. Dalam suratnya ia
menyatakan penyesalan dan rasa malunya berkata :“Aku tak ingin kembali
mengganggu kehidupan tenang kalian. Aku berharap Monika berbahagia
selalu hidup dan tumbuh dewasa bersama kalian. Bila kalian menghadapi
kesulitan bagaimanapun, harap hubungi aku, aku akan berusaha sekuat
tenaga untuk membantu kalian”. Saat ini juga, aku sangat berterima kasih
pada Monika, dari dalam lubuk hatiku terdalam, dialah yang memberiku
kesempatan untuk menebus dosa. Dialah yang membuatku dapat memiliki
kehidupan yang benar-benar bahagia di separoh usiaku selanjutnya. Ini
adalah hadiah yang ia berikan padaku !
(Sumber)
--------------- DIBELI PERLENGKAPAN KOS BEKAS KAMU : Laptop / Komputer / TV / LCD / PS / Lemari / Kipas Angin / Buku / Kasur, DLL. HUB: 085229108283 / pinBB: 2A 4994 AD (JOGJA - Sekitarnya Kami Jemput) ---------------