"Karena Bu Risma" Fenomena Cabe-Cabean & Fakta-fakta Nyata yg Mencengangkan tentang Pornografi di Indonesia dan Akibatnya terhadap Otak Anak

Sudah lama teman-teman mendorong saya untuk membuat tulisan ini. Namun keinginan itu justru membuncah saat saya menyimak perjuangan Ibu Risma, Walikota Surabaya, dalam wawancara di Mata Najwa. Apa yang beliau sampaikan sejalan dengan fakta-fakta yang saya dan teman-teman temukan dalam pekerjaan kami. Sebuah kenyataan yang sangat menyesakkan dada yang sayangnya tak banyak orang tahu dan faham.
Karenanya dalam tulisan ini, Saya berusaha menjalin benang merah dari fakta-fakta lapangan dan bukti-bukti ilmiah untuk menyampaikan argumen yang runut, tepat, dan kuat dalam menyikapi pornografi.

Silakan simak tulisan ini hingga tuntas, semoga bisa menjaga Anda, keluarga, dan orang-orang di sekitar.

Saya baru memberanikan diri menulis catatan ini setelah bernadzar untuk membaca Al Quran terlebih dahulu. Semoga Alloh memberi lidah yang lurus agar tak ada kesalahpahaman, dan apa-apa yang saya sampaikan bermanfaat untuk semua.

Saya akan mulai tulisan ini dengan mengutip surat Al-Mu’minun 1 – 11 yang masyaAllah adalah surat yang saya baca tepat sebelum membuat tulisan ini. Surat ini sangat terkait dengan apa yang akan saya bahas.  Mestakung?

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.

Demikian terjemahan surat itu. Saya merasa Allah Menuntun saya secara pribadi untuk membaca surat tersebut, dan ditutup dengan kabar baik. Alloh Maha Tahu kalau saya lebih senang dinasihati dengan kebaikan daripada ditakut-takuti dengan ancaman api neraka.


Kisah Bu Risma tentang Nenek-nenek PSK yang Melayani Anak-anak SD Bukanlah Kasus Tunggal


Ekspresi  Sedih Tri Rismawati saat Bicara tentang Penutupan Lokalisasi
Mari kita mulai dari informasi mencengangkan yang disampaikan Bu Risma. Ya, seorang PSK berusia 60 tahun ternyata melayani pelanggan anak SD dan SMP dengan bayaran seribu dua ribu rupiah! Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Bila hati Anda merasa sedih mendengar berita ini, Alhamdulillah.

Sebetulnya, kasus seperti ini masih sangat banyak asalkan kita kuat mental untuk membaca dan menonton berita.

Kebanyakan orang meributkan sosok si nenek, tapi coba tengok si anak-anak itu.  Tidakkah kita berfikir, Oh, Adekku sayang, apa yang ada dipikiranmu sampai kamu ingin melakukan hal yang belum pantas untukmu?

Hasil Riset : Anak-anak 8-12 tahun ternyata sudah tahu SANGAT banyak tentang seks!


Saat ini saya bekerja di Yayasan Kita dan Buah Hati, singkatnya Yayasan ini didirikan dan dipimpin oleh pejuang yang bersama ASA (Aliansi Selamatkan Anak) Indonesia memerangi pornografi di Indonesia sampai berhasil membuat RUU Pornografi dan Pornoaksi disahkan oleh DPR RI pada 2009 silam. Ibu Elly Risman. Psikolog dan "Mahaguru"-nya para pakar parenting di Indonesia.

Pagi itu sambil menunggu jam masuk kantor, kami berdiskusi soal perilaku anak pra remaja (8-12 tahun). Kantor kami kuat dalam hal riset. Semua materi yang dibawa oleh trainer kami, selalu based on research. Diskusi kami saat itu berlandas pada hasil riset Divisi Anak dan Remaja (DIAR).

Saya terbengong-bengong ketika membaca hasil riset DIAR terhadap anak SD kelas 5 dan 6 yang menampilkan data kualitatif mengenai persepsi dan pertanyaan anak tentang “pubertas”, “pacaran”, dan “seks dan perilaku seksual”.

Bergidik bacanya. Ya Allah sayangku, kalian sudah tau sejauh ini kah? Bahkan ada beberapa istilah yang harus saya googling karena sebagai remaja usia 26 tahun saya gagal faham. Tak tegalah saya bagikan di sini. Yang menarik, hasil riset itu menunjukkan hasil yang berbeda signifikan antara persepsi anak pra remaja putra dan putri. Anak putra memiliki persepsi dan pertanyaan yang cenderung ‘liar’ daripada anak putri.


Mengapa pikiran anak lelaki lebih "liar" tentang seks, pubertas, dan pacaran?


Sebelumnya, saya sempat membaca bahwa senyawa kimia (neurotransmitter) yang mengatur perasaan intim jangka pendek (maaf, libido) sangat berbeda dengan hormon yang mengatur perasaan intim jangka panjang (menjalin hubungan, atau anak jaman sekarang menyebutnya pacaran).

Yang mengatur perasaan intim jangka pendek adalah dopamin yang menimbulkan sensasi senang dan puas. Sedangkan yang mengatur perasaan intim jangka panjang adalah oksitosin, senyawa kimia yang sama dikeluarkan oleh ibu yang menyusui sehingga anak bayi bisa nempel sama emaknya dan merasa nyaman (lebih untuk memperkuat hubungan batin).





Dopamin adalah neurotransmitter yang diatur oleh kelenjar dalam otak yang disebut pituitari. Pituitari aktif karena apa? Karena ada rangsangan dari hipotalamus. Hipotalamus ngapain ngaktifin pituitari? Dia punya informasi dan menyampaikan pada pituirari. Informasi dapat dari mana? Dari APA YANG KITA LIHAT.

Ketika pituitari aktif, ia akan memerintahkan testis untuk menghasilkan testosteron. Testosteron ini yang menciptakan dorongan melakukan aktifitas seksual. Testosteron ini yang mengatur pituitari menghasilkan dopamin, sehingga ketika dorongan aktifitas seksualnya terpenuhi, dopamin ini akan dilepaskan dan menciptakan perasaan senang dan puas.

Ovarium juga menghasilkan testosteron tapi dalam jumlah yang jauh lebih sedikit daripada testis dan itupun langsung dikonversi menjadi estrogen untuk mematangkan sel telur. Yang punya testis siapa? Anak putra kan? Jadi yang jumlah testosteronnya lebih banyak siapa? Anak PUTRA! Wajar ketika ada anak putri yang nanya, “kak, kenapa sih anak cowo suka ngeres?

Maka menjadi sangat wajar ketika di usia yang sama, dengan paparan lingkungan yang sama, anak PUTRA menjadi jauh lebih sexually active daripada anak putri. Oleh karenanya pertanyaan putra mengenai seks dan seksualitas sangat liar dan jumlahnya mencapai 138 pertanyaan berbeda dari 50 responden. Sedangkan pertanyaan putri masih sangat selugu usianya dan lebih banyak mengenai “kapan sih pacaran dibolehkan?” atau “menstruasi itu apa?” dengan jumlah pertanyaan berkisar 30 jenis dari 50 responden.

Pacaran di mata anak laki-laki


Oh, ada data lucu, dari hasil riset mengenai pacaran, ga satu persenpun anak laki bilang mereka pacaran. Sedangkan di hasil putri 4% mereka bilang sedang pacaran. Jadi, jangan-jangan bocah-bocah tengik berkromosom XY itu ga ngakuin pacarnya :)) ..kasian deh adek-adek cewe, kalian ga diakuuuuu.. sayaaaaaanggggg

Ada lagi soal persepsi anak putra dan putri tentang aktivitas pacaran. Jawaban anak putra pada umumnya adalah “pegangan tangan, ciuman, pelukan, dan satulagi adalah kata yang ga bisa saya tuliskan”, anak putri tidak ada satupun yang menjawab demikian! Jawaban mereka adalah “pacaran itu perasaan saling menyayangi antara laki-laki dan perempuan; atau hubungan untuk sampai pada pernikahan”. Ngenes ga loe?

Bahkan kakak-kakak DIAR pernah menemukan gambar : anak kecil pacaran, dikepala masing-masing ada baloon, baloon di kepala anak perempuan gambarnya ‘love-hati’, sedangkan baloon di kepala anak lelaki gambarnya apa? gambar ‘love-hati’ juga, tapi dibalik. OK, itu gambar apa? udah gede lah yaa.. so? terbuktikan soal mekanisme kerja hormon? Jadi bilang sama adek-adek perempuan kita tersayang, “honey, jangan mau deh ditipu-tipu ama kata pacaran”



Kembali ke cerita Ibu Risma, anak-anak yang menjadi pelanggan PSK adalah juga anak-anak yang telah terpapar lingkungan lokalisasi. Artinya, stimulasi anak-anak itu terhadap aktifitas seksual sudah tidak dapat difilter. Mereka sangat sexually active. Bayangkan, dalam kondisi demikian, sedangkan teman sebaya mereka (anak putri) masih belum kepikiran yang begitu-begituan, mau lari kemana anak-anak putra kita tersebut? Ya! Lokalisasi jawabannya.

Pornografi : Sekali tombol "ON" dinyalakan, kita tidak bisa mematikannya. 


Hey kalian para wanita yang kelak akan memiliki anak laki-laki, atau kalian yang punya adik laki-laki, dan kalian para lelaki yang akan menjadi penanggung jawab anggota keluarga kalian, berhati-hatilah.. jagalah mereka. Kenapa? Paparan itu halus. Kasus dari ibu Risma adalah paparan ekstrim. Tapi taukah bahwa paparan itu juga bisa sedikit-sedikit disisipi dari hal yang sama sekali tidak kita anggap ‘keterlaluan’?

Iklan handuk, iklan pakaian dalam, iklan sabun, iklan parfum, ah iklan apapun yang menunjukkan keindahan tubuh wanita, itu adalah tombol ON untuk memasukkan konten ‘kotor’ selanjutnya secara bertahap dan bertingkat. Pelaku industri pornografi tau betul hal ini. Riset mereka jauh lebih canggih dari yang kita bayangkan. Randy Hyde, seorang psikolog terapis pornografi sekaligus kolega pakar neurosains Donald Hilton mengatakan bahwa sekali tombol ON itu menyala, kita tidak bisa mematikannya. Kita hanya bisa mengerem dengan susah payah

Konten ‘kotor’ itu masuk secara bertahap dan samar sekali. Bermula dari legal content seperti iklan, majalah remaja yang menampilkan pakaian kurang bahan, apapun lah yang diijinkan pemerintah kita, yang kita sendiri pun menganggap hal itu lumrah. Kemudian meningkat menjadi soft porn seperti majalah pria dewasa. Kemudian meningkat lagi ke komik dan film hollywood yang punya adegan lalalalanya. Kemudian meningkat lagi ke games tembak-tembakan yang kalo menang dapet hadiah cewe yang boleh diapa-apain (ini yang mengakibatkan munculnya istilah ‘cabe-cabean’, ajib yaa.. bermula dari games!). Dan selanjutnya ke atas sampe muncullah berita-berita kasus perkosaan dan pembunuhan.

Apa yang terjadi pada anak yang terpapar? Respon awalnya adalah jijik dan malu sendiri. Seperti saat melihat orang berpakaian renang. Lantas, bagaimana bisa terekskalasi?. Nah, sebelum saya menjelaskannya mari kita tengok isi kepala kita : OTAK

Teman-teman,
Jordan Grafman, PhD, peneliti Neuroscience dari University of Wisconsin-Madison bilang, pada otak manusia, ada bagian yang didesain khusus oleh Tuhan untuk membedakan manusia dari spesies lain, sebagai spesies paling sempurna, yaitu memiliki kemampuan untuk memilih dan memiliki adab atau nilai-nilai fitrah (kebenaran). Artinya apa? ANAK ITU TIDAK DILAHIRKAN "POLOS", TAPI SUDAH DIBEKALI NILAI-NILAI KEBAIKAN OLEH PENCIPTANYA.

Di bagian mana? Tuh, dijidat kanan atas alis loe. Pegang tuh, itu namanya Pre Frontal Cortex. Dia direkturnya otak kita. Dia adalah ‘manusia’nya otak kita. Dia adalah bos bijaksana yang bikin loe jadi manusia, karena hewan ga bisa memegang teguh moral dan nilai, karena hewan ga bisa loe tuntut untuk bertanggung jawab apalagi untuk perencanaan masa depan, ga bisa ngatur emosi untuk nunda kepuasan, ga bisa ngontrol diri, ga bisa menerima konsekuensi, dan ga bisa mengambil keputusan berdasarkan logika. Itu kan yang membedakan manusia dari spesies apapun di muka bumi ini? Dan yang saya sebut diatas, adalah fungsi dari PFC sang Direktur.



Kabar buruknya, bagian itu matengnya baru di usia 25 tahun. Gue mendadak inget kalimatnya Uncle Ben di Spiderman 1 pas nyindir Peter yang bandel di usianya yang 25, “Peter, these are the years when a man changes into the man he’s going to be for the rest of his life. Just be careful who you change into.”. (OOT, pelem luar negri emang kuat banget risetnya yak). OLEH KARENA ITU JUGA, wahai orang dewasa, sabar sama anak-anak.. otaknya belum bersambungan.. berhenti memarahi anak-anak dan berlaku kasar terhadap mereka, anaknya salah ya orangtuanya yang kudu bener ngasuhnya. Nah, kabar baiknya, apabila pola asuh keluarga baik, fungsi direkturpun bisa matang lebih cepat!

Paparan pornografi dan nilai-nilai buruk bisa membunuh "direktur" sangat perlahan. Ini dikatakan oleh Dr. Donald Hilton Jr, Psikoterapis dan Ahli Neurosurgical dari University of Texas. Beliau sahabat Ibu Elly dan pernah diundang YKBH dalam seminar bersama Kemenkes untuk menjelaskan bahwa hasil tes MRI orang yang mengalami adiksi pornografi sama persis dengan kerusakan otak orang yang kecelakaan naik mobil ferrari dengan kecepatan sangat tinggi. Jika narkoba merusak otak di 3 bagian, obesitas merusak otak di 2 bagian, maka pornografi merusak otak di LIMA bagian.

Bagaimana mekanismenya? Saya coba ceritakan ya.. sewaktu mata kita melihat gambar berunsur porno, mata kita segera menerjemahkan gambar sebagai sinyal listrik dan mengirimnya langsung dari mata ke otak belakang. Informasi ini dibawa ke bagian yang disebut sistem limbik. Sistem limbik ini bertugas mengolah data, memilah penting apa tidak. Sistem limbik ini akan menganggap penting informasi yang terkait emosi.

Coba jawab dengan jujur. Sewaktu pertama kali melihat hal-hal yang mengandung pornografi,  Anda merasa kaget kan? jijik? atau malu?  Nah, otak kita mengganggap informasi itu penting karena bernilai emosi. Informasi itu disimpan dalam otak kita.

Sekali, dua kali, kita masih merasa jijik. Untuk menyeimbangkan emosi negatif tersebut, otak kita melepaskan dopamin sehingga kita merasa lebih baik. Tapi dengan kontrol diri yang baik, kita bisa terus merasa jijik, berterimaksihlah kepada orangtua kita yang membekali dengan nilai-nilai kebaikan.

Tapi bila tidak, kita akan semakin terbiasa melihat gambar yang level erotiknya sama. Kenapa? Karena selain memberi efek tenang, dopamin bersifat candu sehingga membuat ketagihan. Sama dengan narkoba.

Tapi, kasusnya akan sangat berbeda untuk anak-anak khusus. Siapa mereka? Anak yang mentalnya BLASTed, istilah ini diperkenalkan oleh Mark B. Kastleman. Siapa anak-anak blasted itu? Anak-anak yang hidupnya merasa Boring, Lonely, Afraid dan Anxient, Stress, dan Tired. Anak-anak yang bosan karena tiap pulang ke rumah cuma ditanya PR sama Les. "Nanya yang laen kek.." mungkin itu yang ada di benak mereka.

Lalu anak-anak yang emak bapaknya sibuk sendiri, meeting lah.. me time lah. Anak-anak yang kalau punya masalah tidak tahu harus ngobrol sama siapa karena tidak merasa dekat dengan orangtuanya. Kumpul sama teman, sama saja "BLASTed"nya. Masih ditambah lagi tuntutan orangtua dan guru untuk berprestasi.  Mereka anak-anak yang sudah dipaksa belajar baca tulis hitung sejak balita, padahal otak anak baru siap mempelajarinya di usia 7 tahun!


Fenomena "Cabe-cabean", bukan hanya tren golongan menengah bawah


Baru-baru ini marak fenomena cabe-cabean. Sudah pernah dengar? Fenomena ini sebetulnya tidak mengejutkan karena sudah ada sejak bertahun tahun yang lalu. Bu Elly Risman pernah bercerita, 7 tahun lalu ada satu sekolah ‘bagus’ yang berlokasi di daerah sekitar Bintaro yang dimana 40 siswanya mengadakan Fight Tournament di Blok M.

Dari 40 siswa tersebut, diperoleh 14-15 anak geng motor. Dimana ternyata anak-anak tersebut adalah anak-anak terpintar di sekolahnya. Maka, ketika fenomena cabe-cabean ini muncul, sudah sangat jelas terbaca apa penyebab fenomena ini ada. Menariknya, fenomena yang tertangkap media bahwa cabe-cabean ini adalah gaya hidup anak SMP kelas bawah. Tapi jangan salah, banyak juga anak-anak cabe ini yang berasal dari kalangan menengah atas. Sekolah yang tadi dijadikan contoh adalah salahsatu sekolah anak orang kaya.

Singkat cerita, 14 anak tadi dibujuk dan dikumpulkan, diajak ngobrol. Salahsatu dari 14 anak tersebut menyatakan bahwa dulu ayahnya juga sama seperti dirinya. Jadi ketika ia mengatakan pada ayahnya bahwa ia dan teman-teman sedang mengadakan Turnamen Bertarung, ayahnya justru bertanya apa yang bisa ia bantu. Bahkan anak-anak ini merencanakan Turnamen ini dengan sangat professional. Dan yang paling memprihatinkan adalah hadiah bagi sang juara. Siapa yang menang akan mendapatkan hadiah ‘perempuan’.

Dua minggu kemudian orangtua dari ke-14 anak tersebut diundang untuk mengikuti pelatihan Komunikasi Pengasuhan Anak oleh Buah Hati. Sayang seribu sayang, orangtua yang hadir hanya dua orang. Hal ini mencerminkan bahwa penilaian orangtua terhadap anaknya sangat rendah. Dia tidak merasa kasus anaknya ini lebih penting dari urusan lainnya.

Fenomena cabe-cabean ini hanyalah fenomena yang berulang.

Dua bulan setelah anak-anak itu dikumpulkan, diadakan kembali pertemuan untuk membahas permasalahan yang terjadi pada mereka dan membicarakan masa depan mereka. Apa yang membuat mereka punya ide dan mengadakan Turnamen ‘Adu Jotos’. Menarik, karena “STRES”. Mereka mengatakan bahwa mereka lelah dengan kegiatan yang melulu akademik. Les. Sekolah. Mereka mengatakan, satu-satunya tujuan mengadakan Turnamen tersebut adalah “agar hidup lebih berwarna”.

Dopamin itu sekali lagi, dosisnya kalo udah dikeluarin, bersifat seperti narkoba..membuat ketagihan dan selalu minta untuk "nambah lagi". Misalnya? saat kita sengaja atau tidak sengaja melihat konten porno yang lebih ‘wakwaw’, dopamin yang dikeluarkan makin banyak. Gambaran sederhananya seperti celoteh para traveller “jangan ke Raja Ampat kalo loe belum kelarin Bunaken, KarJaw, dan Lombok. Ntar semuanya jadi hambar”.

Apa hubungannya dengan fungsi "direktur" pada otak yang mati pelan pelan? Cobakalau terjadi kebanjiran  liat gambar pathway dopamin si bawah. Dopamin mengarah ke Pre Frontal Cortex, ke rumah direktur. Dopamin yang terlalu banyak akan membanjiri pre frontal cortex, ibarat rumah yang kebanjiran, aktifitas dalam PFC terganggu. Lama kelamaan PFC mengalami disfungsi sehingga fungsi 'kemanusiaan'nya akhirnya lumpuh dan mati.


Tapi disaat genting seperti itu, testosteron tetep dilepaskan. Testosteron menyebar ke seluruh badan. Apa akibatnya? wajar kalau dalam hasil riset ada anak putra yang nanya, “kak, kenapa kalo ga sengaja liat yang porno jadi terangsang?”. Sampe sini? tidak, arus ini masih berlanjut.

Anak yang BLASTed cenderung mencari hiburan. Pornografi itu hiburan, karena dopamin yang dihasilkan memberi efek senang. Menurut loe, anak-anak yang ditemui ibu Risma itu anak BLASTed bukan? Iya, mereka BLASTed. Ketika mereka terpapar, eskalasinya jelas dan jauh lebih cepat karena akses ke level tertinggi (PSK) sangat dekat.

Nah sekarang saya mau jelasin eskalasinya. Kita kunci dulu pemahaman bahwa dopamin itu memberi efek senang tapi nagih. Di saat bersamaan testosteron tetap dihasilkan tanpa peduli rumah Direktur kebanjiran atau tidak.

Analogikan saan kamu lagi bete dan hauuuuus banget, ada tukang es krim lewat. Kamu suka banget Conello Sweetheart Browniesnya Walls. Saat dimakan, bagaimana rasanya? Uh seneng banget kan.Saat bete kita untuk sementara hilang, berarti dopamin sedang dihasilkan. Kitapun merasa senang dan puas. Berbekal pengalaman itu, lain kali saat kamu bete dan punya uan , kamu akan kembali mencari es krim .Tapi sekarang ada Pisseta. Milih Walls apa Pisetta? Pisseta lah.. lebih enak. Makan lagi, seneng lagi, betenya ilang lagi, Puas. Dopamin keluar lebih banyak. Besok kalau bete lagi pasti pengen makan es krim lagi dong. Kalo punya uang, ada Baskin Robins ama Pisseta, milih Baskin dong. Makan lagi, seneng lagi, betenya ilang lagi, Puas. Dopamin keluar makin banyak lagi. Walls? Udah lupa tuh, kecuali kalo duitnya cuma cukup buat beli Walls. Eh besokannya bete lagi. Ada Haagendaasz. WHOAAAA HAAGENDAAAASZ. Baskin? Udah ga level lah.

Pornografi? Persis sama. Karena yang bekerja sama-sama dopamin. Senyawa kimianya sama. Mahasiswa biologi pasti faham bahwa apabila sudah di level molekuler, apapun itu jadi tidak ada bedanyaa, baik hewan, manusia, maupun tumbuhan.

Anak yang sudah pernah terpapar oleh komik porno, atau adegan yang beberapa detik di Twilight misalnya, berarti tombol ON pathway porno di otaknya sudah menyala. Seperti dikatakan Randy Hyde ini tidak bisa dimatikan, hanya bisa direm. Apabila tidak direm, yang terjadi akan mirip seperti ilustrasi es krim tadi.

Kasus Video SMP 4 dan kasus-kasus seksual di bawah umur : Buah ketidaksadaran tentang adanya  adiksi pornografi


Ada seorang pasien  JoAnn Hamilton (Psikolog terapis adiksi pornografi di Amerika, kolega bu Elly Risman) yang pertama kali terpapar gara-gara membuka buku katalog pakaian dalam wanita punya ibunya saat berusia 13 tahun. Karena penasaran, meningkat jadi majalah porno. Internet muncul, berselancarlah dia di dunia maya : Internet Pornography. Sampe sekarang usianya 31 tahun, sedang berjuang melawan adiksi pornografi.

Beruntung dia sadar bahwa dirinya kecanduan. Sementara Anak-anak itu? Bahkan dia belum mengerti dirinya sendiri.

Mari tengok kasus video SMP 4 yang ramai dibicarakan tahun lalu. Hei, itu anak suka sama suka. Apa mereka anak-anak bodoh? ENGGAK! Anak itu langganan piala Juara Fisika. Kecerdasan ada di cortex, bukan prefrontal cortex, jadi itu adalah dua bagian otak yang berbeda. Cortex si anak baik, tapi PFCnya rusak. bahkan yang merekam anak OSIS dan ROHIS!

Ngapain sih, sayang? Eskalasi terjadi sedikit demi sedikit. Awalnya jijik, kaget, lalu penasaran. Karena sering melihat, mereka jadi terbiasa dengan adegan seks di film film. Anak-anak SMP 4 ini sudah pada level "Acting out", memerankan. Apa yang diperankan? komik yang mereka baca. Tak sudi saya menyebutnya di sini. Lama kelamaan muncullah kasus ini

Semua pelaku perkosaan keji mengakui kalau mereka sering menonton porno. Kasus-kasus tersebut banyak melibatkan anak, baik sebagai korban maupun sebagai pelaku. Sebut saja kasus tukang parkir di Pulogadung yang incest dengan anaknya sendiri. Atau kasus di Tasikmalaya, seorang anak belasan tahun "memperkosa" ratusan ayam dan belasan domba. Mungkin kita akan bertanya-tanya, "Otaknya dimanaa?" Jawabnya, Rusak, Bu!



Mereka semua manusia, tapi sudah tak bisa dibedakan dengan binatang karena fungsi pengambilan keputusan dalam otaknya, atau sang "direktur", sudah mati. Mari kita cek, apa betul Pre Frontal Cortex (PFC)nya rusak?

(1) memegang teguh moral dan nilai — TIDAK
(2) mampu membuat perencanaan masa depan — TIDAK, boro-boro. Kalau dia merencanakan masa depan dengan baik, dia tidak akan menjual hari ini dengan kelakuan-kelakuan murahan.
(3) bisa mengatur emosi untuk nunda kepuasan –TIDAK. Kalau bisa menunda kepuasan, tidak mungkin tiba tiba ingin memperkosa saat melihat anak pulang sekolah. Bahkan ada kasus di Palembang, 8 anak main ‘gituan’ di BAWAH PANGGUNG ORANG NIKAHAN;
(4, 5, dan 6) bisa mengontrol diri, menerima konsekuensi, dan bisa mengambil keputusan berdasarkan logika –Pasti kamu sudah tahu jawabannya. Saat dopamin, testosteron, dan vasopressin sudah dilepas bersamaan   LOE-GA-BISA-KENDALIIN-LOGIKA-LOE-LAGI. That’s it. Dalam keadaan seperti apa hal ini terjadi? Saat dorongan melakukan aktifitas seksual sudah sangat tinggi.

Sungguh pesan Allah adalah tanda betapa Dia Sangat Menyayangi kita :

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (Qs. An- Nuur (24): 30)
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.” (Qs. An- Nuur (24): 31)

Saya tahu, membaca semua fakta ini menimbulkan luka. Saya sendiri yang menulispun merasa sakit hati. Tapi kita tidak boleh diam. Kita harus bergerak. Kita harus melakukan sesuatu. Menyampaikan kebenaran. Semoga cara saya menyampaikan ini tidak membuat siapapun sakit hati

Kepada muslimah, inilah pendapat saya. Saya bukan ahli tafsir, saya hanya menangkap mengapa Allah memerintahkan kita menutup aurat kita, bukan semata-mata supaya kita lebih mudah untuk dikenal dan tidak diganggu laki-laki yang jahat. Allah memang mengatakan itu di Al Ahzab : 59, tapi dengan memahami sistem kerja otak kita, hormon dalam tubuh kita, perintah Allah itu menjadi sangat masuk akal. Saudara kita yang Muslim juga punya hak untuk menjaga pandangannya, karena dia tidak bisa mengatur sekresi hormon dalam otak dan tubuhnya. Yang bisa mereka lakukan adalah menjaga pandangannya agar mereka mampu memelihara kemaluannya. Apalagi testosteron yang ada dalam tubuh mereka jauh jauh jauh lebih banyak dari yang kita miliki.

Para kakak, para orang dewasa, maukah kita berjanji untuk melindungi adik-adik kita, anak-anak masa depan bangsa? Mendukung mereka untuk menjadi yang terbaik dari diri mereka sendiri.

Orang bijak bilang, “Jangan kamu tarik anakmu dari dunia bermain terlalu cepat karena kau akan mendapatkan orang dewasa yang jiwanya kekanak-kanakan”.

Mengenalkan gadget terlalu dini dan tanpa kesepakatan bersama antara orangtua dan anak dalam memberikan gadget juga merupakan isu krusial. Hanya dengan satu buku jarinya, kita mengantar mereka yang kita sayangi berselancar ke dunia tanpa batas. Dimana didalamnya 4200 situs porno diunggah oleh pebisnis pornografi tiap minggunya. Belum lagi film kartun yang mengandung konten porno seperti spongebob, dan konten acara TV kabel yang banyak menayangkan adegan orang dewasa.

Anak pada saat usia SMP, menunjukkan perubahan seksual sekunder yang nyata pada fisiknya. Ini artinya, hipotalamus telah mengomando kelenjar pituitary untuk mekanisme pelepasan testosterone ke dalam darah. Mekanisme ini secara alami terjadi pada anak sebagai perkembangan seksualitasnya. Namun, stimulus dari luar (baca : video porno dan games dengan konten porno) akan mempercepat releasenya testosteron tadi. Sehingga anak tidak perlu lagi mimpi basah untuk ejakulasi. Mereka telah sexually active dan ironisnya kebanyakan orangtua tidak tahu kapan pertama kali anak laki-lakinya ejakulasi. Bahkan orangtua belum menyiapkan anak untuk menghadapi masa ‘mimpi basah’ untuk pertama kali. Orangtua masih saja terus berfokus pada PR-dan-les. Bagaimana mungkin orangtua tiba-tiba akan membicarakan konten “Pornografi” pada anak?

Intrik Jejaring Pebisnis Pornografi


Mark B Kastleman dalam bukunya “The Drugs of Millennium Era” membahas pertanyaan-pertanyaan ini : Siapa sih pebisnis pornografi itu? Apa yang mereka mau? Siapa target mereka?

Mari kita ambil contoh Majalah Pria Dewasa, tentu mereka mau meraup banyak uang. Targetnya? Pria dewasa eksekutif muda. NON SENSE. Games GTA meraup keuntungan 3 Juta USD setelah dilaunching hanya selama 3 HARI. Siapa yang main? Kan itu mature games, ya yang udah 17+ lah. NOPE. Itu mainan favorit murid-murid saya SEJAK MEREKA SD. Tanya keponakan kamu deh kalau ngga percaya. Itu game favorit anak-anak.

Yang disasar pebisnis pornografi itu adik-adik laki kita, yang belum baligh, yang umurnya baru 8 – 10 tahun.

Kenapa? Kenapa anak? Karena neuron di otaknya belum bersambungan. Masa ini adalah masa kritis dimana otak mereka sedang membuat sambungan-sambungan informasi. Dan sudahlah, seluruh dunia tau kalo ngobrolin soal seksualitas pada anak adalah HAL YANG SANGAT TABU. Sehingga orangtua tidak menyiapkan anaknya mengalami masa baligh.

Kenapa anak lelaki? Karena ketika sambungan yang diciptakan pebisnis pornografi itu udah terbentuk dalam otak anak kita, ketika baligh, ketika testosteronnya melejit di masa-masa awal dan mereka tidak mengerti apa yang terjadi karena orangtuanya tidak mengajarkan, BAM! Konten soft porn dan hard porn disebarkan.

Apa yang mereka inginkan?

Mereka menginginkan terciptanya “perpustakaan porno” dalam kepala anak laki-laki kita, yang bisa diakses kapan saja dan dimana saja, sehingga mereka akan terus mencari konten porno dari manapun untuk menambah koleksi perpustakaannya. Sifat dopamin yang membuat kecanduan berarti hujan uang untuk pebisnis pornografi.

Segitu ? Belum.. mereka tau PFC rusak jika terus-terusan kebanjiran dopamin saat anak-anak koleksi informasi untuk perpustakaannya. Maka, mereka benar-benar menginginkan PFC, sang Direktur, mati. Rusak. Supaya apa? Inget pertanyaan dari hasil riset saat anak bertanya kenapa bisa terangsang saat menonton pornografi? Pebisnis ini menargetkan anak mengalami ejakulasi hingga 33-36 kali, karena setelah itu mereka akan menjadi pelanggan seumur hidup –>Tidak perlu susah payah create market lagi. Minimalisir cost marketing.

Yang menyedihkan, matinya "sang Direktur" ini bahkan bisa membuat anak kehilangan atau kebingungan orientasi seksualnya. Maka muncul generasi LGBT. Lesbian. Gay. Biseksual. Transgender (kecuali yang sindrom Klinefelter). Silakan diperiksa, pasti mereka merasakan “penyimpangan seksual” ini sejak kecil walau tidak bisa menjelaskan umurnya

Apa yang terjadi selanjutnya? Anak akan menjadi FUTURE MARKET. Untuk apa? Bisnis PELACURAN. Mereka sudah punya demand yang dipupuk sejak anak masih kecil, masih belum baligh.

Sampai disini sudah? BELUM. Demand pasti butuh supply. Maka, tercipta satu unit bisnis lagi : WOMEN TRAFFICKING.

Lah, bisnis pelacuran kan dari jaman nabi juga udah ada. Coba baca lagi deh, memangnya pebisnis jaman hong itu ngga pake trik yang sama? Yang berbeda cuman medianya. Jaman dulu tidak ada internet. Produknya sih sama saja. Lihat saja kota Soddom, patung-patungnya semua porno. SAMA

Subhanallah.. ampuni hamba yang masih belum berbuat apa apa :(

Maka, ketika bu Risma menangis dan tidak sanggup berkata kata  soal pengalamannya mengajar anak yang sekolahnya dekat lokalisasi, saya mengerti. Dan saya jadi ingin berteriak, "HOI KOH AHOK!!! NGERTI GA?". Ya, saya kesal dengan keinginan beliau membuat lokalisasi.

Ah, sudah.. saya sakit menulis fakta ini.



Apa yang bisa kita lakukan?


Dekatlah pada keluarga. Allah Berkata,


“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6) 


Kita yang terlebih dahulu sadar, kitalah yang lebih dulu  punya tanggungjawab soal ini. Jangan sampai adik-adik kita, anak-anak kita menemukan orang yang salah ketika mereka merasa BLASTed. Jadilah orangtua psikologis mereka.

Banyak cari ilmu buat bikin kita PEDE ngobrol soal seksualitas ke anak-anak dan adik-adik kita. Sungguh tidak mudah untuk membicarakan hal ini. Di tempat saya bekerja ada workshop dan pelatihan untuk mengajarkan anak mengenal bermacam sentuhan, supaya anak punya sikap asertif terhadap perlakuan orang lain. Banyak kasus anak-anak korban pencabulan dan perkosaan dimulai dari ketidaktahuan anak tentang bagaimana caranya nolak ajakan orang lain dan bagaimana caranya untuk mengetahui seseorang punya nafsu busuk terhadap dirinya

Bagi Anda yang berhubungan dengan anak dan remaja, entah itu sebagai orangtua, guru, kakak, om, tante, obrolin bahaya pornografi pada mereka. Ajari caranya membatasi diri dari konten-konten seperti itu. Dukung mereka untuk fokus pada hal-hal yang berkaitan dengan masa depan dan passion mereka. Buat mereka sibuk mempersiapkan diri menjadi Their Best in The Future.

Satu lagi, yayasan tempat saya bekerja sedang menggodok gerakan untuk membuat konten alternatif untuk mengisi kekosongan dalam jiwa anak yang kita semua tidak bisa mengharapkan orangtuanya bisa melindungi mereka.

Kita sudah tidak  bisa menggunakan cara-cara lama dengan slogan ANTI-pornografi. Kita berusaha menawarkan KONTEN BAIK. PERANG VALUE. Kalau berminat untuk bergabung dalam merumuskan gerakan ini, AYO! Kami senang sekali. Kontak saja saya kalau ingin berjuang bersama.

Kita buat produk yang disukai anak-anak, sampe akhirnya nilai-nilai yang kita bawa jadi LIFE STYLE mereka. Harapannya, kita nantinya tak lagi perlu perang  head to head dengan pebisnis pornografi, karena dengan apa yang kita punya sekarang, rasanya tidak mungkin mungkin menang.

Tapi kita bisa menciptakan anak berkarakter tangguh yang IMUN (bukan steril) terhadap konten ‘kotor’ semacam itu dan berlalu sambil berkata, “hah? liat kayak gituan? Maaf ya jamannya udah lewat. Kuno. Itu ga gue banget”. KITA MENCIPTAKAN GENERASI IMUN yang berkarakter tangguh, demi siapa? Demi mereka dan generasi yang akan kita tinggalkan.

Sebagai penutup, saya kutipkan satu surat cintaNya :

Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar. (An-Nisa : 9)

YUK BERGERAK!

Walhamdulillahirabbilalamin

Miftahul ‘pipichan’ Hidayah

Alumni Biologi ITB angkatan 2004
Kita & Buah Hati Foundation
Jalan Gudang Peluru Barat Blok V No. 526, Kebon Baru, Jakarta Selatan 12830
Tlp/Fax: 837 90 765 / 8370-5335

Tulisan asli penulis di sini. Disunting oleh tim mprID