Seringkali kita dihadapkan pada rasa tidak percaya diri yang
membuat kita melupakan potensi diri kita sendiri. Untuk situasi ini,
ternyata ada solusi sederhana.
"Memotivasi diri sendiri sebenarnya tidak begitu sulit," begitu kata
motivator Anthony D. Carter. Malah, katanya, ada cara-cara sederhana
untuk melakukannya diantaranya adalah Membaca, Mendengar dan Melihat/Menonton Success Stories. Kisah-kisah sukses bisa memberikan dorongan besar pada kita untuk
melangkah maju. Kisah-kisah sukses yang heroik mengisahkan tokoh-tokoh
yang membalikkan ketidakmungkinan menjadi kenyataan memiliki daya
inspirasi yang kuat. Apalagi jika latar belakangan si tokoh hampir mirip
dengan keadaan kita saat ini.
Beberapa kisah-kisah sukses tersebut sudah ada yang dikemas dalam bentuk film sebagai media hiburan yang menginspirasi, dan diantara film-film tersebut yang menurut saya sangat menginspirasi dan menjadi favorit karena layak ditonton berulang-ulang adalah
1. THE BLIND SIDE
Sinopsis :
Menonton film The Blind Side yang dibintangi Sandra Bullock, seperti menonton film drama Hollywood yang penuh liku-liku dan diakhiri sebuah akhir. Namun kisah ini bukan karangan Hollywood, melainkan sebuah kisah nyata yang terjadi baru-baru ini.
Menonton film The Blind Side yang dibintangi Sandra Bullock, seperti menonton film drama Hollywood yang penuh liku-liku dan diakhiri sebuah akhir. Namun kisah ini bukan karangan Hollywood, melainkan sebuah kisah nyata yang terjadi baru-baru ini.
Kisah ini dimulai dengan Michael Oher, seorang remaja keturunan Afrika Amerika, yang diambil dari pengasuhan ibunya waktu kecil karena ibunya seorang pecandu narkoba. Tidak berprestasi di sekolah, Michael berprestasi di bidang olah raga, dan memiliki nilai yang tinggi dalam offensive. Singkat cerita, seseorang yang sementara menampungnya, mendaftarkan Michael pada sebuah sekolah swasta. Pada saat itulah nasib mempertemukannya dengan keluarga Anne-Leanne Tuohy, seorang perempuan berkulit putih, yang juga menyekolahkan anak-anaknya di sana.
Keluarga Leanne Tuohy menerima Michael sebagai anggota keluarga mereka. Setelah pindah ke rumah Leanne, prestasi Michael mulai seimbang di bidang akademis maupun di bidang olah raga karena bantuan seorang tutor yang disediakan Leanne. Menjelang tamat SMA, tawaran beasiswanya dari berbagai universitas mulai berdatangan karena kehandalannya sebagai posisi offensive tackle dalam tim football sekolahnya.
Sandra Bullock yang memerankan Leanne Tuohy yang murah hati, tidak mengetahui kisah Michael Oher sebelum menerima tawaran main dalam film The Blind Side. Baru kemudian dia membaca bukunya yang terbit tahun 2006 dan cuplikannya dimuat dalam surat kabar The New York Times.
Kepada the Today Show di NBC, Sandra mengatakan ia tadinya pesimis dapat mengkontribusikan sesuatu yang berarti dalam film ini, karena ia sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang olah raga football. Ternyata, ia banyak belajar tentang football ketika membaca bukunya dan juga belajar soal rasa sosial, karena memerankan seorang dermawan yang memberi tanpa batas.
Film ini kaya dengan penggambaran realitas sosial di Amerika Serikat, di mana ras masih kerap menjadi pengganjal dan pemisah antarwarga. Walaupun pujian menghujani film ini untuk pengangkatannya mengenai isu rasial, namun tak pelak, muncul berbagai komentar yang mengkritik penggambaran tokoh berkulit putih sebagai pahlawan bagi rekannya yang berkulit hitam.
Keluarga Leanne Tuohy menerima Michael sebagai anggota keluarga mereka. Setelah pindah ke rumah Leanne, prestasi Michael mulai seimbang di bidang akademis maupun di bidang olah raga karena bantuan seorang tutor yang disediakan Leanne. Menjelang tamat SMA, tawaran beasiswanya dari berbagai universitas mulai berdatangan karena kehandalannya sebagai posisi offensive tackle dalam tim football sekolahnya.
Sandra Bullock yang memerankan Leanne Tuohy yang murah hati, tidak mengetahui kisah Michael Oher sebelum menerima tawaran main dalam film The Blind Side. Baru kemudian dia membaca bukunya yang terbit tahun 2006 dan cuplikannya dimuat dalam surat kabar The New York Times.
Kepada the Today Show di NBC, Sandra mengatakan ia tadinya pesimis dapat mengkontribusikan sesuatu yang berarti dalam film ini, karena ia sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang olah raga football. Ternyata, ia banyak belajar tentang football ketika membaca bukunya dan juga belajar soal rasa sosial, karena memerankan seorang dermawan yang memberi tanpa batas.
Film ini kaya dengan penggambaran realitas sosial di Amerika Serikat, di mana ras masih kerap menjadi pengganjal dan pemisah antarwarga. Walaupun pujian menghujani film ini untuk pengangkatannya mengenai isu rasial, namun tak pelak, muncul berbagai komentar yang mengkritik penggambaran tokoh berkulit putih sebagai pahlawan bagi rekannya yang berkulit hitam.
2. THE PURSUIT OF HAPPYNESS
Sinopsis :
Film
ini mengambil latar kota San Francisco pada tahun 1981 Diangkat dari kisah nyata hidup seorang pria kulit hitam bernama Chris Gardner.Sebenarnya siapakah Chris Gardner? dia adalah pialang saham terkenal di
Amerika. Chris Gardner saat ini menjabat sebagai CEO Gardner Rich LLC.
Seperti kebanyakan orang kaya dan sukes lainnya, Chris Gardner
mencapai kesuksesan ini setelah melewati berbagai macam kesulitan.
Sebelum menjadi orang sukses, Chris Gardner hanyalah seorang lulusan
High School yang bisa dikategorikan miskin. Berkat kemauan dan usaha
yang ulet dia bisa meraih kesuksesannya
Chris Gardner
(diperankan oleh Will Smith), seorang salesman bone-density scanners berumur 30-an
tahun. Bone-density scanners ini merupakan hasil investasi uang tabungan
Chris dan pacarnya yang ternyata sangat sulit untuk dijual. Chris
Gardner berusaha menjual alat scan itu dari Rumah Sakit satu ke Rumah
Sakit lainnya, dia memiliki target untuk menjual minimal 2 alat scan itu
per bulan untuk dapat mencukupi kebutuhannya. Sementara itu istrinya
membantu keuangan keluarga dengan bekerja pada sebuah pabrik.
Ternyata
menjual alat scan mahal itu tidaklah mudah. Karena sulit untuk
mengharapkan dari hasil penjualan alat scan tersebut, pacar dari Chris
Gardner terpaksa menambah shift kerjanya. Pacar Chris Gardner Linda
(Thandie Newton) menjadi semakin tertekan hidupnya karena dia malah
menjadi tulang punggung keluarga karena pacarnya tidak bisa mencukupi
kebutuhan keluarganya. Karena frustasi, Linda meninggalkan Chris Gardner
dan anak tunggal mereka. Sebenarnya anak tunggal mereka Christopher
(Jaden Smith) ingin dibawa oleh Linda, namun Chris melarang, Chris ingin
Christopher hidup bersamanya.
Kemalangan
hidup yang dialami tidak berhenti pasca kepergian pacarnya. Tagihan
pajak yang belum dibayar membuat pihak IRS menyita uang tabungan Chris
Gardner. Kemudian dia juga diusir dari apartemen karena menunggak
pembayaran. Mobil satu-satunya milik Chris Gardner pun diamankan karena
Chris tidak membayar uang parkir.
Chris Gardner tetap tegar dan mencoba mendaftar pelatihan untuk menjadi
pialang saham pada perusahaan pialang saham Dean Witter. Pada
pelatihan itu Chris tidak mendapatkan bayaran. Dia bersama 19 orang
peserta lainnya bersaing untuk menjadi satu orang yang akan dinyatakan
lulus dan dapat bekerja di perusahaan tersebut. Selain harus belajar
dan bekerja magang di kantor Dean Witter, dia masih berusaha menjual
alat scan yang tersisa untuk dapat mencukupi kebutuhan hidup dia dan
anaknya. Karena tidak punya lagi tempat tinggal dia dan anaknya harus
hidup berpinda-pindah mulai dari WC umum sampai penampungan sebuah
gereja.
Akhir
dari film ini sudah pasti happy ending. Karena memang kisahnya
diinspirasi kisah nyata. Dengan banyaknya penderitaan yang dialami oleh
Chris Gardner, ditambah usaha kerasnya memang pantas meraih kesuksesan.
3. COACH CARTER
Sinopsis :
Film yg satu ini sebuah sebuah film yang layak kita jadikan pedoman hidup terutama dalam keteguhan akan memegang prinsip dan ketegasan dalam memimpin maupun mendidik. Berdasarkan dari kisah nyata, pada
film itu diceritakan seorang yang bernama Carter (diperankan oleh samuel L. Jackson) bersedia menjadi
pelatih sebuah tim basket yang hanya menang empat kali pada musim yang
lalu. Tim Basket tersebut adalah tim basket sebuah SMA di kota Richmond.
Diceritakan pada film itu bahwa Richmond Highschool bukan merupakan
sekolah unggulan, setiap tahun hanya sekitar 50% siswanya yang lulus dan
dari yang lulus hanya sedikit yang masuk ke Universitas. Anak-anak yang
tergabung dalam tim basket tidak memiliki prestasi akademik yang baik.
Hari pertama Carter datang sebagai pelatih, ia menyodorkan perjanjian
kepada anak-anak di tim basket yang akan dia latih. Pada intinya kertas
itu berisi perjanjian bahwa untuk dapat menjadi anggota tim basket,
anak-anak harus memiliki prestasi belajar yang baik (nilai SAT 2,3
padahal yang ditetapkan sekolah hanya 2,00), mematuhi semua aturan yang
ditetapkan pelatih termasuk untuk datang tepat waktu, hadir pada tiap
kelas yang diikuti dan duduk di barisan paling depan serta mengenakan
jas dan berdasi. Sebagai kontra prestasi coach Carter berjanji
mencurahkan segala yang dia bisa lakukan untuk tim basket tersebut, dan
ia yakin bahwa tim tersebut dapat meraih kemenangan. Coach Carter bahkan
meminta laporan studi anggota tim-nya dari semua guru.
Tentu saja tidak semua anak menerima aturan tersebut dan ada beberapa
yang langsung mengundurkan diri. Diantara yang mengundurkan diri
terdapat anak-anak yang mencetak skor terbanyak pada setiap
pertandingan. Namun coach Carter tidak peduli, piihan mereka untuk
tetap tergabung dalam tim basket adalah setuju dengan isi perjanjian
tersebut.
Singkat cerita, coach Carter melatih mereka dengan penuh disiplin dan
konsisten dengan aturan yang telah disepakati. Berkat latihan dan
teknik yang diajarkan, pada 16 kali pertandingan, tim yang sama sekali
tidak diungulkan ini menang.
Ketika mempersiapkan pertandingan yang ke 17, coach Carter menerima
laporan bahwa prestasi belajar sebagian besar anggota timnya sanagt buruk.
Seketika coach Carter membuat keputusan menghentikan latihan, menutup
gedung olahraga, dan memindahkan latihan ke perpustakaan. Ia mengumumkan
tidak akan memulai latihan jika nilai anggota tim yang jelek belum
memenuhi standar sesuai perjanjian mereka.
Tentu saja apa yang dilakukan oleh coach Carter menghebohkan sekolah bahkan seisi kotapun mencelanya dan toko tempat ia berbisnispun sampai dilempari oleh orang tidak dikenal yang ingin ia segera membuka kembali tempat latihan. Akan tetapi keteguhan prinsip demi masa depan terbaik anak-anak asuhnya tak membuat ia bergeming seperti yang sering ia sebut 'mereka adalah pelajar olahraga jadi yng hari didahulukan pelajarnya bukan olahraganya'
Ending cerita seluaruh anak asuhnya mendapatkan nila yang ia standarkan dan merekapun kembali bertanding dan sampai kepada final tingkan nasional walaupun cuma sampai pada tingkat runner up tap perjuangan Coach Carter tidak sia-sia, beberapa anak asuhnya mendapat bea siswa dan kuliah itulah kemenangan sejati bagi Coach Carter.
4. TOP SECRET a.k.aTHE BILLIONARE
Sinopsis :
Pernah mencicipi gurihnya cemilan rumput laut ‘Tao Kae Noi’ ?
Jika ya, saya berani bertaruh hanya sedikit dari anda yang mungkin
mengetahui siapa pemiliknya. Ya, Ia adalah Aithipat “Top Ittipat” Kulapongvanich, pemuda Thailand yang masih berusia 26 tahun. The Billionaire a.k.a Top Secret adalah film menarik yang akan menceritakan tentang perjuangan Top sebelum ia menjadi juragan snack rumput laut terlaris di Thailand yang berpenghasilan 800 juta Baht
(2,4 Triliun rupiah) per tahun dan mempunyai 2.000 karyawan seperti
saat ini, ketika ia masih seorang remaja tanggung 16 tahun pecandu game online
yang beruntung bisa memiliki banyak uang karena hobinya itu. Tapi
ketika sepak terjangnya di dunia maya itu dihentikan karena di anggap
ilegal dan kondisi keuangan keluarganya yang terus menurun karena ayahnya yang terlilit hutang sebesar 40 juta Baht ( 12 miliar Rupiah) maka dari sinilah cerita tentang perjalanan Top menjadi milliuner
baru saja di mulai.
Tentu saja berlebihan jika menganggap The Billionaire akan
mengajarkan anda banyak hal untuk menjadi orang kaya lebih banyak dari
apa yang kamu dapatkan di bangku kuliah. Ya, film garapan Songyos
Sugmakanan
ini memang berbeda dari kebanyakan film Thailand lain yang akhir-akhir
ini lebih banyak menjejali penontonnya dengan komedi romantis. Ia
inspiratif, penuh dengan petuah-petuah hebat tentang perjuangan tidak
kenal menyerah dan sedikit informasi tentang bisnis dan bagaimana
memasarkan daganganmu di supermarket sebesar 7-Eleven.
The Billionaire sudah menghadirkan sebuah narasi menarik di
sepanjang kurang lebih 2 jam durasinya. Sangat mengasyikan melihat
semuanya berfokus pada perjuangan Top yang keras kepala itu mengejar
impiannya untuk menjadi pebisnis handal sembari menolong kedua
orangtuanya dengan balutan penyutradaraan apik Sugmakanan dengan gaya
alur majur mundur dan elemen komedi yang menarik, terlebih mengingat
Thailand memiliki kedekatan dengan Indonesia soal kehidupan
bermasyarakat dan berbisnis, termasuk bagaimana aktor muda Patchara
Chirathivat sukses mencuri semua perhatian penontonnya. Penampilannya
jelas lebih baik dari yang sudah dibuatnya di Suckseed.
So, The Billionaire, sebuah film yang menyenangkan dan
menyegarkan untuk perfilman Thailand secara keseluruhan. Mungkin terlalu
banyak dramatisasi, tapi toh ini hanya sebuah film hiburan. Ya,
mudah-mudahan saja Sugmakanan tidak malah mengilhami para penonton
mudanya untuk mengorbankan pendidikan dan uang orang tua para penonton
mudanya untuk sesuatu yang belum tentu mereka bisa dapatkan hanya dengan
modal semangat pantang menyerah saja.
Untuk lebih jelasnya silahkan tonton filmnya dan baca profil nya di Top Ittipat, Pengusaha Top Dunia di Usia 26 th dari Thailand.