Benalu Keluarga

Tidak ada keluarga yang sempurna di dunia ini. Walaupun suami dan isteri berpenampilan menarik, cukup dalam materi, anak-anak tumbuh sehat dan cerdas, bukan jaminan suatu keluarga itu tumbuh tanpa cacat. Walaupun cacat fisik tidak terlihat pasti ada cacat hati atau kelakuan.

Setiap keluarga di belahan dunia manapun pasti memiliki seorang anggota keluarga yang berperilaku seperti benalu. Dalam artikel ini saya mencoba mengetengahkan kisah-kisah nyata. Nama dan domisili tidak akan saya tampilkan untuk menjaga martabat keluarga tersebut. Tapi hendaknya bisa memebuka wawasan para pembaca.

Bondan (bukan nama sebenarnya) lahir dari keluarga sangat miskin di era tahun 1950-an. Diangkat anak oleh keluarga paman dan bibinya. Kebetulan pamannya memiliki jabatan dan keuangan diatas rata-rata, namun sayangnya, paman dan bibinya ini tidak dikarunia seorang anakpun, sehingga mereka memutuskan untuk mengadopsi 4 anak lainnya yang berasal dari keluarga yang berbeda.


Hanya Bondan yang diambil dari keluarga pihak bibinya, kedua saudara lelakinya diambil dari pihak ayah, adik perempuan dan adik lelakinya yang paling kecil diambil dari sebuah yayasan. Karena bibinya merasa bahwa Bondan adalah satu-satunya anak yang masih memilik pertalian darah, Bondan amat sangat dimanja, sayangnya Bondan tidak memiliki otak sepintar saudara-saudara angkatnya.

Disamping kurang pintar, Bondan juga memiliki keahlian khusus yaitu gemar mengambil barang milik keluarganya. Paman dan bibinya yang sibuk dengan berbagai usaha business tidak sempat memantau keahlian Bondan ini. Mulai dari perangkat elektronik, perhiasan, jam tangan, hingga alat-alat rumah tangga, selalu raib tidak berbekas. 

Tidak jelas untuk apa Bondan selalu saja kekurangan uang. Padahal mengisap ganja, membeli obat terlarang, tidak pernah dia lakukan. Kelaurganya menduga hal ini ada kaitan dengan kebutuhan hidup pacarnya, Tina, yang berasal dari keluarga bersahaja. Tina yang cantik jelita memiliki gaya hidup yang selalu melihat keatas. 

Kelakuan Bondan makin menjadi-jadi, bahkan ketika dia dan Tina menikah, serta dikarunia 3 orang anak perempuan, dia menjadi seorang benalu yang kerap memaksakan kehendak meminta uang dari bibinya. Bondan tidak pernah bekerja, puncaknya isterinya juga ikut-ikutan keluar dari tempat kerjanya, dan bekerja sama dengan Bondan meminta pertanggungan hidup dair paman dan bibinya itu.

Lima tahun yang lalu ketika pamanya sedang dalam keadaan sakit keras, Bondan menipu bibinya, dikatakan bahwa ada orang yang berminat atas tanah dan rumah milik bibinya, bibinya yang pecaya kepada Bondan, merelakan uang tabungannya untuk digunakan memperbaiki rumah tersebut, setelah rumah selesai diperbaiki, Bondan dengan membawa anak dan isterinya pindah ke rumah itu, dan menetap gratis hingga sekarang. 

Sampai pamannya meninggal tahun lalu, Bondan tetap tidak beranjak dari rumah itu, segala pengeluaran dan kehidupan sehari-hari masih ditanggung oleh bibinya yang sudah tidak memiliki uang tabungan lagi. Kelakuan Bondan ternyata menurun kepada anak pertamanya, Diana. 

Diana yang duduk di tingkat 2, terpaksa harus putus kuliah karena dihamili oleh seorang remaja pengangguran. Lengkaplah kisah Bondan, karena dia juga harus menampung Diana, Suaminya, dan anak mereka yang masih bayi didalam rumah itu. Dan beban bibinya makin bertambah. 

Sandy (bukan nama sebenarnya), juga memiliki kisah hidup hampir sama dengan Bondan. Bedanya Sandy tidak memiliki keahlian mencuri, tetapi dia juga berasal dari keluarga yang mengadopsinya ketika masih kecil. Orang tua angkatnya sudah berumur ketika mengadopsi Sandy, ibu angkatnya tidak tahu bagaimana cara mengasuh seorang anak kecil, Sandy tumbuh dalam kekurang kasih sayangan.

Hingga dewasa Sandy tidak memilik kepribadian dan menjadi seorang pemuda yang tidak memiliki tujuan hidup. Untung saja Sandy tidak terjerat narkotik, obat terlarang, maupun pergaulan bebas. Namun hingga usianya yang menjelang 30 tahun, dia masih tinggal di rumah orang tuanya, tidak memiliki pasangan hidup, dan tidak mempunyai rencana masa depan.

Sandy menjadi benalu dalam keluarganya, karena semua kebutuhan hidupnya masih ditunjang oleh orang tuanya. Dia bahkan tidak mengerti bagaimana harus bergaul dengan masyrakat luas. Jika diajak bicara, jawabannya selalu terputus-putus, memutar-mutar dan tidak pernah memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.



Raza (bukan nama sebenarnya), berasal dari keluarga sederhana, ibunya meninggal dunia ketika dia masih kecil. Kakak perempuan sulungnyalah yang merawat dan mendidik dia sejak kecil. Raza selalu membuat masalah dengan lngkungan di sekitarnya, pergaulannya dengan obat terlarang membuatnya sering dikeluarkan dari sekolah.

Setelah lulus SMA, Raza menikah dengan kekasihnya yang berasal dari keluarga berada. Sayang, kelakuannya makin menjadi-jadi. Dia kerap meninggalkan anak dan isterinya, kegemarannya bermain dengan wanita lain berujung dalam perceraian. Hingga kini, Raza sudah menikah sebanyak 10 kali dan selalu berakhir dengan perceraian.

Anak-anaknya tidak mau bertemu dengannya dan memutuskan tali hubungan antara ayah dan anak. Raza tetap tidak merubah kelakuannya bahkan ketika usianya sudah menginjak 45 tahun, dia malah beralih profesi menjadi preman, yang berkedok pengacara. Dia menjadi benalu di keluarga besarnya karena kerap korban-korbannya baik dari korban petulangan cinta maupun korban pemerasannya selalu datang mencari dan meresahkan keluarga besarnya.
 
Ketiga cerita diatas adalah hal yang nyata dan terjadi dalam kehidupan kita. Benalu kalau dibiarkan tumbuh akan terus berkembang bernaka pinak melahirkan benalu junior. Tindakan apakah yang harus kita ambil jika kita apes memiliki seorang saudara yang menjadi benalu ?. Apakah kita hanya akan berdiam diri dan berusaha menutup-nutupi cacat yang berada di kelaurga besa kita ? ataukah kita berusaha menyadarkan benalu itu untuk kembali ke jalan yang benar?

Sumber:http://kolomkita.detik.com. ditulis oleh: Ria-Kansas USA