Magnus Carlsen, Raja Catur Baru Termuda

Pada awal tahun ini, Federasi Catur Internasional/FIDE mengeluarkan daftar terbaru dari 100 pecatur terbaik di dunia. Siapa yang menempati peringkat pertama?
Bukan Viswanathan Anand (40), bintang catur dari India. Dia ‘hanya' peringkat 3. Bukan pula Veselin Topalov (34), pecatur kebanggan Bulgaria, yang duduk di peringkat 2. Raja catur saat ini adalah Magnus Carlsen, pemuda asal Norwegia, yang usianya baru 19 tahun. "Si Anak Ajaib", demikian julukannya, adalah pecatur termuda sepanjang sejarah, yang mampu menempati peringkat pertama. Ratingnya saat ini adalah 2.810, selisih lima poin dari Topalov, dan 20 poin dari Anand. Luar biasa!
**
Carlsen mulai bermain catur pada usia 8 tahun. Waktu itu ia bermain melawan kakak perempuannya. Hanya dalam waktu beberapa minggu Carlsen sudah bisa mengalahkan kakaknya. Setahun kemudian Carlsen secara rutin mampu mengalahkan ayahnya, seorang anggota klub catur di Norwegia.
Kejutan besar dilakukan Carlsen pada usia 13 tahun. Ia berhasil mengalahkan juara dunia Anatoly Karpov dalam turnamen catur cepat. Carlsen juga membuat orang terpukau karena mampu memaksa bintang catur Gary Kasparov bermain remis. Tak lama kemudian, ia sudah bergelar GM (grandmaster), gelar tertinggi dalam dunia catur.
**
Apa yang membuat Carlsen mampu bertahan sebagai pecatur top selama bertahun-tun, bahkan terus meningkat prestasinya?
Pertama, talenta berupa daya ingat yang luar biasa. Ayahnya pernah menyebutkan, putranya itu, pada usia 5 tahun dapat menyebutkan nama, luas, dan jumlah populasi dari 430 kota/kabupaten di Norwegia secara lengkap dan benar. Nah, kemampuan daya ingat ini amat berguna untuk mempelajari dan mengikuti perkembangan teori catur modern.
Kedua, talenta berupa "kepekaan posisional", yakni sebuah naluri yang menuntunnya untuk menempatkan bidak-bidak catur pada posisi yang tepat dan bermanfaat.
Ketiga, kerja keras. Pecatur top dunia ini, berlatih catur 4-5 jam per hari untuk mengasah kemampuan dan intuisinya. Ia dibantu oleh komputer canggih dan internet, sehingga jika diperlukan ia dapat mengakses data pertandingan ratusan tahun lalu dan menemukan lawan tanding tanpa batasan apa pun - waktu, tempat, dan lainnya.
Keempat, rajin bertanding. "Mengikuti turnamen merupakan sarana utama saya untuk berlatih. Menjalani turnamen sungguh menyenangkan dan saya memang senang bertanding," kata Carlsen.
Kelima dan terakhir, adalah mental bertanding yang tangguh. Banyak pecatur, baik pecatur jagoan atau amatir, kalah saat bertanding karena merasa kelelahan dan putus asa. Namun Carlsen, tidak begitu. Ya, ia memang mengaku sering kehilangan konsentrasi saat terdesak. Namun biasanya, jika begitu, ia akan berkata pada dirinya sendiri, "Hei, kamu tidak mau kalah dalam permainan ini sebagai seorang idiot kan? Jadi, keluarkan semua kemampuanmu sekarang!!"
Pada sebuah wawancara, Carlsen pernah berkata, ia menganggap pertandingan catur itu lebih sebagai sebuah pertarungan, daripada sebuah seni. "Saat bertanding, saya ingin segera membuat lawan merasa tidak nyaman dengan langkah/gerakan bidak-bidak caturku. Yah memang, ada beberapa pertandingan yang amat indah, namun itu bukan tujuan utamaku."
Lalu, bagaimana jika akhirnya ia kalah? Kebanyakan pecatur merasa kecewa saat kalah. Kekecewaan ini bisa berlarut-larut, sehingga mempengaruhi permainan berikutnya. Nah, bagi Magnus, kekalahan dalam catur tak harus disikapi secara berlebihan.
"Saya lebih kecewa jika kalah dalam permainan di luar catur," ujarnya, sambil tersenyum. "Misalnysa saja, saya selalu merasa kecewa jika kalah dalam permainan Monopoli dengan teman atau saudara perempuan saya!"
**