Belajar dari Kisah Hidup Pak Tarno 'prok..prok..prok'

Simsalabim prok-prok-prok dibuka jadi apa ya? Wah kosong, ulangi ah... Simsalabim dibuka jadi apa tolong dibantu ya? wah masih kosong juga tolong dimaafin ya, kita coba sekali lagi pakai simsalabim dibuka jadi apa prok..prok..prok.. kok  tetap nggak bisa ya..?.

Anda semua mungkin sudah mengenal jargon diatas, itulah jargon Pak Tarno yang sekarang mendapat gelar The Master of Traditional Magician. Tahukah anda meski Master Tarno sering tampil di televisi dan acara-acara off-air, kehidupannya tidaklah berubah; tetap sederhana. Televisi di rumahnya, hadiah dari RCTI, sewaktu ia tampil di acara The Master untuk pertama kalinya.


Sebelumnya, rumah Pak Tarno, di Jalan Duku Timur, Kelurahan Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, hanya "dihiasi" sebuah televisi kuno yang sudah tidak berfungsi.

"Saya kalau mau nonton teve ya di rumah tetangga. Sekarang bisa nonton The Master di rumah sendiri. Rasanya seneng banget, nggak pernah kebayang saya bisa main sulap di televisi dan ketemu pesulap terkenal," kata Pak Tarno .

Awalnya, pria yang sebelumnya lama tinggal di Warakas, Tanjung Priok ini, mengaku ragu ketika seorang tetangga menyarankan dia ikut audisi The Master.

"Ya waktu itu saya kan tidak punya uang. Setelah uang buat ongkos cukup, saya mendaftar The Master. Alhamdulillah sekarang diajak bergabung RCTI," kata Pak Tarno.

Sejak kecil, Tarno diasuh neneknya di Brebes, Jawa Tengah, karena ayahnya meninggal dunia dan ibunya pergi ke Sumatera untuk bekerja.

"Nenek saya orang tidak mampu, jadi saya harus bekerja, sejak kecil saya sudah bekerja angon (ternak) kambing dan sapi milik tetangga. Tapi dibayarnya pakai padi dan diberikan pada nenek," kenang Pak Tarno.

Sekitar tahun 1974 ia nekad merantau ke Jakarta dengan menumpang kereta barang, hingga terdampar di Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Saat itu dia hanya punya modal cangkul saja, tetapi cangkulnya tidak digunakan karena ada peluang menjadi pedagang minyak tanah. Setelah jual minyak tanah, saya jual air keliling, dan yang terakhir sampai sekarang saya jualan mainan anak-anak keliling dengan sepeda dan mangkal di sekolahan .

Berdagang mainan anak-anak setiap hari berpindah dari sekolah satu ke sekolah lainnya, ternyata tidak juga mencukupi hidupnya. Bahkan untuk makan sehari-hari saja kadang tidak cukup. Dia nekad niat puasa setiap hari dan sering juga tidak punya makanan untuk buka puasa, katanya.

Meskipun miskin dan serba kekurangan, namun Pak Tarno tetap tabah dan terus menekuni pekerjaannya berjualan mainan anak-anak. Selain berpuasa dia pun sering sholat hajat di tengah malam dan dilanjutkan dengan dzikir.
Suatu malam Pak Tarno seperti ketemu wali. Pak Tarno tidak sadar saat itu dia sudah berpuasa selama tiga tahun. Setelah dzikir, tiba-tiba mulutnya secara otomatis mengucapkan kata-kata seperti bahasa Jawa kuno, dia hanya mengerti artinya sebagian saja, ungkap Pak Tarno.

Dia pun mengaku ada tiga kalimat panjang yang secara cepat bisa dihafalnya. Keesokan harinya, dia hanya bisa termenung memikirkan kejadian malam itu. Tetapi akhirnya dia mengabaikan yang telah terjadi.

Tetapi, ketika akan berangkat menjajakan dagangannya, Pak Tarno tiba-tiba mempunyai ide membuat permainan sulap. Dia mulai mencoba-coba permainan dari kertas dan terpikir kembali olehnya kata-kata bahasa Jawa kuno yang diperolehnya di tengah malam sebelumnya.

"Itu seperti mantra, tetapi saya pakai kata-kata itu sampai sekarang sebagai bumbu-bumbu sulap yang saya mainkan. Setelah itu, seperti ada ide terus untuk membuat sulapan. Ya maklum karena saya tidak punya modal jadi buat sulap yang sederhana saja," katanya.

Karena penghasilannya pas-pasan, bapak enam putra ini terpaksa menitipkan anak-anaknya kepada familinya. Keikhlasan Pak Tarno menjalani hidup hingga kini dan dibantu oleh istri keduanya yang menjadi buruh cuci baju di tetangganya, terus dipertahankan.

Kisah hidup berkeluarga pak Tarnopun cukup mengharukan, ketika masih 'miskin' dulu dia begitu sering dilecehkan oleh istri pertamanya. Pak Tarno menuturkan, ketia dia berjualan dari pagi hingga malam istrinya malah sibuk berpacaran dengan orang lain tanpa menghiraukan perasaan pak Tarno, "ketika saya pulang ke rumah bukannya disambut dengan senyuman dan disuguhin minum eh malah diajakin berantem saya kan jadi malu sama tetangga" demikian tuturnya, tetapi dengan kebesaran jiwa dan kesabarannya demi anak-anak yang masih kecil pak Tarno rela menjalani hubungan keluarga yang seperti itu selama bertahun lamanya sampai akhirnya sang istri sendiri yang meminta cerai karena ingin menikah lagi dengan pacarnya.

Banyak hikmah yang bisa kita petik dari kisah hidup pak Tarno tetapi yang terpenting adalah kesabaran. Beliau tetap merasa enjoy menjalani hidupnya walaupun mungkin terasa berat dan tidak mudah untuk mengatasinya tetapi Pak Tarno telah membuktikan siapa yang bisa survive maka dialah yang akan jadi pemenangnya dan semuanya dapat ia taklukan dengan hati.

Sumber

Klik di sini untuk info seputar Dunia Komputer