Mentalitas Lemah Gagalkan Ambisi Entrepreneur

Orang dengan mentalitas korban seharusnya tidak menjadi entrepreneur. Mengapa? Kita semua tahu peran entrepreneur yang berat dalam memulai dan menjalankan bisnis. Semua keadaan bisa berbalik tidak sesuai rencana dan risiko berat  juga harus dipikul. Bagi orang-orang dengan mentalitas korban, ketakutan terhadap kegagalan akan membuat mereka terperosok dalam kegagalan itu sendiri.

Menurut Karl Perera dalam tulisannya “Victim Mentality - You Don’t Have to Suffer” ada begitu banyak indikasi mentalitas korban dalam sebuah proses pikiran seseorang. Berikut adalah sejumlah indikasi kunci yang bisa diterapkan dalam lingkungan entrepreneurial :


1. “Saat keadaan tidak seperti yang diharapkan, saya yakin saya penyebabnya”
Korban berperilaku seolah setiap kemunduran usaha ialah bencana dan menciptakan tekanan bagi diri mereka sendir. Orang-orang ini merasa bahwa masalah yang ada berhubungan erat dengan ego.

2. “Saat saya berbicara pada diri saya sendiri, saya tidak pernah memiliki diskusi bernada positif”
Memikirkan kembali sebuah keputusan  yang telah diambil mempengaruhi suasana hati, perilaku dan kebahagiaan dan berpeluang menimbulkan atau memperparah mentalitas korban yang sudah ada. Orang-orang yang mempau bertahan kembali menjalani kehidupan mereka dengan cara positif dan memandang diri mereka sebagai manusia yang beruntung. Mereka hidup di masa kini dan masa depan dan jarang sekali menyesali ‘kesalahan’ masa lalu. Mereka semua memiliki keyakinan dalam diri dan pada kehidupan sebagai suatu kesatuan.

3. “Saat orang lain mengecewakan saya, saya sangat sedih”
Komentar negatif dari orang lain membuat seseorang bermental korban sangat terpukul. Perilaku yang kurang pantas terhadap Anda sebenarnya menjelaskan bagaimana nilai seseorang itu sebenarnya. Namun jika Anda memiliki mentalitas negatif, Anda akan menelan mentah-mentah semua perkataan dan perilaku mereka dan yakin bahwa Anda adalah seorang korban yang patut dikasihani. Sementara mereka yang bermental kuat akan selalu berdiri dan memerangi komentar negatif dan biasanya mampu membalikkan tuduhan ke orang yang berkomentar negatif. Ia cepat dan tanggap dalam menangani semua tantangan dengan sikap dan perilaku yang positif. Ia membangun batasan di sekeliling orang atau lingkungan yang negatif dan menghindari mereka semua dengan segala cara.

4. “Saya yakin dengan takdir, meskipun takdir itu tidak adil”
Jika Anda menyerah pada takdir, maka Anda berpikir bahwa Anda bertanggung jawab terhadap semua hal buruk yang terjadi dalam kehidupan terutama bisnis Anda. Orang bermental korban akan merasa bahwa kita diperlakukan secara tidak adil tetapi terjebak. Nampaknya memang tidak ada jalan keluar. Sementara orang-orang bermental kuat yakin bahwa mereka bisa mewujudkan impiannya daripada membiarkan hal begitu saja terjadi kepada mereka. Mereka menerima giliran secara acak dalam kehidupan sebagai peluang baru daripada menganggapnya sebagai hukuman yang kurang adil.

5. “Tuhan menghukum karena suatu alasan”
Keyakinan relijius bisa berimbas positif atau negatif pada kehidupan manusia. Jika Anda meyakini bahwa Tuhan yang bertanggung jawab untuk semuanya, mudah untuk meyakini bahwa penderitaan dan rasa sakit Anda ialah hukuman untuk suatu kesalahan yang Anda lakukan. Orang-orang bermental kuat sebaliknya menikmati hubungan pribadi dengan Tuhan dan bersyukur atas semua hal positif dalam kehidupan mereka, Mereka mungkin meminta bantuan pada Tuhan tetapi bergantung pada diri mereka sendiri untuk mewujudkan hasilnya.

Mentalitas korban bukanlah sebuah hal yang baik untuk diterapkan dalam berbagai situasi tetapi akan berbalik kontraproduktif saat diterapkan dalam kehidupan entrepreneur. Jika Anda akan menjadi entrepreneur, ingatlah bahwa Anda tidak perlu menjadi korban. Semuanya tergantung pada kemauan diri kita.

Sumber:http://www.ciputraentrepreneurship.com/


Informasi Laptop, Komputer, Virus, Jual-Beli Bekas, click here!