tidak pernah melupakannya.
Awalnya saat saya sedang menjajakan dagangan bersama teman (kami berempat waktu itu), kami mengeluh karena sudah 3 hari kami berdagang baru 6 ekor yang terjual, tidak seperti tahun sebelumnya, biasanya sudah puluhan ekor laku terjual dan hari raya sudah didepan mata (tinggal 2 hari lagi). Kami cukup gelisah waktu itu. Ketika sedang berbincang salah seorang teman mengajak saya untuk sholat ashar dan saya pun bersama teman saya berangkat menuju masjid yang kebetulan dekat dengan tempat kami berjualan. Setelah selesai sholat, seperti biasa saya melakukan zikir dan doa. Untuk saat ini doa saya fokuskan untuk dagangan saya agar Allah memberikan kemudahan semoga kiranya dagangan saya laku/ habis terjual.
Setelah selesai saya dan teman kembali bergegas untuk kembali ke tempat kami jualan, dari kejauhan kami melihat ditempat kami berjualan banyak sekali orang disana dan terlihat teman kami yang berada disana kesibukan demi melayani calon pembeli. Akhirnya saya dan teman saya berlari untuk cepat membantu melayani teman kami. Alhamdulillah pada saat itu sudah ada yang membeli beberapa ekor
kambing. “Terima kasih Ya Robb, Engkau telah mendengar dan menjawab doa kami”, Syukur saya dalam hati.
Namun setelah semuanya terlayani dan keadaan kembali normal, saya melihat seorang ibu-ibu sedang memperhatikan dagangan kami, seingat saya ibu ini sudah lama berada disitu, pada saat kami sedang sibuk ibu ini sudah ada namun hanya memperhatikan kami bertransaksi. Saya tegur teman saya “Ibu itu mau beli ya ? dari tadi liatin dagangan terus, emang gak ditawarin ya ?,
sepertinya dari tadi udah ada disitu. Kayaknya Cuma liat-liat aja, mungkin lagi nunggu bus kali.
Jawab teman singkat. Memang sih kalau dilihat dari pakaiannya sepertinya gak akan beli ( mohon maaf.. ibu itu berpakaian lusuh sambil menenteng payung lipat ditangan kanannya)
kalau dilihat dari penampilannya tidak mungkin ibu itu ingin berqurban.
Namun saya coba hampiri ibu itu dan coba menawarkan. “Silahkan bu dipilih hewannya, ada niat untuk qurban ya bu ?. Tanpa menjawab pertanyaan saya, ibu itu langsung menunjuk, “Kalau yang itu berapa bang ?” Ibu itu menunjuk hewan yang paling murah dari hewan yang lainnya. Kalau yang itu harganya Rp. 600.000,- bu, jawab saya. Harga pasnya berapa bang ?, gak usah tawar lagi ya bu... Rp. 500.000 deh kalau ibu mau. Fikir saya memang dari harga segitu keuntungan saya kecil, tapi biarlah khusus untuk ibu ini. “Uang saya Cuma ada 450 ribu, boleh gak”. Waduh... saya bingung, karena itu harga modal kami,
akhirnya saya berembug dengan teman yang lain. “Biarlah mungkin ini jalan pembuka untuk dagangan kita, lagi pula kalau dilihat dari penampilannya sepertinya bukan orang mampu, kasihan, hitung-hitung kita membantu niat ibu itu untuk berqurban”. Sepakat kami berempat. “Tapi bawa sendiri ya.. ?” akhirnya si ibu tadi bersedia, tapi dia minta diantar oleh saya dan ongkos bajaj-nya dia yang bayar dirumah. Setelah saya dikasih alamat rumahnya si ibu itu langsung pulang dengan jalan kaki. Saya pun berangkat.
Ketika sampai di rumah ibu tersebut. Subhanallaah..... Astaghfirullaah.....Alaahu Akbar, merinding saya, terasa mengigil seluruh badan saya demi melihat keadaan rumah ibu tersebut.
Ibu itu hanya tinggal bertiga dengan orang tuanya (ibunya) dan satu orang anaknya di rumah gubuk dengan berlantai tanah dan jendela dari kawat. Saya tidak melihat tempat tidur/ kasur, yang ada hanya dipan kayu beralas tikar lusuh.
Diatas dipan sedang tertidur seorang perempuan tua kurus yang sepertinya dalam kondisi sakit. “Mak ... bangun mak, nih liat Sumi bawa apa” (oh ternyata ibu ini namanya Sumi), perempuan tua itu terbangun dan berjalan keluar. “Ini ibu saya bang” ibu itu mengenalkan orang tuanya kepada saya. Mak Sumi udah beliin kambing buat emak qurban, ntar kita bawa ke Masjid ya mak. Orang tua itu kaget
namun dari wajahnya terlihat senang dan bahagia, sambil mengelus-elus kambing orang tua itu berucap, Alaahu Akbar, Alhamdulillaah, akhirnya kesampaian juga emak qurban.
“Nih bang duitnya, maaf ya kalau saya nawarnya telalu murah, saya hanya kuli cuci, saya sengaja kumpulkan uang untuk beli kambing yang mau saya niatkan buat qurban ibu saya. Aduh GUSTI....... Ampuni dosa hamba, hamba malu berhadapan dengan hambaMU yang satu ini. HambaMU yang Miskin Harta tapi dia kaya Iman.
Seperti bergetar bumi ini setelah mendengan niat dari ibu ini. Rasanya saya sudah tidak sanggup lagi berlama-lama berada disitu. Saya langsung pamit meninggalkan kebahagiaan penuh keimanan mereka bertiga.
“Bang nih ongkos bajajnya.!, panggil si Ibu, “sudah bu cukup, biar ongkos bajaj saya yang bayar. Saya cepat pergi sebelum ibu itu tahu kalau mata ini sudah basah, karena tak sanggup mendapat teguran dari Allah yang sudah mempertemukan saya dengan hambaNYA yang dengan kesabaran, ketabahan dan penuh keimanan ingin memuliakan orang tuanya.
**
Mencoba mengambil hikmah dari kisah inspiratif diatas, Ibadah qurban merupakan salah satu bentuk kemuliaan seorang
hamba. Sebab, dengan berqurban berarti dirinya telah mengalahkan kepentingan
pribadinya demi pengabdiannya kepada Allah. Dan hanya orang-orang yang penuh
kecintaan dan kepasrahan untuk berqurban.
Sebagai salah satu ibadah yang hukumnya sunnah, setidaknya
ibadah qurban mengandung nilai-nilai dimensi tauhid, dimensi spiritual dan dimensi
sosial. Dalam sejumlah riwayat disebutkan, berqurban di zaman para Nabi dan
Rasul terdahulu terlukis dengan jelas bahwa harga dan nilai qurban itu adalah
ketakwaan dan kesabaran dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT.
KHE Abdurrahman dalam bukunya Hukum Kurban, Akidah dan
Sembelihan memaparkan, harga dan nilai qurban dalam pandangan Allah SWT ialah
pembangkit utama yang menggugah niat yang ikhlas dan mencerminkan keteguhan
iman serta ketakwaan yang murni. Karenanya, ibadah qurban dimaksudkan untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Berikut ini kami paparkan bagaimana ibadah qurban memiliki 3
dimensi, yakni dimensi tauhid, spiritual dan sosial.
Dimensi Tauhid
Ibadah qurban
mempunyai nilai ketauhidan yang sangat kental. Ibadah qurban yang dilakukan
oleh Nabi Ibrahim dengan mengorbankan anak yang dicintainya mengajarkan kepada
manusia sikap bertauhid yang sesungguhnya. Nabi Ibrahim mampu membebaskan
dirinya dari penghambaan kepada materi (dalam hal ini anak yang dicintainya)
menuju penghambaan kepada Allah semata.
Melalui ibadah qurban ini Nabi Ibrahim memperlihatkan
keimanan, ketundukan, ketaatan hanya kepada Allah. Beliau juga telah berhasil
melepaskan diri dari kecintaannya terhadap dunia, baik jasad, jiwa, hati maupun
ruhnya. Karena hal tersebut akan menjadi penghalang seseorang untuk melakukan
pengorbanan, ketaatan atau kepatuhan dalam menjalankan perintah Allah.
Disisi lain, nilai tauhid yang ada dalam kisah qurban Nabi
Ibrahim adalah pengorbanan dilakukan demi pengabdian kepada Allah semata. Ibadah
qurban juga menegaskan larangan melaksanakan ibadah untuk selain Allah. Seperti,
melakukan qurban yang diperuntukkan bagi penjaga Pantai Selatan agar tidak
menimpakan bencana atau melakukan qurban yang diperuntukkan bagi sesuatu yang
akan mendatangkan manfaat.
Dimensi Spiritual
Ibadah qurban merupakan sarana pembuktian keimanan seorang
hamba kepada Allah. Keimanan meliputi keikkhlasan, yang berarti ibadah qurban
yang dilakukan harus murni dilakukan semata-mata karena Allah dan dalam rangka
menjalankan perintahNya. Dengan berqurban, diharapkan dapat menumbuhkan dan
mengasah keikhlasan seorang hamba. Karena keikhlasan akan selalu naik dan turun
dan akan selalu menguat dan melemah.
Qurban yang dilaksanakan bukan karena Allah, seperti malu
bila tidak berqurban atau ingin pamer sebagai orang yang rajin ibadah, ibadah
qurban yang dilakukannya itu tak ada gunanya.
Keimanan juga meliputi ketaatan, yang berarti ibadah qurban
yang dilaksanakan harus didasari atas ketaatan seorang hamba kepada perintah
Allah dan bukan didasari atas ketaatan kepada selainNya. Diharapkan dengan
adanya ritual ibadah qurban dapat meningkatkan ketaatan baik ketaatan dalam
menjalankan perintah Allah maupun ketaatan dalam menjauhi segala laranganNya.
Keimanan juga meliputi pengorbanan. Pengorbanan ini
direfleksikan dalam bentul materi yang dipersembahkan, yaitu hewan sembelihan. Ritual
ibadah qurban juga melatih seorang hamba untuk selalu siap berkorban,
sebagaimana halnya dengan Nabi Ibrahim yang rela mengorbankan anak yang
dicintainya demi perintah Allah.
Dimensi Sosial
Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tak mungkin hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain. Ia membutuhkan manusia lainnya untuk
berinteraksi. Bahkan manusia juga membutuhkan hewan sebagai kendaraan dan
lainnya. Tumbuh-tumbuhan juga dibutuhkan sebagai makanan.
Diantara banyak syariat Islam yang diperintahkan kepada kaum
muslim, mengandung hubungan horisontal bagi sesama manusia, misalkan zakat,
sholat, puasa, haji, sama halnya dengan ibadah qurban. Melalui ibadah qurban
ini, seorang hamba ditempa untuk memiliki jiwa kepedulian terhadap orang lain. Salah
satu hikmah berqurban adalah menggembirakan golongan fakir miskin. Sebab, tidak
semua orang mampu makan daging walaupun dia tinggal di kota besar. Maka dianjurkan
sekali bagi orang yang mampu untuk berqurban dan membagikan baging dari hewan
qurban tersebut kepada sodara sesama manusia, terutama fakir miskin.
Ibadah qurban juga mengandung pesan-pesan moral yang
ditujukan dengan simbol-simbol yang ada dalam ritual ibadah qurban. Sejarah qurban
Nabi Ibrahim merupakan sejarah yang penuh dengan nilai pengorbanan. Dalam hal
ini kita meneladani Nabi Ibrahim, seperti yang sudah dijelaskan diatas. Dimana
menandakan kerelaannya pula dalam mengorbankan segala hal yang dimilikinya
untuk menjalankan perintah Allah.
Kata “pengorbanan” yang dimunculkan dalam ritual ibadah
qurban ini merupakan salah satu bentuk sikap moral yang apabila diaplikasikan
dapat menjadi solusi berbagai permasalahan. Contohnya orang kaya yang mau
berkorban dengan hartanya untuk orang-orang miskin sehingga memberikan solusi
bagi permasalahan orang-orang miskin disekitarnya. Bagitu juga seorang pemimpin
yang rela berkorban dengan meninggalkan hawa nafsu dan egonya demi kemaslahatan
masyarakat, bukan untuk kemaslahatan pribadi dan golongan.
Lebih jauh lagi, kaum muslim harus rela berkorban baik harta
dan jiwa, maupun tenaga dan fikirannya untuk menjalankan apa yang Allah
perintahkan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim.Akhirnya di penghujung tulisan ini marilah kita ucapkan takbir yg penuh rasa syukur dan kepasrahan kepada Allah SWT, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.. SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA
AYITIBOX INDONESIA 'Kalau Situs Lain Sibuk Menjual, Disini Royal Membeli'