Mak Yati diketahui sering mengumpulkan botol bekas di sekitar wilayah Tebet. Dia juga cukup sering berkunjung ke Masjid Al Ittihad yang ada di wilayah Tebet Barat. Pengurus masjid itu juga mengenalnya.
"Saya sudah kenal Mak Yati 15 tahun, sejak tahun 1997. Pertama saya baru kerja di masjid ini Mak Yati sudah wara-wiri mulung di sini," kata pengurus masjid bernama Syaiful saat ditemui di Masjid Al Ittihad, Tebet Barat, Jakarta, Jumat (26/10/2012).
Syaiful menuturkan pada Senin (22/10) malam, dengan menumpang bajaj, Mak Yati membuat kaget pengurus masjid. Dia membawa dua ekor kambing beserta rumputnya ke Masjid Al Ittihad untuk berkurban.
"Mak Yati bilang mau menyumbangkan dua ekor kambing untuk disembelih pada hari raya Idul Adha ini," tutur Syaiful.
Tak ayal hal tersebut membuat pengurus masjid terharu. "Kita nggak nyangka Mak Yati bawa kambing malam itu, ya kita terharu lah. Orang sehari-hari dia cuma mulung, tapi punya niat untuk menyumbangkan hewan kurban untuk lebaran ini," imbuh Syaiful.
Mak Yati yang ditemui di rumahnya, di kawasan Tebet, mengaku memang sudah lama ingin berkurban. Keinginan itu terus dia pelihara sambil menabung untuk membeli hewan kurban.
"Sudah lama Mak pengen kurban nak. Sejak tiga tahun yang lalu. Tapi kan mak ini kerjaannya cuma mulung, jadi penghasilan nggak jelas. Buat makan sehari saja kadang udah sukur. Jadi Mak ngumpulin dulu duit Rp 1.000, Rp 1.500 sampai tiga tahun, lalu Mak beliin kambing dua ekor. Sampai-sampai penjual kambingnya Mak cegat di tengah jalan saking Mak pengen beli kambing," ujar Mak Yati sambil tertawa. (SUMBER)
SUBHANALLAH KURBAN MAK YATI LANGSUNG DIBALAS OLEH ALLAH, kisah selanjutnya :
Terharu dengan Kisah Kurban Mak Yati, Mensos Beri Modal Usaha Rp 5 Juta
Kisah Mak Yati, pemulung yang menabung selama tiga tahun untuk berkurban dua ekor kambing saat Idul Adha sampai juga di telinga Mensos Salim Segaf Al Djufri. Bagi Mensos, apa yang dilakukan Mak Yati adalah sebuah contoh usaha perbaikan masalah sosial.
Begitu mendengar kisah tersebut kemarin, Salim Segaf langsung memerintahkan stafnya untuk menelusuri keberadaan Yati. Hingga akhirnya pada Minggu (28/10) pagi ini, politisi PKS itu berhasil bertemu di kediaman Yati di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.
"Beliau nggak cukup hanya dengar laporan, lalu ingin bertemu," kata Kepala humas Kemensos, Sapto Waluyo, saat berbincang dengan detikcom, Minggu (28/10/2012).
Saat pertemuan di rumah sederhana Mak Yati, Salim sempat berbincang-bincang soal maksud kedatangannya. Saat itu, Salim menyampaikan bahwa Mak Yati adalah simbol perbaikan sosial. Di saat kondisinya yang sulit, dia masih bisa membantu masyarakat lain lewat kurban.
"Pas ngobrol, sempat terharu. Mak Yati menangis dan Pak Menteri pun ikut hanyut," terang Sapto.
Karena Yati dianggap sebagai contoh baik, Mensos pun memberi 'hadiah' berupa modal usaha ekonomi produksi sebesar Rp 5 juta. Mak Yati bisa menggunakan uang tersebut untuk awal membuat usaha baru, tidak lagi menjadi pemulung seperti saat ini.
"Apalagi kan beliau juga sudah cukup tua, dan kerjanya bisa membahayakan juga," sambungnya.
Tidak hanya itu, Salim juga menawarkan Mak Yati kemudahan untuk kembali ke kampungnya di Pasuruan, Jawa Timur. Bila bersedia, wanita berusia 65 tahun itu bisa mencari kehidupan baru di kampungnya setelah 40 tahun di Jakarta.
"Kita bisa mendorong untuk memafisilitasi, hingga membantu dicarikan kerjaan," tambah Sapto.
Mendapat tawaran ini, Mak Yati pun setuju. Dia bahkan menangis terharu karena tak pernah menyangka dikunjungi menteri.
"Semuanya terharu tadi melihat peristiwa ini. Mak Yati ini potensi, karena walau kondisi sulit tapi bisa mengumpulkan dana untuk kurban," ceritanya.
Mak Yati dan suaminya berkurban dua kambing pada hari raya Idul Adha 26 Oktober lalu. Keduanya mengumpulkan dana untuk membeli kambing sejak tiga tahun silam dari hasil mengumpulkan botol bekas dan barang lainnya. Kisah keduanya membuat haru para pengurus masjid. (SUMBER)
Begitu mendengar kisah tersebut kemarin, Salim Segaf langsung memerintahkan stafnya untuk menelusuri keberadaan Yati. Hingga akhirnya pada Minggu (28/10) pagi ini, politisi PKS itu berhasil bertemu di kediaman Yati di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.
"Beliau nggak cukup hanya dengar laporan, lalu ingin bertemu," kata Kepala humas Kemensos, Sapto Waluyo, saat berbincang dengan detikcom, Minggu (28/10/2012).
Saat pertemuan di rumah sederhana Mak Yati, Salim sempat berbincang-bincang soal maksud kedatangannya. Saat itu, Salim menyampaikan bahwa Mak Yati adalah simbol perbaikan sosial. Di saat kondisinya yang sulit, dia masih bisa membantu masyarakat lain lewat kurban.
"Pas ngobrol, sempat terharu. Mak Yati menangis dan Pak Menteri pun ikut hanyut," terang Sapto.
Karena Yati dianggap sebagai contoh baik, Mensos pun memberi 'hadiah' berupa modal usaha ekonomi produksi sebesar Rp 5 juta. Mak Yati bisa menggunakan uang tersebut untuk awal membuat usaha baru, tidak lagi menjadi pemulung seperti saat ini.
"Apalagi kan beliau juga sudah cukup tua, dan kerjanya bisa membahayakan juga," sambungnya.
Tidak hanya itu, Salim juga menawarkan Mak Yati kemudahan untuk kembali ke kampungnya di Pasuruan, Jawa Timur. Bila bersedia, wanita berusia 65 tahun itu bisa mencari kehidupan baru di kampungnya setelah 40 tahun di Jakarta.
"Kita bisa mendorong untuk memafisilitasi, hingga membantu dicarikan kerjaan," tambah Sapto.
Mendapat tawaran ini, Mak Yati pun setuju. Dia bahkan menangis terharu karena tak pernah menyangka dikunjungi menteri.
"Semuanya terharu tadi melihat peristiwa ini. Mak Yati ini potensi, karena walau kondisi sulit tapi bisa mengumpulkan dana untuk kurban," ceritanya.
Mak Yati dan suaminya berkurban dua kambing pada hari raya Idul Adha 26 Oktober lalu. Keduanya mengumpulkan dana untuk membeli kambing sejak tiga tahun silam dari hasil mengumpulkan botol bekas dan barang lainnya. Kisah keduanya membuat haru para pengurus masjid. (SUMBER)
AYITIBOX INDONESIA 'Kalau Situs Lain Sibuk Menjual, Disini Royal Membeli'