Di zaman modern ini, kebahagiaan dan kesuksesan diukur dari seberapa
banyak uang dimiliki. Namun berbeda dengan Sebuah keluarga di Berlin memilih cara hidup yang unik. Sudah tiga
tahun ini mereka hidup tanpa memiliki apa-apa kecuali rasa cinta dan
niat baik untuk menolong sesama. Mereka bukan korban dari krisis ekonomi
yang kejam, namun mereka adalah aktivis yang melakukan puasa uang untuk
memprotes apa yang mereka sebut sebagai "masyarakat yang mengonsumsi
secara berlebihan".
"Sebagai konsumen, kami mendukung sistem yang berlaku dan kami semua
bertanggung jawab untuk menciptakan masyarakat yang boros," kata Raphael
Fellmer (29) kepada Yahoo! Shine. "Aksi protes ini ditujukan
untuk menginspirasi orang lain untuk merefleksikan
kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa kami lakukan."
Fellmer, yang mengaku bahwa ia telah bekerja sejak berusia 12 tahun,
mulai melakukan aksi protes ini setelah bertahun-tahun bekerja di
berbagai hotel, bar, restoran dan perusahaan lainnya. Tahun 2010,
setelah lulus kuliah di Den Haag di jurusan Studi Eropa, ia dan kedua
temannya melakukan perjalanan selama 15 bulan yang disebut mereka
sebagai "perjalanan kemanusiaan" untuk meningkatkan kesadaran akan
kerusakan lingkungan dan begitu banyaknya sampah, termasuk memperkirakan
bahwa sekitar sepertiga makanan yang diproduksi di seluruh dunia, yang
nilainya ditaksir mencapai US$ 1 triliun per tahunnya, hanya akan
terbuang sia-sia.
Perjalanan itu termasuk menumpang mobil dari Eropa ke Meksiko tanpa
membawa uang kontan, dan hanya semata menggantungkan pada kebaikan hati
dan sisa dari orang lain. Perjalanan ini membawa mereka lebih dari
30.000 kilometer dengan menumpang lebih dari 500 kendaraan, termasuk
kapal yang membawa tiga serangkai itu berlayar dari Kepulauan Canary ke
Brasil yang ditukar dengan bekerja sebagai kru kapal dan tak lama
kemudian menuntun Fellmer bertemu dengan istrinya, Nieves Palmer, mantan
psikolog, yang kemudian hamil dalam perjalanan tersebut.
Kini, pasangan itu bersama dengan putri mereka, Alma Lucia, yang berusia
18 bulan, meneruskan hidup tanpa uang di Berlin, dimana mereka
mengerjakan berbagai macam pekerjaan dan mengorganisir proyek sebagai
ganti untuk tempat tinggal mereka, bersama-sama dengan teman sekamar
lainnya di Rumah Perdamaian Martin Niemöller, yang mengerjakan berbagai
kegiatan non-profit. Meski Fellmer tidak menggunakan uang sepeser pun,
namun ia mengaku kalau istrinya tetap menggunakan sedikit uang, utamanya
untuk tunjangan anak yang ia terima dari pemerintah yang diberikan
untuk semua anak di Jerman.
Aktivis Penuh Waktu
Fellmer menjadi aktivis penuh waktu demi menarik perhatian publik akan
masalah sampah dan konsumsi yang berlebihan. Ia juga mengelola berbagai
organisasi dan situs, termasuk The (R)evolution: In Harmony with the
Earth. Ia juga menjalin hubungan dengan para aktivis lainnya melalui dua
temannya yang dulu melakukan perjalanan bersamanya. Film dokumenter
tahun 2010 berjudul 'Living Without Money' misalnya, menceritakan
tentang seorang perempuan Jerman berusia 68 tahun bernama Heidemarie
Schwermer yang hidup tanpa uang sejak 14 tahun yang lalu. Schwermer
mengatakui kalau dirinya tidak pernah merasa sebebas ini dibandingkan
ketika belum memilih hidup tanpa uang.
Fellmer mengakui bahwa gaya hidupnya ini memang radikal. Ia menjelaskan
bahwa cara ini dipilihnya agar pesan yang ingin disampaikannya bisa
sampai di publik. "Tidak semua orang harus melakukan hal yang seekstrem
ini. Ini hanya untuk protes. Kami ingin menginspirasi orang di seluruh
dunia untuk berpikir mengenai perubahan yang bisa mereka lakukan. Ada
begitu banyak cara di luar sana, begitu banyak jalan untuk mengurangi
jejak karbon seorang manusia."
Salah satunya adalah melalui gerakan yang tengah berkembang pesat di
Jerman "berbagi makanan", dimana penganut gerakan ini menggunakan
Internet untuk berbagi makanan yang masih layak dimakan yang berasal
dari sisa-sisa toko yang akan dibuang. Fellmer mendirikan sebuah
organisasi yang bermitra dengan rantai perusahaan makanan organik Jerman
terkemuka untuk menciptakan cara yang efisien untuk "menyelamatkan"
makanan untuk didistribusi sebelum dibuang.
Fellmer juga aktif dalam sebuah situs, foodsharing.de, yang berhasil
mendapatkan anggota lebih dari 12.000 orang di seluruh Jerman hanya
dalam waktu dua bulan sejak didirikan dan berhasil menarik minat dari
seluruh dunia di lebih dari 20 bahasa. Di Amerika Serikat, di mana
sekitar 40 persen makanan -atau sekitar US$ 165 miliar- terbuang setiap
tahunnya, terdapat gerakan serupa yang senang mencari makanan sisa yang
hendak dibuang yang disebut "freegans."
Cara lainnya untuk ikut ambil bagian dalam gerakan ini disebut Fellmer
sebagai "konsumsi kolaborasi" yang diantaranya termasuk menggunakan
situs couchsurfing yang terkenal, atau mencari orang yang memiliki rumah
kosong yang memerlukan penunggu rumah dalam jangka waktu lama. "Kami
tidak hanya mengalami surplus makanan, tapi juga rumah," katanya. "Semua
yang kami perlukan sudah tersedia di sana. Kami hanya perlu membuat
jaringan."
Kritik
Sebagai orang tua baru, Fellmer menegaskan bahwa ia mampu menyingkirkan
rasa cemas terkait uang. "Yang dibutuhkan anak-anak dari orang tuanya
adalah rasa cinta, perhatian, waktu. Semua hal materialistis ini sungguh
menggelikan," katanya, sambil mengatakan bahwa baju bayi bekas begitu
mudah didapat sama halnya dengan menemukan makanan yang dibuang. Meski
Jerman memiliki tunjangan kesehatan yang baik, Fellmer dan keluarganya
berhasil menemukan dokter gigi yang bersedia memberikan mereka biaya
pengobatan gratis. Ketika Palmer hamil, mereka membersihkan kebun dan
melakukan pekerjaan memperbaiki barang untuk dokter ginekolog yang
memeriksanya. Meski begitu, mereka mengaku menyimpan sedikit uang dari
hasil petulangan mereka berkeliling dunia untuk membayar biaya bidan.
Meski orang tua Fellmer mendukung gaya hidup putranya dan "cukup
terbuka", ia mengaku banyak mendapat kritik. "Orang sangat kreatif
ketika mereka memberikan komentar negatif. Mereka mengatakan saya malas,
memperdaya orang lain," cetusnya. "Namun ketika mereka berbicara dengan
saya, mereka mengetahui kalau saya bekerja 40 sampai 50 jam setiap
minggunya untuk mengerjakan proyek-proyek untuk kebaikan masyarakat."
Yang utama, Fellmer berharap puasa uang yang dilakukannya ini bisa
membantu mengubah kehidupan orang lain. "Uang menghambat mimpi-mimpi
kita. Kebanyakan orang telah melupakannya, atau benar-benar ketakutan
hidup tanpa uang, sehingga mereka diperbudak oleh sistem moneter,"
sahutnya. "Saya berharap bisa memotivasi orang untuk sedikit lebih
percaya pada mimpi mereka."
sumber