Rosyidi Aziz, Multipreneur Modal ‘Nekad Syar’i’

Mas Rosyid, begitu panggilan sehari-harinya. Teman-teman dekatnya memiliki panggilan sayang, Ocid. Lahir di Rembang Jawa Tengah 29 November 1977 dalam keluarga yang sederhana, Ayah dan Ibunya harus bekerja keras untuk mencari nafkah membiayai 9 kakak beradik dengan berjualan nasi soto dan ngecerrokok di pasar tradisional di kampungnya. Orang tuanya baru bisa memiliki rumah setelah berumah tangga sekitar 30 tahun. Karena sejak kecil sering diajak jualan di pasar itulah yang memperkenalkan Mas Rosyid, anak paling bungsu dengan wirausaha sejak dini.



Untuk bisa bersekolah dan membantu ekonomi keluarga. Mas Rosyid senang beternak ayam, kelinci, dan burung dara. Walaupun hanya untuk dimakan sendiri, dan sesekali dijual untuk menyambung hidup, jumlah ternaknya bisa mencapai ratusan ekor. Sedari kecil, Mas Rosyid membiasakan diri bertarung melawan realitas. Tidak membiarkan dirinya diremukkan oleh fakta.  Mas Rosyid punya satu hal yang selalu dia ingat ketika masih kecil “Pokoknya saya harus bisa membantu dan membuat bangga orangtua”

Setelah lulus SMA 1 Lasem – Rembang, Mas Rosyid nekad pergi ke Jogja bersama 6 temannya. Bermodal niat belaka, Mas Rosyid dan teman-temannya patungan menyewa kamar kos-kosan 10.000/bulan. Mereka semua ingin mengikuti bimbel agar dapat berkuliah, namun Mas Rosyid dkk tidak memiliki uang untuk ikut bimbel.

Nekad dalam kebaikan sepertinya adalah sifat alami Mas Rosyid. Beberapa minggu Mas Rosyid rela jadi penumpang gelap di bimbel yang cukup terkenal di Jogja, demi mendapatkan ilmu untuk test UMPTN. “Hidup saya di Jogja adalah titik balik hidup saya. Saya jadi menyadari nggak enak jadi orang miskin. Mau belajar aja mesti diuber-uber. Saya ber-azzam. Kalau Allah memberikan saya kekayaan, saya akan belajar-belajar-dan-belajar, karena dulu mau belajar nggak ada duit. Dan setelah belajar, saya akan membagikannya secara gratis pada yang komitmen belajar tapi nggak punya uang” kenang Mas Rosyid. Beliau juga berseloroh, “Waktu itu, selama satu setengah bulan saya masak sendiri dan hanya makan sayur dan lauk yang sama karena tidak punya uang, namanya sayur tempe. Dari situ saya bertekad, saya harus kaya sehingga bisa makan enak!”.

Alhamdulillah, setelah satu setengah bulan belajar di Jogja dan ikut test UMPTN, Mas Rosyid diterima di IPB. Hidup adalah pilihan. Dan pilihan yang dilakukan Mas Rosyid sesampainya di Bogor dan berkuliah di IPB tentu berbeda dengan mahasiswa-mahasiswa yang biasa. Ia tidak ingin mengecewakan ayahnya yang rela berhutang untuk membayar uang masuknya ke IPB. Bahkan, hanya untuk mengantarkan ke Bogor saja, ayah dan ibunya tidak ada biaya. Berangkatlah Mas Rosyid sendiri dan nebeng gratis di salah satu pesantren di Bogor selama beberapa bulan.

Setelah shalat shubuh ketika yang lain melanjutkan tidurnya, Mas Rosyid mengayuh sepedanya membelah dinginnya udara fajar Bogor untuk mengedarkan Koran dan Majalah di perumahan dosen yang jadi langganannya. Siang harinya ia bersama-sama dengan mahasiswa lain berkuliah. Bedanya ia kerap membawa barang dagangan untuk dijual pada teman-temannya di waktu jeda.  Termasuk menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan teman-teman kuliahnya seperti foto copy bahan mata kuliah, white board, Styrofoam dll. Sore harinya, saat teman-temannya nongkrong dan pacaran, Mas Rosyid menghabiskan waktunya belanja buah-buahan untuk dipotong dan dijual dipagi harinya. Walau banyak orang-orang memandangnya sebelah mata, tidak menyurutkan Mas Rosyid punya niat berjualan yang halal.

Yang jauh berbeda dengan yang lain. Mas Rosyid sangat mempedulikan kehalalan hartanya. Itulah hasil mengkaji Islam semenjak awal kuliah. Beliau mendalami permasalahan-permasalahan ummat, dan berjuang untuk menyelesaikannya. Dalam bidang yang sangat digemarinya yaitu wirausaha, Mas Rosyid mewujudkan aksi nyata dengan patron pribadinya. Dan semuanya mewujud dalam keinginannya “Saya ingin dikenang sebagai Pengusaha Dermawan, Ahli Zakat, Ahli Sedekah, Ahli Ibadah dan tentu menjadi Ahli Jannah”. Tidak hanya kaya, tapi kaya yang bermanfaat untuk perjuangan Islam.

Pucuk dicinta ulam tiba. Suatu hari Mas Rosyid mempunyai ide berjualan buku. Tidak tanggung-tanggung beliau langsung terjun sebagai produsen. Tulisan-tulisan dari ustadznya diproses menjadi buku sederhana, diperbanyak dengan fotokopi dan dijual dengan harga Rp. 1000, walau untungnya tidak seberapa, tapi dengan tekad kuat tetap dijalaninya. Sejak saat itu, dimana ada majlis ta’lim dan acara keislaman di Bogor, disitulah Mas Rosyid menggelar tikar jualannya. Itu semua dimulai pada tahun 1999.

Dengan usaha yang tak kenal lelah dan doa yang terus menerus dipanjatkan pada Allah. Diperkuat dengan visi besarnya yaitu mewujudkan opini islam menjadi opini umum dunia dengan membantu agama Allah dalam dakwah menegakkan syariah dan khilafah. Mas Rosyid mendapatkan janji Allah yang akan menolong hamba-Nya yang senantiasa menolong agama-Nya. Sekarang Mas Rosyid bukan lagi penjual buku dengan tikar jualan. Sekarang beliau seorang multipreneur. Pengusaha dengan banyak usaha yang halal. Menunjukkan sesuai dengan janjinya. Kaya dengan syar’i.
Al-Azhar Group yang bermain di lini Penerbitan, Percetakan, Distributor dan Toko Buku, As-Salam Group yang bergerak di Finance, Trading, kredit syar’i, training dan coaching syariah in business, Restoran Tradisional, Bimbel Human Excellence, Furniture Meubeler, serta Rumah Madu adalah perusahaan-perusahaan yang dibidaninya. Itu belum termasuk kesibukan lainnya bersinergi bisnis dengan rekan-rekannya di daerah  dan Pembicara serta Trainer dalam banyak Forum bisnis dan kewirausahaan.

Sekarang Mas Rosyid melangkah lebih jauh lagi. Dia mendefinisikan langkahnya “Saya, biasa dipanggil Rosyid. Lahir dan besar dari keluarga sederhana namun memiliki Big DREAM yang tidak cukup menjadi sederhana”
Big Dreamnya jelas “1 Trilyun sebelum usia 40 tahun” untuk menjadi wasilah dalam mewujudkan perjuangan syariah dan khilafah. Ketika ditanya tentang targetnya, beliau tertawa dan mengatakan “hehe, masih kurang dua digit lagi..”.

Ditulis oleh @felixsiauw dalam rangka menyambut Muslim Entrepreneur Forum 2012, yang rencananya akan diselenggarakan pada 26 Januari 2012 yang akan datang di Gedung Smesco, Jakarta
sumber