Jika karyawan tidak puas di tempat kerja, bisa jadi sebagian karena
gaya manajemen atasan mereka. Hasil sebuah penelitian baru oleh Dr
Nicolas Gillet, dari Universite François Rabelais di Prancis, dan
timnya.
Manajer yang menggunakan ancaman sebagai cara untuk memotivasi
karyawan, organisasi yang tidak mendukung kontribusi individu, perasaan
frustrasi pada kebutuhan dasar untuk otonomi, kompetensi, dan
keterkaitan dengan rekan kerja, cenderung memiliki dampak negatif pada
kesejahteraan karyawan.
Penelitian ini berjudul The Impact of Organizational Factors on
Psychological Needs and Their Relations with Well-Being, dipublikasikan
secara online dalam Springer’s Journal of Business and Psychology,
dikutip Science Daily (18/1/12).
Kesejahteraan di tempat kerja memiliki perhatian lebih karena
memiliki dampak pada ekonomi perusahaan, terutama bila peforma kinerja
buruk. Para peneliti melihat dampak dari dukungan organisasi yang
dirasakan dan gaya interpersonal atasan pada kesejahteraan karyawan.
Pekerja diminta untuk mengisi kuesioner yang menanyakan tentang
persepsi mereka pada gaya manajemen supervisor mereka, serta sejauh mana
mereka merasa bahwa organisasi mendukung mereka.
Para karyawan yang merasa bahwa atasan mereka mendukung otonomi
mereka, kompetensi dan keterkaitan dengan rekan kerja juga adanya
dukungan dari organisasi, menunjukkan rasa bahagia dan meningkatkan
kepuasan. Sebaliknya, karyawan yang merasa atasan mereka berperilaku
memaksa, menekan, dan otoriter, dan organisasi dianggap tidak mendukung
mereka, menunjukkan tingkat kesejahteraan yang lebih rendah.
Para peneliti menyimpulkan bahwa penelitian ini menunjukkan bahwa
kedua faktor yaitu organisasi dan manajerial memiliki pengaruh pada
kepuasan atau rasa frustrasi. Supervisor (atasan) harus memberikan bawahan
pilihan dari pada ancaman dan melakukan strategi yang dapat meningkatkan
tenaga kerja dengan baik.
sumber: Psikologi Zone –