Kegelisahanku

Kegelisahan, kata ini mungkin yang paling sering kurasakan. Aku sering gelisah memikirkan bisnisku yang terasa bagiku lambat berkembang, aku sering gelisah ketika memikirkan orang tuaku yang sudah 'sepuh' tapi belum bisa menunaikan rukun islam yang kelima karena aku belum mampu mewujudkan keinginannya, aku juga gelisah ketika memikirkan kehidupan cintaku yang selalu bermasalah dan belum menemukan siapakah yang Tuhan berikan sebagai pendamping hingga usia senjaku nanti, aku sering gelisah, ya gelisah, mungkin aku kurang bersyukur atau hanya senang mengeluh karena dengan begitu aku memiliki alibi untuk melakukan 'pembenaran' atas apa yang ku pikirkan dan yang ku perbuat.
Benar adanya bahwa menasehati orang lain itu jauh lebih mudah daripada melakukan apa yang kita nasehatkan itu kedalam kehidupan pribadi kita. Dari nasehat-nasehat orang kepadku dan karunia ilmu pengetahuan yang kumiliki, aku sudah tahu apa yang kurasakan itu kurang baik adanya, semua itu hanyalah perasaanku saja dan didalam semua itu aku sedikitpun tidak memiliki daya untuk mengaturnya karena itu sudah berada didalam hak preogratif Tuhan yang mengatur semua makhluk dan alam semesta ini. Akan tetapi melihat usahaku yang 'kurasa' sudah kulakukan dengan maksimal aku layak mendapatkan apa yang kuinginkan.
'Perasaanku'. Melalui tulisan ini aku mencoba menasehati diriku sendiri, bahwa semua 'kegelisahanku' ini bersumber dari 'perasaanku'. Benar, ternyata itu semua hanya perasaanku saja, aku gelisah karena merasa gagal, merasa menjadi pecundang, merasa sudah bekerja maksimal, sudah berdoa, dst... Padahal aku sendiri tidak tahu apakah semua yang kulakukan sudah benar seperti yang dikehendaki Tuhan untuk hasil semua keinginan-keinginanku. Mengeluh mungkin jalan termudah untuk meneruskan kegagalanku dalam berbaik sangka kepada-Nya.
Rasa-rasa inilah yang telah membuat jalan kehidupanku terasa berat, selalu mengeluh dan tidak pernah menemukan pemecahan masalah karena otakku sudah tertutup, malas kerana badanku sudah terkurung, dan murtad dari pengabdian kepada-Nya.
Kenapa aku harus berpihak kepada yang jelas-jelas merugikan kehidupanku?
Kegelisahanku ini ternyata semu sebagai wujud implikasi dari ketidak sabaranku untuk mewujudkan mimpi-mimpiku yang bersumber dari perasaan-perasaan yang hanya bisa membebaniku dan merugikanku. 
Terima kasih Tuhan atas karunia Hati dan Pikiran yang Kau berikan kepadaku sehingga aku bisa berpikir, menganalisa, dan menjadi manusia yang mampu berada di pihakMu. Menyerahkan semua masalahku kepadamu dan terus berupaya adalah jalan yang bisa melegakan hati dan pikiranku untuk semua kegelisahan yang tiada daya upayaku didalamnya, dan terus bekerja semaksimalnya dengan berbekal karunia yang telah kau limpahkan selayaknya makhluk ciptaan Mu. KuMohon Bimbinglah aku Tuhan.