Marah, Rugi pasti Manfaat Nol

Mengalami kondisi tidak mengenakkan, bertemu dan konflik dengan orang yang tidak menyenangkan atau bahkan mungkin merugikan kita secara emosi adalah penyebab timbulnya kemarahan kita. Akan tetapi pernahkah anda berfikir kalau melampiaskan kemarahan tersebut lebih banyak ruginya dari pada untung atau manfaatnya., seperti yang saya alami beberapa waktu lalu (semoga anda dapat mengambil hikmahnya).
Kisah saya ini berlangsung di tempat usaha saya, sebagai pelayan pembeli tentu sikap ramah adalah hal mutlak yang harus dimiliki sang penjual apapun kondisi dan sikap yang ditunjukkan oleh user kita.
Sikap tersebut pada awalnya saya coba terapkan, memang dia (user) saya tersebut sudah beberapa kali berbelanja di tempat usaha saya mungkin dengan sikap kesabaran kami melayani dia dan saya juga berusaha profesional dengan harapan mempertahankan loyalitasnya. Akan tetapi sebagai manusia biasa saya sempat terluka dengan keluhannya yang tidak kenal lelah dan loyalitas yang dipertanyakan dengan beralih ke toko lain di sebelah saya  dan di tempat lain karena katanya lebih murah,  saya tetap mengerti wajar namanya orang jualan ya dinamikanya seperti itu. Tetapi kemudian dia kembali lagi ke tempat saya tidak tahu kenapa dia tidak menjelaskan saya pun juga tidak mau tahu dan saya tetap melayaninya seperti biasa. Hanya saja setelah pelayanan yang terakhir ini kami berikan, dia merasa seolah-olah mendapatkan 'hak khusus' dan berlaku semaunya saja setelah semua kemauannya selalu kami turuti dia merasa apa yang telah diberikannya selama ini kami berhak memberikan harga khusus (jauh dari harga pasar) kepada dia, tentu saja saya sebagai manager tidak dapat terima itu karena permintaannya di luar nalar keekonomisan kami alhasil emosi dan kemarahan sayalah yang meledak efeknya pelanggan itupun pergi.
Setelah emosi mereda saya berfikir, apapun masalah kita dengan pelanggan kita harus tetaplah tenang penyelesaian dengan amarah pastilah merugikan. Di kasus saya ini saya sudah pasti rugi double, pertama saya menggratiskan user tersebut (rugi uang pasti saat itu), dan saya melarangnya untuk ke tempat usaha saya lagi (rugi kehilangan pelanggan), belum lagi rugi-rugi yang lainnya yang mungkin saya tidak ketahui atau perhitungkan.
Menurutkan nafsu amarah memang menyenangkan dan menyelesaikan masalah sesaat, akan tetapi efek yang ditimbulkannya kemudian bisa membuat masalah yang lebih besar. Seperti mereka-mereka yang kita lihat di televisi yang berawal dari adu mulut, baku hantam, hingga fitnah dan pembunuhan adalah kemarahan yang hanya merugikan diri mereka sendiri. Akibatnya mereka harus berurusan dengan hukum, terkungkung dalam jeruji besi, dan membuyarkan rencana-rencana baik mereka hanya karena tidak mampu mengendalikan kemarahan.
Kita tidak bisa menafikan keberadaan amarah karena dia diciptakan Tuhan pada seluruh diri makhluk hidup, akan tetapi penggunaannya yang tidak terkontrol hanya bisa merugikan diri kita sendiri. Ada baiknya kita manfaatkan untuk energi positif, seperti ketika kita dilecehkan, dihina ataupun difitnah, tidak perlu kita tanggapi dengan kemarahan negatif yaitu membalasnya langsung seperti adu fisik. Sebagai manusia yang mampu berfikir kita gunakan energi kemarahan itu dengan posistif yaitu dengan menanamkan dalam pikiran 'oke sekarang kamu boleh berlaku seperti itu tapi lihat nanti akan ku buktikan kalau semua itu salah' sehingga kemarahan tersebut bisa menjadi semangat pemacu kita untuk tetap tenang dan berjuang tiada henti, seperti dalam film-film jagoannya selalu kalah diawal dan menjadi pemenang di akhir cerita (happy ending).
Untuk mengendalikan nafsu amarah di dalam diri, kita harus banyak-banyak mendekatkan diri dengan Tuhan dan banyak membaca hal-hal yang positif sehingga apa yang tertanam dalam pikiran kita adalah energi positif dengan kebiasaan berfikir positif emosi kita pun akan turut positif karena sudah menjadi karakter di dalam diri kita. 'Ketika Emosi Mengalahkan Logika Pastilah Banyak Ruginya' dan 'Seorang yang Sabar bukanlah Orang yang Tidak Pernah Marah melainkan Orang yang Mampu Tenang Ketika Marah' Semoga kita bisa mengendalikan diri, Amien.