Salah satu ‘kesalahan’ fatal dari sistem pendidikan kita adalah tidak
diajarkan untuk melek finansial dan kemandirian finansial. Dari kecil
hingga perguruan tinggi, rata-rata masalah kemandirian finansial,
seakan-akan menjadi tanggungg jawab dari orang tua. Mungkin ada benarnya
juga, tetapi hal ini menjadikan Anak menjadi “Manja Finansial”.
Semua kebutuhan dari kecil hingga perguruan tinggi, dilengkapi oleh
orang tua. Ketika si anak lulus kuliah, barulah menghadapi realitas
kenyataan hidup yang sebenarnya.
Disinilah mulai terjadi “Bingung
Finansial” yang berakibat pada Buta Finansial. Jika sedari kecil sudah
diajarkan tentang melek finansial, maka salah satu akar masalah orang
dewasa hari ini, yakni masalah ekonomi, bisa terselesaikan.
Seperti yg telah kami kutip dari pakar keuangan di situs p3kcheckup.com, Berikut tahap-tahapan dalam perencanaan keuangan yang tepat :
Pertama adalah masa pembentukan dana dan membangun
Kedua adalah masa pemupukan dana dan pengumpulan
Ketiga adalah masa akumulasi dana dan pemenuhan kebutuhan
Keempat adalah masa pensiun dan menikmati hasil.
Itu adalah pola umum perencanaan keuangan yang sehat. Sedangkan jika kita ingin lebih detail, bisa menggunakan pola tujuh. Ini bisa
diterapkan pada anak kita, adik-adik atau saudara kita yang lebih muda, yakni :
Fase 7 tahun pertama sebagai Anak Raja (0 – 7 thn)
Walau pada fase ini, anak lebih banyak bermain, tetapi mulai kenalkan
dengan mainan yang berhubungan dengan melek finansial, monopoli
misalnya dll. Fase ini disebut fase TAHU.
Fase 7 tahun kedua sebagai Pelajar Disiplin (8 – 14 thn)
Pada fase ini, anak sudah mulai PAHAM dengan uang yang diterima.
Untuk apa dan digunakan dengan cara bagaimana agar uang bekerja.
Fase 7 tahun ketiga sebagai Siswa Tinggi BerSahabat (15 – 21 thn)
Fase ini disebut fase SADAR. Harusnya Anda masuk kategori ini dan
sadar terhadap makna uang. Sejatinya Anda sudah memikirkan jauh di
dalam imajinasi Anda dan melakukan actionnya.
Fase 7 tahun keempat sebagai Lajang Kerja/usaha + (22 – 28 thn)
Fase ini sudah aksi konkret tersistematis, tidak coba–coba lagi
seperti pada fase 7 tahun ketiga, karena pertaruhan keuangan Anda akan
menentukan masa depan keuangan Anda.
Fase 7 tahun kelima sebagai Keluarga Sejahtera (29 – 35 thn)
Selain Anda menikah, yang tidak kalah pentingnya memproteksi keluarga
Anda. Apakah pendapatan Anda, kesehatan keluarga maupun proteksi
aset-aset Anda.
Fase 7 tahun keenam sebagai Produktif Pertama (36 – 42 thn)
Jika pada fase 7 tahun ke lima, semua keperluan dasar keluarga sudah
terpenuhi, maka fase ini merupakan fase ekspnasi usaha yang lain.
Income Anda tidak hanya satu, tetapi minimal dua atau tiga.
Fase 7 tahun ketujuh sebagai Produktif Kedua (43 – 49 thn)
Pada masa ini, Anda lagi menikmati era kehidupan kedua Anda. Ada
pepatah yang mengatakan life begin forty, masa-masa emas ini janganlah
disia-siakan. Pada beberapa orang, ada yang sudah merdeka secara
finansial dan mulai melakukan aktulisasi diri.
Fase 7 tahun kedelapan sebagai Produktif Ketiga (50 – 56 thn)
Pada fase ini, masa peralihan dari produktif menuju masa pensiun
untuk rata-rata masyarakat Indonesia, khususnya yang berstatus
karyawan/pegawai.
Fase 7 tahun kesembilan sebagai Pensiun Produktif (57 – 63 thn)
Masa ini peralihan antara usia bekerja dan tidak bekerja. Jika Anda
sudah siap secara finansial, maka fase ini paling sering dinikmati.
Fase 7 tahun kesepuluh sebagai Pensiun + (64 thn dst…)
Tahapan “Tahun Emas” ketika seseorang mungkin tetap memilih untuk bekerja karena hobi daripada mendapatkan penghasilan.
Itu gambaran umumnya, apakah Anda ingin memangkasnya lebih cepat lagi, Andalah yang bisa menjawabnya.