Sewaktu kita SD dahulu guru kita sering berujar 'Hemat Pangkal Kaya', akan tetapi setelah dewasa kenyataan yang kita temui berbeda. Setiap
kali gajian, Anda langsung menyisihkan gaji untuk ditabung dan membayar
tagihan asuransi. Anda bahkan hanya menyisakan 40-50 persen untuk
menopang biaya hidup, bertahan hidup dari satu hari gajian menunggu hari
gajian yang akan datang. Dengan kata lain Anda berhemat mati-matian,
bahkan sampai-sampai cenderung kelihatan kere.
Lalu, dengan pengetatan ikat pinggang seperti itu, kok, Anda merasa
tidak semakin kaya. Bahkan lebih kuat perasaan stres dalam mengatur
segala pengeluaran dengan bujet yang sangat terbatas. Apa yang salah?
Pada kenyataannya, menjadi kaya memang didukung dengan jumlah tabungan
yang besar. Tetapi yang harus Anda sadari adalah tabungan hanya salah
satu indikator, dan itupun bisa tercapai, bila jumlah tabungan Anda
memang sangat besar. Namun kondisi saat ini tak begitu simpel karena
Anda lagi-lagi harus memperhitungkan faktor yang bernama inflasi, yang
sangat rakus memakan nilai tabungan Anda.
Untuk itu Anda harus
menambah dua indikator kekayaan, yaitu aset dan investasi. Aset adalah
segala sesuatu yang Anda miliki secara de facto dan de jure
. Tanah warisan, misalnya, apabila belum Anda balik namakan, secara de
facto adalah milik Anda, tetapi secara de jure, bukan atau masih belum
diakui di muka hukum. Perhiasan emas, kendaraan, rumah dan segala yang
bisa dimiliki – dibuktikan dengan surat kepemilikan – adalah hal-hal
yang tergolong dalam aset.
Bagaimana dengan investasi?
Investasi adalah salah satu kendaraan yang bisa dipakai untuk menahan
kerakusan inflasi. Apabila inflasi di suatu waktu mencapai enam persen
per tahun, maka investasi bisa memberi Anda return atau pengembalian
modal sebesar 10 bahkan 60 persen. Keuntungan Anda langsung jelas
terlihat, dikaji dari perbandingan antara tingkat inflasi dan return
investasi. Dan inilah jawaban dari pertanyaan yang menjadi judul di
atas. Bandingkan dengan suku bunga tabungan yang hanya dua persen per
tahun atau deposito yang 3,75 persen per tahun.
Namun sebelum
Anda terburu nafsu berinvestasi, kenali dahulu delapan langkah dasar
berinvestasi, yang dibagi oleh Hari ‘Soul’ Putra, finansial motivator WF
19 Technology Inc., berikut ini:
Pahami tujuan berinvestasi.
Misalnya, untuk dana pendidikan atau dana pensiun. Lalu tetapkan berapa
lama jangka waktu berinvestasi, misalnya, jangka pendek satu tahun,
jangka menengah atau panjang
Kenali profil risiko.
Apakah Anda tipe investor konservatif, moderat atau agresif? Ini
berkait dengan “kerelaan” Anda dalam kehilangan uang investasi. Hah?
Kehilangan uang? Ya, investasi memiliki faktor risiko. Apabila Anda
ingin mendapatkan hasil yang berlimpah, tentu investasi itu memiliki
risiko tinggi.
Pelajari alternatif investasi yang tersedia.
Misal, saham A dilihat dari sejarah dan kondisi perusahaan, serta tren
dalam 10-20 tahun terakhir, dan bandingkan dengan saham sejenis.
Pahami risiko yang berkaitan dengan tiap alternatif investasi. Khusus untuk saham, beberapa risiko yang muncul antara lain: Tidak mendapat dividen, capital loss , perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, saham di-delist dari bursa, atau saham di-suspend oleh pihak regulator.
Tentukan batas investasi sesuai kemampuan keuangan Anda.
Jangan sampai berutang untuk berinvestasi karena investasi adalah
sesuatu yang tidak pasti, sedangkan utang adalah sesuatu yang pasti,
yang harus Anda bayar, suka atau tidak, cepat atau lambat.
Tentukan strategi investasi. Jangan berinvestasi untuk iseng-iseng atau coba-coba. Be serious or you will lost your money.
Pelajari berbagai strategi investasi dengan mengikuti seminar-seminar
yang diadakan perencana keuangan atau membaca berbagai literatur.
Manfaatkan jasa profesional.
Apabila Anda belum atau tak kunjung memahami wahana investasi, jangan
ragu memanfaatkan jasa para profesional di bidang perencana dan
investasi keuangan.
Pertahankan tujuan. Yang
dimaksud adalah jangan bertindak emosional dan serakah. Ambil keuntungan
yang cukup dan pertumbuhan yang signifikan. Ingat, terkadang investasi
sama dengan berjudi. Bedanya, investasi adalah sesuatu yang bisa diukur,
sedangkan judi cenderung tidak. Persamaannya, dapat membuat orang jadi
serakah dan terpuruk. (Antono Purnomo)
sumber