Kisah Jordan Belfort, Contoh Miliuner Yang Berakhir di Penjara dan Bangkrut

Mencapai kekayaan bisa dilakukan berbagai cara. Baik jalan legal maupun melanggar hukum. Dengan gelimangan harta, orang-orang kaya dunia menikmati hasil kerjanya.

Namun ketika kekayaan telah menumpuk, muncul persoalan. Seperti melakukan pelanggaran hukum dalam memperoleh harta Seperti Jordan Belfort. Orang kaya ini harus rela tidur di balik jeruji penjara karena aktivitas bisnisnya melanggar hukum. Bahkan harta kekayaan ikut tergerus karena dikenakan denda atau disita pengadilan. 


Jordan merupakan pengusaha sukses sebagai broker saham. Ia memperoleh dan memiliki apa saja yang ia inginkan. Gaya hidup Jordan terbilang hedonis dan selalu dilingkupi hal yang super mewah.

Bahkan pada usia 25 tahun, Jordan mampu mencetak pendapatan hingga US$ 250 juta melalui perusahaan sekuritas miliknya, Stratton Oakmont. Namun kekayaan Jordan menyusut ketika dituding melakukan pelanggaran hukum dan aktivitas pencucian uang.

Ia harus kehilangan ratusan juta dolar dan pindah dari rumah mewah ke penjara. Tidak berakhir sampai di situ. Jordan diwajibkan membayar denda dan ganti rugi sekitar US$ 100 juta. Menurut jaksa federal, Belfort gagal memenuhi kewajiban ganti ruginya sesuai yang tercantum dalam perjanjian hukumannya tahun 2003. Perjanjian tersebut mewajibkannya menyisihkan 50% pendapatannya untuk ganti rugi kepada 1.513 klien yang ditipunya. Dari $11,6 juta yang diterima para korban Belfort, $10,4 juta di antaranya merupakan hasil penjualan properti palsu. Perjanjian hukuman ini mewajibkan ganti rugi sebesar $110 juta.


Pada Oktober 2013, jaksa federal menyampaikan keluhan bahwa Belfort hanya membayar ganti rugi $243.000 selama empat tahun terakhir, padahal hasil penerbitan dua bukunya dan penjualan hak filmnya mencapai $1.767.203 ditambah $24.000 dari hasil ceramah motivasinya sejak 2007. Pemerintah sejauh ini belum menyatakan Belfort bangkrut supaya perundingan tetap terbuka, tetapi tempo pembayaran penuh ganti ruginya masih belum jelas
Jordan Belfort  lahir di Bronx pada 9 Juli 1962 dari pasangan Yahudi, Leah dan Max Belfort. Dia sarjana biologi lulusan American University di Washington DC dan mulai bekerja tahun 1987 sebagai pialang saham di perusahaan L.F. Rothschild.

Belum berapa bulan dia bekerja terjadilah peristiwa "The Great Crash" 16 Oktober 1987 atau Black Monday, yaitu jatuhnya harga saham di Bursa sehingga semua penjualan saham hari itu dihentikan, akibatnya Jordan menjadi lontang-lantung. Semua perusahaan menutup pintu lowongan ketika itu, kecuali satu perusahaan di Long Island yang anomali. Perusahaan itu menjual saham2 perusahaan gurem dengan harga dibawah 1 US $ per saham. Karenanya disebut "penny stock" (saham recehan) atau saham sampah. Satu saham cuma berharga sekitar 2 sampai 5 cents US $. Bandingkan dengan saham2 Wall Street yang nilainya belasan sampai puluhan dolar.

Yang istimewa dari penjualan saham sampah, komisinya mencapai 50%, sementara komisi saham untuk perusahaan yang diperdagangkan di bursa Wall Street komisinya cuma 1%. Jordan adalah Salesman ulung. Dengan kemampuan merayunya dia bisa meyakinkan orang untuk membeli saham sampah dalam jumlah banyak, sehingga komisi yang diterima Jordan hampir mencapai Rp 1 Milyar,- per bulan.

Disinilah cerita ketamakan dimulai. Untuk melipatkan keuntungan, Jordan menyewa gudang tua tak terpakai dan disulap menjadi perusahaan saham dengan merekrut banyak Salesman perayu seperti dia. Perusahaan yang didirikan Jordan diberi nama Stratton Oakmont, berdiri tahun 1990. Dengan cepat Stratton Oakmont menjadi perusahaan besar dan pada akhirnya terkenal di Wall Street. 

Jordan ditangkap tahun 1998 karena tindak penipuan, menggoreng saham sendiri, mark up dan insider trading. Dengan menerima ajakan kerjasama FBI untuk mengaku dan menjadi whistler blower, Jordan cuma dikenakan penjara 22 bulan. FBI memang berhasil memelorotkan kekayaan Jordan. Namun di dalam penjara dia membuat dua buah buku biografi dimana dia mendapat Rp 20 milyar dari penerbitan buku tersebut. Ditambah lagi penghasilan tambahan setengah milyar rupiah sebagai pelatih training motivasi dan sales skills sejak tahun 2007.

Mengapa Jordan Belfort bisa malang melintang demikian hebat? Kuncinya adalah kemampuan menjual dan merayu calon pembeli. Ada banyak pialang saham yang bekerja di Long Island untuk menjual saham sampah. Namun tiada yang sehebat Jordan dalam meyakinkan orang. Sebuah bengkel antena parabola yang kecil dan butut, yang menawarkan sahamnya 4 penny per stock - dilukiskan oleh Jordan sebagai,

".... sebuah perusahaan microwave yang didasarkan pada inovasi high technology dan dalam waktu dekat akan menghasilkan produk berkualitas yang nantinya menjadi benchmarking dalam industry radar, microwave radio dan aerospace satellite. Jika anda membeli saham yang sekarang harganya masih murah ini, dalam waktu dekat anda akan menjadi kaya raya karena keuntungan yang berlipat dari berlipat gandanya harga saham ini. Belilah dalam jumlah yang banyak, karena harganya masih murah. Nanti kalau sudah naik anda akan menyesal jika cuma punya sedikit ....."

Sudah tentu orang akan tertarik membeli saham sampah tersebut dengan hati senang. Apakah merayu itu berarti berbohong? Atau obat2an yang bisa membuat teler dan berhalusinasi yang menjadikan seorang Salesman menjadi percaya diri untuk berbohong? Hal tersebut tidak dijelaskan. Namun ada hal yang membantu seorang pialang menjadi sukses berbohong, yaitu masyarakat yang sedang (dan selalu?) sakit. 

Masyarakat yang di-kejar2 oleh mimpi dan ambisi untuk menjadi kaya sehingga terperosok untuk membeli saham sampah. Dengan impian nantinya saham sampah itu akan menjadi saham blue chip. Karenanya nasehat Jordan Belfort layak dicatat : jangan biarkan orang menukarkan keuntungan (gain) sahamnya dengan uang. Jangan biarkan mereka menjual sahamnya. Kalau mereka ingin menguangkan saham, buru2 rayu kembali dengan membeli saham lainnya yang "lebih untung dan lebih punya prospek". Karena kalau mereka berhasil menukarkan sahamnya dengan uang beneran, berarti mereka berhasil mempunyai kekayaan yang nyata, the real money.... Biarkanlah mereka hidup di dalam impian tanpa menggenggam uang sepeser pun. Dan yang menggenggam uang pada akhirnya adalah Jordan Belfort dan konco2nya yang suka pesta seks dan narkoba itu.

Jordan Belfort berhenti mengonsumsi minuman beralkohol sejak 1998, dan Pasca keluar dr penjara Belfort menulis dua memoar, The Wolf of Wall Street dan Catching the Wolf of Wall Street. Keduanya telah diterbitkan di 40 negara dan diterjemahkan ke dalam 18 bahasa. Kisah hidupnya diangkat ke sebuah film yang dibintangi Leonardo DiCaprio, Jonah Hill, dan Margot Robbie, dan disutradarai Martin Scorsese. Syuting dimulai bulan Agustus 2012. Film tersebut dirilis tanggal 25 Desember 2013.Time menulis bahwa banyak penggalan film yang konsisten dengan kesaksian Belfort dalam memoarnya dan artikel biografinya di Forbes. Belfort telah menyampaikan ceramah motivasi di beberapa negara. Kini Belfort menetap di Manhattan Beach, California, dan telah bertunangan.