Minggu pagi, sambil mempersiapkan diri olahraga tenis, saya sempat melihat dan mendengarkan berita di salah satu TV swasta yang menceriakan tentang pelepasan calon haji yang unik, diantar ratusan tukang becak. Sebab yang berangkat memenuhi panggilan Allah SWT untuk menunaikan ibdah haji tersebut adalah sepasang suami istri yang profesi suaminya sebagai tukang becak. Saya merasa bangga sekaligus terharu, suami istri dengan profesi tukang becak 'berhasil' (tentunya dengan izin Allah) menunaikan ibadah haji ke Makkah Al-Munawarah dan berziarah ke Madinah. Dalam berita itu juga disebutkan, ia menabung untuk haji selama 20 tahun. Masya Allah wa Subhanallah.
Sebagai umat, kita harus banyak-banyak bersyukur dan bangga pada peristiwa ini yang merupakan fakta bahwa ibadah haji bukan ibadah yang 'dimonopoli' oleh orang-orang kaya saja. Ini juga wujud ajaran Islam bahwa ibadah haji bagi umat terletak pada kata 'umat yang mampu' dan tentu yang mendapat hidayah serta 'panggilan Allah SWT'. Banyak umat yang sudah memiliki dana (uang) berjuta-juta bahkan bermilyar-milyar, namun 'belum mampu' dan belum mendapat 'panggilan' serta hidayah dari Allah (hatinya belum mendapatkan keimanan yang kuat), maka merekapun belum mau berangkat haji dan Pak Mutholib bersama istrinya sang tukang becak tersebut telah membuktikannya.
Dalam Islam, 'niat' yang dilandasi keimanan akan menjadi etos kerja yang konsisten. Tukang becak yang dipastikan memiliki keimanan yang kokoh telah meniatkan diri dan keluarganya 20 tahun yang lalu untuk ibadah haji, akan menjadikan etos kerja dirinya secara konsisten untuk mewujudkan niatnya. Kita semua juga paham, penantian 20 tahun bukan waktu yang pendek. Kita bisa menganalisis bagaimana gejolak dan keguncangan yang bersangkutan menanti 20 tahun, karena juga adanya perkembangan yang selalu berubah, 20 tahun lalu berarti sebelum krisis ekonomi dan moneter di negeri ini. Berarti biaya haji masih Rp.5 jutaan. Dari tahun ke tahun biaya haji selalu meningkat, dan terlanda krismon 1998 sampai akhirnya saat ini ongkos naik haji menjadi Rp.32 jutaan. Jika dihitung secara matematis, maka biaya haji yang dibutuhkan si tukang becak tersebut adalah Rp. 65 jutaan karena berdua. Dibagi 20 tahun maka pertahun harus menabung Rp.3.250.000,- atau Rp.280.000,- per bulan. Bagi Mutholib dan istrinya sang tukang becak itu, untuk ibadah haji tidak pernah melakukan kalkulasi dan hitung-hitungan yang njelimet, karena akan melemahkan semangat (etos kerja) untuk mewujudkan 'niat' sucinya.
Kekuatan niat apalagi dilandasi keimanan yang kokoh, akan menjadikan etos kerja yang terus membara untuk mewujudkan mimpi dan niatnya. Nilai apa yang bisa kita ambil ? Setiap manusia yang memiliki mimpi (visi) memang berkehendak untuk diwujudkan. Maka untuk mewujudkannya perlu memiliki 'niat'. Kata Bismillah bagi umat islam merupakan pernyataan awal dari sebuah niat baik. Dengan niat yang baik dilandasi kekokohan iman bahwa apa yang divisikan akan mendapat restu dan barokah dari Allah SWT, yang senantiasa akan menjadi pusat etos kerja seseorang. Etos kerja yang terjaga keimanan, tidak akan rapuh terkena lembab dan tidak akan hangus terkena panas. Niat yang berlandaskan keimanan akan menghasilkan super etos kerja yang kemudian menjadi kunci sukses seseorang yang luar biasa.
Ditulis oleh: H Supardi, Dosen Pascasarjana, Direktur PusBEK FE UII
Temukan Kebahagiaan Sejati DISINI